35 Permohonan

"Letakkan saja di meja!" Kata Albert setelah mendengar seseorang mengetuk pintu dan memasuki ruangan. Sebelumnya ia meminta pelayan untuk membawakannya cokelat panas.

Meski Albert berniat untuk istirahat lebih awal, tetapi pada akhirnya ia tidak bisa tidur sama sekali. Anak itu malah membaca dengan pencahayaan seadanya di sudut ruangan.

"Apa kita bisa bicara?"

Albert yang duduk tenang dekat jendela terkejut ketika melihat sosok yang memasuki kamar. Rupanya bukan pelayan yang membawakannya minuman, melainkan Tuan Tyr.

"Ada apa tiba-tiba?" Tanya Albert lalu menutup bukunya. Anak itu beranjak dan mempersilakan Tuan Tyr duduk di kursi,

Setelah Albert meninggalkan ruang makan, Tuan Tyr dan lainnya sempat berbincang cukup lama hingga Mithyst pergi. Tetapi entah mengapa tepat tengah malam, pria itu tiba-tiba menemui Albert.

Saat melihat kepala keluarga Vysteria muncul, Albert memiliki sebuah firasat. Sosok gurunya tampak berbeda dari biasanya. Pria itu tiba-tiba membungkuk dan mengucapkan perimntaan maaf.

"Sebagai Kepala Keluarga Vysteria, sebagai guru dari Paduka yang Mulia, dan sebagai penduduk Rurall, saya meminta maaf atas perlakuan yang menyinggung Anda sebelumnya. Tapi …," Tuan Tyr kemudian bangkit dan menatap Albert dalam. "Saya mohon pinjamkan kekuatan Anda, mohon bantu kami," ucapnya dan sekali lagi membungkuk.

Albert heran dengan perubahan sikap yang Tuan Tyr tunjukkan. Selama ini bukan berarti ia diperlakukan buruk, tetapi anak itu dilatih dengan keras dan disiplin. Sosok Tuan Tyr yang membungkuk, rambut panjangnya yang diikat ke samping. Kemudian cara bicaranya yang begitu sopan, membuat Albert sedikit merinding sekaligus bertanya-tanya.

"Tuan, ada apa tiba-tiba?" Sekali lagi Albert bertanya, tetapi Tuan Tyr masih membungkuk.

"Apa ini tentang pembicaraan sebelumnya? Kalau mengenai hal itu, Anda tidak perlu memohon. Kalian ikut atau tidak bukan bergantung padaku, tapi Fuga," ujar Albert dengan kerutan di keningnya.

Meski begitu Tuan Tyr bergeming. Albert kemudian menghela napas panjang. Sikap pria tua itu membuatnya kesulitan.

"Tuan Tyr, aku berterima kasih karena bersedia mengajariku, lagi pula Fuga sendiri yang bersedia menerima kalian. Tidak perlu bersikap formal seperti ini."

"Meski begitu, aku ingin memohon kepada Anda," Tuan Tyr akhirnya bangkit, menatap lurus ke bola mata Albert. Menatap anak itu sangat dalam. Hampir seperti melihat semuanya hingga semua hal yang ia sembunyikan. Raut wajah Albert pun berubah.

"Apa kau tidak mendengar penjelasanku?" Suara anak itu terdengar lebih berat dari biasanya. Albert menatap tajam Tyr Vysteria.

"Sulit dipercaya tatapan itu berasal dari anak berusai 13 tahun …," Tuan Tyr tersenyum kemudian mengucapkannya dengan suara pelan. "Anda berasal dari Ririas bukan? Dan bukan hanya itu, Anda adalah bagian dari keluarga kerajaan."

Mendengar hal itu detak jantung Albert berdetak lebih cepat. Saking terkejutnya, anak itu terdiam. Ia berusaha mengendalikan diri---mengepalkan sebuah tinju.

"Dari mana kau ta--" Albert menarik napas perlahan, "Apa mau mu?"

"Saya hanya ingin Anda berjanji untuk mengantar kami ke lembah terlarang."

"Kau mengancamku?" Albert geram. Kegeraman anak itu membuat seluruh ruangan berguncang. Benda-benda yang ada di rak dan di atas meja berjatuhan.

"Hentikan! Anda cukup bijak untuk tidak bertindak gegabah," ujar Tuan Tyr. Kali ini ia bersikap lebih tegas. Senyum di wajahnya kini menghilang. Meski begitu Albert tidak berhenti.

"Kau sepertinya sangat meremehkanku?" Albert berdecak kesal kemudian melanjutkan ucapannya. "Jika aku mau, aku bisa meruntuhkan mansion ini."

