webnovel

A Story You Can Tell

PERINGATAN! Rate 18+ Mengandung kekerasan Fuguel, lelaki tanpa ekspresi itu telah kehilangan hampir semua hal dalam hidupnya. Kemudian Albert, penyihir muda yang juga pangeran dari Ririas, lari dari negerinya setelah mengetahui sebuah kenyataan yang menyakitkan. Keduanya kemudian bertemu di sebuah wilayah gersang dan melakukan perjalanan untuk mengembalikan tubuh Fuguel seperti semula. Selama perjalanan itu, mereka melalui banyak hal, bertemu dengan banyak orang, belajar mengenai arti cinta, dan belajar memaknai kehidupan. A Story You Can Tell sendiri merupakan kisah cinta. Cinta yang menjadi kekuatan atas segala tindakan, sekaligus rasa sakit terburuk yang pernah manusia rasakan.

aylenasensei · Fantasy
Not enough ratings
43 Chs

Eleusinia Hari Pertama

"Tok, tok, tok!"

"Siapa pagi-pagi begini?"

Sembari mengusap mata, Albert membuka pintu. Di sana telah berdiri seorang gadis berambut cokelat yang berpakaian rapi.

"Kenapa lama sekali?" Tanya gadis itu. Sayangnya kesadaran Albert belum kembali sepenuhnya.

"Hei!" Gadis itu menarik kuping si anak dengan rambut berantakan.

"Apa yang kau lakukan?" Rasa sakit kemudian membuat Albert benar-benar terbangun. Beberapa detik setelahnya ia bereaksi "Julia!" Anak itu terperanjat. "Kenapa kau ada di sini?"

Julia berkacak pinggang kemudian mengerutkan kedua alisnya. Gadis itu tampak kesal. "Apa kau sudah lupa dengan pekerjaanmu?"

"Apa aku harus bekerja?" Albert tampak kebingungan, mendengar pertanyaan itu wajah Julia semakin kecut. "Aku pikir kalian mempekerjakan kami hanya sebagai bagian dari rencana kalian?" Tanya anak itu memastikan.

"Bisa-bisanya kau berpikir seperti itu setelah menerima tempat tinggal dan makanan gratis." Julia kemudian mendorong punggung Albert dan memasuki rumah pohon, "Cepat bersiap-siap!"

Di dalam ruangan kecil yang berisikan satu meja makan, dua kasur, dan kamar mandi, sosok Fuguel tidak lagi terlihat. Pagi-pagi sekali pria itu keluar. Berbeda dengan Albert yang semalam kelayapan, anak itu tidak berencana mengikuti Eleusinia hari ini.

"Menyebalkan sekali, padahal aku seharusnya bersiap untuk acara pembukaan pankrasi," gerutu gadis itu.

Mereka berdua berjalan menuju lokasi pembukaan pankrasi dilaksanakan. Matahari hampir setinggi kepala mereka ketika sampai di tengah kota. Penduduk Kota Folois menyambut Eleusinia dengan meriah. Suara alunan musik terdengar sejauh kaki melangkah. Anak-anak baik seumuran Julia atau di bawahnya tampak bermain dengan gempita. Hewan-hewan kecil seperti tupai saling berkejaran di atas pohon rindang. Burung-burung tampak memenuhi langit kota. Eleusinia disambut meriah oleh semua makhluk.

"Apa kau tidak merasa canggung?" Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari Albert, sontak anak itu menggunakan tangannya menutup mulut.

Julia menghela napas, "Julia … kami semua harusnya minta maaf atas perlakuan kami terhadapmu, Albert." Jelas anak itu. Tapi kemudian mimik wajahnya berubah menjadi kesal. "Tapi nenek sihir itu benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya dia memperlakukan Mithyst seperti itu." Julia tampak melampiaskan kekesalannya.

Tak mau kalah, Albert naik pitam. "Bukannya kalian yang memulai, Aran hampir saja membunuh masterku," balas anak itu ketus.

Mereka kemudian bertengkar untuk beberapa saat hingga orang-orang mulai memandangi. Menyadari hal itu, keduanya lalu menahan diri dan berhenti beradu mulut.

"Maaf," ucap Albert.

"Julia juga," balas Julia. "Semuanya sudah berlalu, kita lupakan saja kejadian ini." Imbuh gadis itu.

Meski ada rasa pahit yang tersisa, satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah menelan ludah. Tidak memperpanjang masalah tersebut juga merupakan sesuatu yang penting. Keduanya paham akan hal itu makanya mereka dengan sukarela memilih berdamai.

"Di sini pembukaannya."

Angin berembus kencang membawa sorak sorai penduduk Kota Folois. Sebuah darau yang terpisah dari dataran lainnya tampak membentuk lingkaran. Tempat itu merupakan area pertarungan. Sedangkan para penonton berada di dataran yang mengitari area pertarungan tersebut.

"Swoooshh!" Angin yang tadinya kencang, bertiup lebih kencang lagi ketika seekor hippogriff muncul seolah membelah langit. Makhluk mitologis itu tampak membawa seseorang di atas punggunya. Satu per satu hippogriff kemudian bermunculan dan mendarat di arena. Kibasan sayap mereka membuat orang-orang kagum. Euforia Festival Eleusinia membuat Albert tercengang

"Hei bukankah itu Nona Roxy?" kata Albert sembari menunjuk wanita yang mengenakan pakaian serba merah sembari melambaikan tangan kepada para penonton.

