webnovel

A Perfect Means (Open PO)

"Terlahir cacat ke dunia ini bukanlah keinginan setiap orang. Begitu pula dengan ku hyung." "Terlebih jika harus ditambah dengan anggota keluarga yang tak menginginkan kehadiranmu." "Apakah kalian sebegitunya membenci eksistensiku di dunia ini hyungdeul?" "Jika kasih sayang adalah suatu hal yang sangat sulit untuk didapatkan, lantas kenapa orang lain bisa dengan mudahnya untuk mendapatkan hal itu dari kalian?" "Apakah kalian berharap aku ini untuk tidak ada saja hyungdeul?"

Nocita_Maria · Celebrities
Not enough ratings
31 Chs

Ch.46: Give It Try

Hai semuanya, thx udh buat target 38k viewsnya jadi 39k. Hehe

Makasih juga buat yang udah ngevotes.

Mian buat kalian menunggu lama.

Jangan lupa vote dan comment, ya! 😉

Enjoyed...😊

*

*

*

*

Di suatu pagi di sebuah apartemen yang terlihat para penghuninya masih belum terjaga, kini tampak seorang namja dengan nasal cannula yang menghiasi hidung mancungnya sudah mulai mengerjapkannya matanya secara perlahan. Sementara sinar matahari di luar jendelanya yang mulai bersinar, hanya sedikit saja cahayanya yang dapat masuk ke kamar namja tadi lantaran gordennya yang belum dibuka.

Setelah sempat beberapa kali mengerjapkan matanya agar bisa terbuka lebih lebar, kini namja itupun tolehkan kepalanya ke samping ke arah kalender yang berada di atas nakasnya. Mengecek tanggal, hal itu kini sudah menjadi rutinitas rutin baginya untuk mengawali hari. Terlebih setelah peristiwa di mana ayah kandungnya telah mengusir dia dan hyungdeulnya dari rumah waktu itu.

"Mmm ... sudah hari ke tujuh ya!!" gumamnya, begitu matanya telah berhasil menangkap deretan tanggal pada kalender tersebut.

"Pagi Taehyungie!! Eoh, kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang tiba-tiba, membuat Taehyung menolehkan kepala kearahnya.

"Hoseok hyung!!" gumam Taehyung begitu mengetahui siapa yang datang.

Semenjak peristiwa waktu itu di mana In Sung mengusir mereka, kini Taehyung, Jung Kook dan hyungdeulnyapun telah tinggal bersama di apartemennya Seokjin.

Walaupun hubungan di antara Taehyung dan Hoseok sempat terasa canggung di awal mereka mulai berdamai, tapi kini setiap hari mereka sudah menunjukkan banyak kemajuan. Terlebih dengan rutinitas Hoseok yang sekarang selalu ingin berada di samping Taehyung untuk menjaga adiknya itu.

"Bagaimana keadaanmu hari ini Taehyungie, apa kau merasa sudah cukup sehat saeng?" tanya Hoseok sembari dirinya mulai mendekat pada Taehyung, lalu mendudukkan diri di sisi tempat tidur sang adik.

"Hmm, kurasa!!" sahut Taehyung sambil berusaha tersenyum

"Aigoo, kau benar- benar terlihat sangat pucat saeng," ujar Hoseok kemudian, sembari membelai surai coklat adiknya dengan sayang.

Namun tampak begitu kaget, saat ditangannya rambut Taehyung malah banyak yang berguguran.

"Kenapa hyung?" tanya Taehyung bingung. Sementara Hoseok tadi segera menyembunyikan tangannya yang membuat Taehyung mengerenyitkan dahinya heran.

"Astaga ... kenapa rambutmu jadi semakin banyak yang rontok setiap harinya saeng, apakah penyakit itu benar-benar menyiksamu eum?" batin Hoseok.

"Hyung, jangan membuatku cemas. Kau baik-baik saja kan?" tanya Taehyung khawatir. Padahal dirinyalah yang seharusnya paling dikhawatirkan saat ini.

"Hyung!" panggil Taehyung lagi, sembari kali ini menarik tangan Hoseok di dekatnya itu.

"Eoh, kau demam lagi ya Tae?" ujar Hoseok kaget, saat dirasakannya tangan yang menyentuh lengannya kini terasa sangat panas.

Maka dengan segera, iapun sudah menaruh telapak tangannya pada dahi Taehyung guna mengeceknya.

Lain halnya dengan Taehyung yang merasa tak nyaman karena Hoseok mulai mengkhawatirkannya lagi.

"Astaga Taehyungie, kenapa demammu tak mau turun-turun juga eoh? Ini sudah hari ketiga saeng," panik Hoseok.

"Ani, aku tak apa-apa hyung. Berhenti mengkhawatirkan aku ne?" pinta Taehyung seraya melepaskan tangan Hoseok dari atas dahinya tadi.