"DASAR BODOH!" Tuan Tyr tiba-tiba meninggikan suaranya dan menatap Albert dengan tatapan penuh kemarahan. "Apa kau ingin seluruh penduduk Rurall menjadi musuhmu?!"

Albert tersentak. Anak itu mencoba mengendalikan diri lalu membatalkan sihirnya. Walau begitu, ia tetap waspada dan siap untuk melakukan apa saja apabila terjadi sesuatu.

"Kumohon dengarkan penjelasanku," pinta pria tua itu. Kali ini ia terdengar seperti Tuan Tyr yang biasanya. Tegas tapi penuh kepedulian. Di sisi lain ada kesedihan mendalam di balik ekspresi yang ia tunjukan.

Melihat sikap Tuan Tyr dan dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, Albert melepaskan ketegangan di pundaknya kemudian duduk di kursi tempat ia membaca sebelumnya. Anak itu menyandarkan siku di bingkai jendela lalu menopang dagu.

"Katakan yang ingin kau katakan!" Ujarnya seraya menatap ke luar. Ia sama sekali tidak melihat ke arah Tuan Tyr. Emosinya saat ini sedang bercampur aduk.

"Pertama-tama, aku ingin kau mendengar ceritaku …."

Pria tua dengan bibir tipis itu menjelaskan sebuah kisah. Kisah seorang anak yang lahir dari keluarga kerajaan. Anak yang lahir tanpa kekuatan spesial. Dan menjadi tidak istimewa merupakan sebuah aib. Sedangkan keistimewaan adalah sesuatu yang ditentukan lingkungan. Makanya lingkungan mengasingkannya.

Amethyst Quinsley menghabiskan banyak waktunya seorang diri. Biasanya ia berada di perpustakaan kerajaan membaca sejarah Rurall. Sejak usia lima tahun, hal itu yang selalu ia lakukan. Karena ia tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar dan diasingkan di istana, satu-satunya yang menjadi temannya adalah hewan-hewan yang berkeliaran di halaman istana.

Negeri Rurall sangat bersahabat dengan alam. Berbeda dengan manusia, alam tidak akan menilai. Tidak akan memberi label. Semua diperlakukan setara dan menerapkan hukum yang sama. Mithyst kecil jatuh cinta dengan ide itu. Ia jatuh cinta dengan Rurall.

Namun, mengetahui sejarah Rurall membuat anak itu bersedih. Apa yang ia baca merupakan cerita beratus-ratus tahun yang lalu. Semuanya sudah berbeda. Para peri, makhluk mitologis, hewan yang berbicara, pepohonan yang bernyanyi, hampir punah. Hanya warisan berupa kekuatan yang benar-benar tersisa.

Pengguna kekuatan supernatural merupakan warisan terakhir Rurall. Mereka yang dianugerahi kekuatan merupakan orang-orang istimewa. Keluarga kerajaan selalu memiliki kekuatan itu. Tetapi, ketika terdapat satu anak yang terlahir tanpa kekuatan, hal itu dianggap sebagai kesialan.

Makhluk mitologis yang tersisa juga tidak lagi seperti pada masa kejayaan negeri tersebut. Kini mereka tidak jauh beda dengan hewan lain, hanya memiliki sedikit kelebihan. Sangat menyedihkan mengingat betapa indahnya negeri itu dahulu. Negeri yang hanya mengenal musim semi. Hangat dan tentram.

Jantung dari Rurall adalah pohon keajaiban. Pohon yang memberi kekuatan dan kehidupan. Meski begitu tidak ada yang benar-benar pernah melihat wujudnya. Sebuah pohon misterius yang berada di dimensi berbeda. Pohon yang konon katanya merupakan pohon paling besar di dunia. Akarnya jauh ke dalam perut bumi. Batangnya tumbuh menembus awan. Daunnya berwarna keemasan. Dahannya membentang ke seluruh penjuru alam. Satu-satunya yang pernah melihat pohon keajaiban adalah Pertapa Agung.

Pertapa Agung merupakan sosok yang paling dihormati di Rurall melebihi raja. Sosok yang keberadaannya misterius. Sosok yang kemunculannya tidak terduga. Ia adalah sosok yang menyaksikan kejayaan Rurall dan hidup hingga saat ini. Ucapannya adalah sesuatu yang mutlak bagi penduduk Rurall. Kemudian, tepat enam tahun yang lalu, ia menyampaikan bahwa Rurall akan menghadapi masa paling sulit dalam waktu dekat.