"Ck," Julia berdecak. "Kau benar," jawab gadis itu ketus. Melihat reaksi Julia, Albert mengangkat sebelah alisnya.

"Mengapa kau kesal?"

Wajah Julia memerah, amarah gadis itu terasa hingga ke ubun-ubun. "Seharusnya Julia berada di sana, menyambut para duelis," jelas gadis itu. Ia kemudian menunjuk sederet wanita mengenakan gaun serba putih yang tampak menawan di antara para duelis yang telah hadir. "Padahal Julia juga sangat ingin mengenakan pakaian itu."

"Bukannya kau bilang tiba-tiba mereka kekurangan orang, mengapa kau tidak jadi ikut?"

"Kemarin malam, mereka telah menemukan orang yang pas," gadis itu lalu menggigit bibir bawah. "Pasti karena mereka menganggap Julia masih anak-anak."

"Ah, karena itu kau memanggilku bekerja …," tatapan yang Albert lemparkan mengandung curiga. "… agar ada yang menemanimu," sambungnya.

Julia bergidik, wajah gadis itu merah padam hingga ke telinga. Pernyataan yang Albert sampaikan sepertinya tepat. Gadis itu kini memalingkan wajah karena malu. Albert terkekeh, tingkah menggemaskan Julia membuat anak itu tidak mampu menahan tawa. Pada akhirnya ia maupun Julia hanyalah anak-anak.

"Ngomong-ngomong di mana saudaramu? Ju-Julian?"

"Julius," koreksi Julia ketus. "Dia mungkin--" Julia menggelengkan kepala. "Dia pasti sedang membaca buku di rumah,

"Ka-kalian tidak dekat? Kupikir anak kembar pasti dekat."

"Bukan begitu …," wajah gadis itu berubah muram. Albert merasa tidak enak, sepertinya ia menyinggung sesuatu yang tidak seharusnya.

Mereka menyudahi percakapan kemudian berjalan menuju tempat persiapan para duelis. Di tempat itulah Albert akan bekerja. Selama perjalanan, keriuhan para penonton benar-benar memekakkan telinga. Seperti yang Julia jelaskan, saat pankrasi orang-orang sangat sulit diatur. Dari kejauhan Albert melihat punggung Fuguel yang tampak kewalahan mendisiplinkan para penonton.

"Rupanya raksasa itu benar-benar bekerja," pikir anak itu.

Albert dan Julia sampai di tempat persiapan, dari tempat itu mereka dapat melihat para duelis memamerkan kebolehannya. Setiap mereka menggunakan kekuatan supernatural, sorak penonton akan semakin menggelegar. Kebisingan pankrasi sepertinya tidak cocok untuk Albert, kegaduhan membuat tenaga anak itu terkuras.

Setelah karnaval usai, akhirnya mereka memasuki puncak pembukaan. Sebentar lagi Raja Rurall akan menyampaikan sambutan. Terdengar bunyi drum dan terompet ketika sosok paling ditinggikan oleh Rurall memasuki area pankrasi. Pandangan semua orang tertuju ke langit. Dari balik awan muncul sekelompok orang yang menaiki hippogriff. Saat mereka mendarat, terlihat sosok berambut panjang sebatas pinggang yang mengenakan mahkota. Ketika berjalan, jubahnya menyisir tanah. Ialah Raja Rurall. Di belakang Sang Raja, sudah berjajar para pangeran dan putri Rurall.

Saat Sang Raja mulai menyampaikan sambutan, seketika suasana menjadi hening. Hanya suara sosok itu yang terdengar. Albert yang melihat sosok itu dari kejauhan juga merasakan betapa berkarismanya Raja tersebut. Namun, di tengah-tengah sambutan yang Raja Rurall sampaikan, Albert melihat sesuatu yang tidak asing. Sosok yang berdiri di belakang Sang Raja tampak familier. Anak itu kemudian menyipitkan mata dan berusaha memfokuskan pengelihatannya. Saat ia yakin, ia pun terperanjat.

"Mi-Mithyst?!" Teriak anak itu, membuat pandangan orang-orang teralihkan.

Julia kemudian menepuk kepala Albert, "Jangan bersisik!" Kata gadis itu.

"Apa dia pangeran? Sudah jelas dia pangeran, dia berdiri di belakang Si Raja. Kalau dipikir-pikir, cara Aran dan lainnya memperlakukan Mithyst memang sangat berbeda. Dan aura misterius yang selalu dia pancarkan selama ini mungkin karena… Argahhh! Aku benar-benar salah berurusan dengan orang-orang ini." Albert tampak sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri. Julia yang berdiri di sampingnya menyadari hal itu. Gadis itu kemudian tertawa, sebisa mungkin suaranya tidak terdengar orang lain.

Albert akhirnya bekerja dengan perasaan campur aduk hingga Eleusinia hari pertama selesai. Di tengah-tengah gaduhnya pankrasi dan semarak perayaan, sebenranya anak itu sangat menunggu malam hari tiba. Sebab, sesuai perjanjian ia dan lainnya akan bertemu.

~

Halo-halo^^

Kembali lagi dengan chapter baru As You Can, bagaimana menurut kalian? Aku harap kalian meninggalkan jejak sebagai bentuk dukungan kepada Author. Tapi paling utama adalah kalian menikmati cerita ini^^

aylenasenseicreators' thoughts