webnovel

ABDUL

#ABDUL# cerita yang saya ciptakan ini hanyalah sebatas karangan saja, tidak memiliki peristiwa ataupun waktu yang bersangkutan dengan sejarah manapun. sekiranya jika ada sisi manfaatnya silakan di ambil hikmahnya, namun jika tidak semoga menginspirasikan hati para pembaca. terlebihnya semoga dari cerita ini selalu dalam pandangan positif tanpa menyinggung pihak manapun ataupun semacamnya. lanjut.... dikisahkan seorang pemuda di masa hidupnya hanya di penuhi dengan kelicikan diri, karena berbagai peristiwa dan kisah sedih yang di alaminya dahulu hingga menjadikannya seorang yang berhati licik. hingga suatu saat dia mendapatkan takdir yang tidak pernah di duganya. walau terus menolak dan terus menghindar tak membuat dirinya terlepas dari takdirnya sendiri. hingga pada akhirnya dia lelah dan pada akhirnya melakukan pengembaraan di berbagai-bagai tempat.

AK00035019 · Fantasy
Not enough ratings
23 Chs

GAMBARAN MASA LALU

"Hafsan bersabarlah semua ini hanyalah fanah, baik pamanmu ataupun kita nantinya pasti akan di tiada juga." Tak kuasa hafsan menahan kesedihan di jasad sang paman hingga memeluknya dengan erat. Abdul terus menasihatinya agar dia tidak terlalu larut dalam kesedihan.

"Relakanlah kepergiannya, paman usman tidak akan tenang apabila kau terus menangis."

"kau tidak akan mengerti abdul bagaimana sedihnya kehilangan orang yang kita miliki satu-satunya di dunia ini."

"apa kau tidak melihat hafsan diriku yang dahulu meratap hingga menjadi manusia yang buruk, berapa tahun lamanya aku menjadi seperti itu, karna rasa kekecewaan dan merasa tidak di berikan adil hidup olehnya, beruntunglah kamu hafsan masih bersama orang yang kamu sayangi saat ini hingga hari terakhirnya." Ucap abdul menenangkan hati hafsan yang merasa sedih.

Hafsan mencoba tegar dengan keadaan saat ini. Percuma apabila dia menangis semua keadaan tidak akan kembali seperti sediakala. Mata kini putih tertutup, nafas berhenti berhembus, tubuh kaku tak berdenyut, kain indah berganti putih di badan, pembaringan berpindah dari lembut menuju yang kasar, tinggilah tubuh tempat pembaringan terakhir, begitulah rumah terakhir menjadi tempat persinggahan kekal tiada akhir.

"Bersabarlah hafsan kirimkanlah paman doa jika kamu merasa rindu kepadanya, kau merasa kehilangan aku pun juga begitu. paman usman sudah aku anggap sebagai paman sendiri."

Setelah kepergian Usman seperti ketika bersama Yakub, belumlah mendapatkan pengetahuan yang hendak di capai Abdul di tinggal pergi olehnya sama seperti ketika dia menuntut ilmu kepada Usman. Tiada lagi tempat menyempurnakan pengetahuan yang dimilikinya, bahkan Abdul sendiri sampai mengadu kepada sang pencipta di suatu malam di dalam gubuknya.

"tiada yang tahu rencana serta jalan yang engkau pilihkan bagi setiap hambamu. Ataukah kau ingin menguji sekali lagi keimanan dan kesabaranku, aku tahu setiap perbuatan pasti akan ada ganjarannya, aku hanya memohon kepadamu tolong jangan biarkan hafsan seperti diriku yang dahulu setelah ini, tegarkanlah dia, tenangkanlah hatinya, dan jika engkau menginginkan jalan lain bagiku maka tunjukanlah kepadaku dan jika tidak tetapkanlah imanku."

Setelah selesai meluangkan semua isi hatinya, Abdul meluangkan waktu untuk membuka buku bacaan yang dahulu dia dapatkan dari pedagang misterius. seluruh isi lembaran terakhir telah selesai dia membacanya, namun tersisa satu lembaran paling belakang di buku tersebut, sebuah catatan pendek yang tertuliskan di lembaran paling akhir tersebut.

Tak beberapa lama lagi tuhanmu akan menunjukkan jalan untukmu walau sakit ataupun sedih, siap ataupun tidak kamu pasti akan tetap melakukannya.

Catatan pendek yang tertulis di buku tersebut seakan mengarah padanya, seakan-akan catatan itu memberikan tanda kepadanya.

"Apakah mungkin, mengapa tulisan ini seakan memberikan pertanda nantinya kepadaku?." Namun dia tidak ingin terlalu memikirkannya. "sudahlah sebaiknya aku istirahat, besok aku akan pergi cari buku baru lagi."

Masuk di alam bawah sadar Abdul bermimpi di antara kerusakan dan keindahan dunia bagaikan nyata di hadapannya, bagaikan terbang tertiup angin satu demi satu tempat dia singgahi. Hingga persinggahan terakhir dimana jutaan manusia berkumpul dari seluruh penjuru dunia. di dalam tidur bibirnya tersenyum air mata keluar seakan dia melihat suatu keindahan yang tidak pernah dilihat sebelumnya.

Terbangun dari tidur tak henti-hentinya dia tersenyum sendiri. "Mimpi apakah aku semalam, indah sekali tempat itu, ingin sekali ku kunjungi suatu saat nanti."

Menjelang pagi Abdul pergi terlebih dahulu untuk mencari buku bacaan untuknya, di tengah keramaian pasar dia menelusuri pasar mencari para pedagang buku. Menemukan satu pedagang buku namun tak satupun buku yang dia sukai, di carinya lagi namun belum menemukan yang pas untuknya. Hingga menyinggahi pedangang terakhir dia mencari-cari buku kiri dan kanan hingga melihat satu buah buku yang membuatnya tertarik untuk melihatnya.

"Tuan berapakah harga buku ini?." Tanya Abdul kepada si pedagang. Di beritahukan harga buku yang terbilang mahal membuat Abdul melontarkan alasan ingin membacanya dahulu sebelum membelinya. Selagi lengah melihat Abdul yang berpura-pura membaca buku, tanpa dia sadari sendiri dirinya terdorong berbuat mulai berbuat licik lagi.

"tuan apakah di buku ini ada penjelasan mengenai sejarah negeri kita ini?." Tanya Abdul. Si pedangang lalu mencarikan halaman yang di minta oleh Abdul, ketika membuka setiap lembaran dilihatnya satu lembaran yang robek, lantas Abdul menegur si pedagang dengan keadaan lembar yang tidak utuh, si pedagang mencoba membuka lagi lembaran kelima ternyata dia temukan lagi sobekan lembaran, lantas Abdul sekali lagi menegurinya, di bukanya lagi lembaran yang kesepuluh, tetapi kali ini lembaran itu sudah terlepas dari jahitan benang yang melekatnya.