Sejak mulai mengisolasi diri, Rurall berubah drastis. Bukan hanya hewan-hewan mulai berhenti berbicara, tetapi satu per satu penduduk aslinya punah. Tanahnya tidak lagi subur, seolah alam telah mengasingkannya. Satu-satunya yang tersisa hanya Folois. Dan entah sampai kapan itu berlangsung.

Setiap orang memiliki pandangannya terkait ucapan Pertapa Agung. Ada yang menanggapinya sebagai bencana atau peperangan. Ada yang menanggapinya sebagai krisis. Ada juga yang menanggapinya sebagai kepunahan. Apapun itu, Rurall hampir kehilangan keajaibannya.

Amethyst Quinsley, anak yang tanpa kekuatan itu memiliki ambisi besar. Ia ingin melihat kejayaan Rurall sekali lagi. Ia ingin melihat keajaiban yang hanya ia ketahui melalui buku. Ia, seorang anak tanpa keistimewaan ingin mengubah negerinya.

Meski tanpa kekuatan supernatural. Mithyst menjadi sosok yang benar-benar mencerminkan penduduk Rurall yang asil, terutama hatinya yang terikat dengan alam.

"Aku bertemu pertama kali dengan anak itu saat ia berusia tujuh tahun. Anak yang kelihatannya sangat rapuh, tetapi memiliki tekad yang luar biasa. Karena itu, aku ingin membantunya dengan cara apapun."

Hanya tersisa setengahnya, sebelum lilin di ruangan itu padam. Tuan Tyr bercerita cukup lama. Sedangkan Albert, tanpa sekalipun melihat ke arah pria itu, ia terus mendengarkan.

"Aku tidak bermaksud mengancam, tapi aku ingin menjalin kepercayaan," ungkap Tuan Tyr. Tampaknya ia bersungguh-sungguh dengan hal yang ia sampaikan.

"Kau tahu itu bukan urusanku," balas Albert ketus. Meski mendengar cerita Tuan Tyr dengan saksama, ekspresinya justru begitu dingin.

"Aku memiliki teman seorang penyihir dan dia berasal dari Ririas. Dia adalah orang yang sangat bisa diandalkan dan dapat dipercaya. Dan dia membuatku sadar bahwa tidak semua penyihir itu berpikiran sama."

Albert bangkit dari kursi, berjalan perlahan dan berdiri di hadapan Tuan Tyr dengan aura mengintimidasi. Anak itu kemudian berkata, "Kau sudah tahu identitasku sejak kemari, dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Apa kau berharap aku akan mempercayaimu begitu saja?"

"…."

"Bukankah lebih mudah jika kau mengancamku dengan melaporkan kebaradaanku. Aku yakin di luar sana akan banyak sekali orang yang menginginkan kepala dari Pangeran Ririas. Kau tidak perlu repot-repot menjalin kepercayaan atau apalah namanya itu." Anak itu menyeringai seraya menatap tajam lawan bicaranya. Albert yang sekarang terlihat begitu berbeda dari Albert yang biasanya. Kemudian Tuan Tyr yang mendengarkan penjelasan anak itu kesulitan menanggapi dan hanya mengerutkan alis.

"Lagi pula, apa untungnya bagiku---seorang penyihir membantu orang-orang Rurall. Bukankah sudah jelas bahwa kita ini berseberangan. Seandainya bukan karena Fuga, aku tidak sudi berinteraksi lebih jauh dengan orang seperti kalian."

Perkataan tersebut terdengar jauh lebih menyakitkan. Walau tidak menunjukkannya, tapi Tuan Tyr tidak senang mendengarnya. Meski begitu, pria tua itu menahan diri karena sadar bahwa dari awal pihaknya lah yang mulai berbicara buruk mengenai penyihir dan Ririas.

"Kita tidak bisa mengubah sejarah, karena hal itu terjadi di masa lalu. Namun, kita mampu menciptkan perbedaan di masa depan. Jika kau---seorang penyihir membantu Rurall, maka dunia akan memiliki sejarah yang berbeda."

Mendengar penjelasan itu bibir Albert terkatup rapat. Untuk beberapa saat anak itu diam, kemudian setelahnya ia memunggungi Tuan Tyr, "Biarkan aku sendiri saat ini."

Sementara menstabilkan emosinya, Albert meminta Tuan Tyr untuk keluar tanpa memberikan persetujuan atas gagasan yang pria itu sampaikan. Jangankan memberikan jawaban, menenangkan diri saja Albert kesulitan untuk saat ini. Pikiran anak itu tengah diselubungi kabut gelap.

~

avataravatar
Next chapter