Sementara wajah Hoseok saat ini tak bisa dibilang tampak baik sama sekali saat didengarnya Taehyung berkata seperti itu.

"Mmm Hoseok hyung, boleh aku meminta sesuatu?" pinta Taehyung tiba-tiba, membuat Hoseok seketika menatapnya dengan was-was.

"Hari ini hyung liburkan?" lanjut Taehyung lagi, lalu segera diangguki oleh Hoseok.

"Bisa bawa aku ke suatu tempat?" pinta Taehyung.

"Ke mana?" tanya Hoseok balik.

"Ke suatu tempat yang pastinya kau sudah ketahui hyung!! Bersedia ya?" pinta Taehyung dengan memelas.

Sementara Hoseok langsung dibuat panik karenanya.

"Bukan kembali ke rumah kan saeng?" tanya Hoseok memastikan. Mengingat hampir seminggu ini, Taehyung terus merengek untuk pulang.

"Memangnya ke mana lagi!! Hanya tempat itu yang ingin kudatangi hyung," jelas Taehyung sembari merengutkan wajahnya.

"Aigoo, kalau itu hyung tidak bisa saeng! Mian ne," sesal Hoseok, membuat Taehyung seketika merasa kecewa.

"Kenapa, apa karena hyung takut Seokjin hyung dan Suga hyung mengetahuinya?" selidik Taehyung.

"Nah, kau saja sudah mengetahuinya sendiri, Tae. Jadi ke tempat lain saja ya?" bujuk Hoseok. Sementara Taehyung langsung berubah masam dibuatnya.

"Ayolah saeng, kita ke tempat lain saja eum? Selain tempat itu, hyung janji akan membawamu kemanapun yang kau mau saeng. Jadi yang lainnya saja ya?" tawar Hoseok, berharap Taehyung merubah keputusannya.

"Hyung ... appa-reul bogosipheoyo. Tak bisakah hyung membawaku bertemu appa diam-diam tanpa diketahui oleh hyungdeul eoh?" pinta Taehyung kemudian yang malah memelas padanya.

Sementara Hoseok kini jadi bingung dibuatnya.

"Hyung ... kalian selalu bilang dari kemarin-kemarin bahwa kalian akan menghubungi appa, lalu kemudian kita akan segera kembali ke rumah. Gotjimal. Ini bahkan sudah seminggu dan kita masih saja berada divapartemen ini. Jebal hyung, nde?" mohon Taehyung lagi dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Wen iriya?" ujar seseorang tiba-tiba, membuat dua orang itu yang sedang berbicara seketika menoleh.

"Eoh Seokjin hyung, kau sudah bangun?" sapa Hoseok gembira, merasa lega sebab terselamatkan kali ini.

"Wen iriya?" ulang Seokjin lagi yang sudah mendekat dan mengabaikan pertanyaan Hoseok tadi.

Sementara lain halnya dengan Taehyung, anak itu langsung bungkam karena ia bicara pada Seokjin juga tak ada gunanya sama sekali. Toh Seokjin adalah salah satu dari kakaknya yang melarang keras dirinya untuk bertemu appa mereka.

"Tidak ada apa-apa kok hyung. Aku hanya sedang berbincang-bincang saja dengan Taehyung kok," sahut Hoseok berusaha menutupi.

"Benarkah?" tanya Seokjin curiga.

"Tentu saja!! Tadi aku hanya ingin mengajak Taehyung jalan-jalan saja kok hyung. Tak lebih," ujar Hoseok lagi, membuat Seokjin cukup percaya kali ini.

"Baiklah kalau begitu!!" sahut Seokjin akhirnya, lalu kemudian mulai mengalihkan perhatiannya pada Taehyung yang bungkam.

"Taehyungie, hari ini kita akan pergi ke rumah sakit menemui Seo uisa-nim. Jadi kau hyung bantu bersiap-siap sebelum kita pergi nde?" kata Seokjin, namun seketika membuat Taehyung mengehela nafasnya dengan dalam.

"Hoseokkir, kau bangunkan saja Suga hyungmu dan Kookie sekarang eum! Suruh mereka untuk bersiap-siap secepatnya jika mereka ingin ikut," perintah Seokjin yang segera dituruti oleh Hoseok.

"Oh ya, kau juga jangan lupa untuk ikut bersiap-siap Hoseok!" seru Seokjin pula yang mengingatkan adiknya.

"Nde hyung. Arraso," sahut Hoseok sembari segera berlalu dari sana.

Kembali pada Taehyung dan Seokjin kini, Taehyung bahkan tak ingin melihat ke arah hyungnya itu saat Seokjin membantunya untuk mendudukkan diri.

"Taehyungie, kau kenapa saeng?" tanya Seokjin cemas, padahal dia sangat mengetahui sekali penyebab kenapa Taehyung selalu mengabaikannya beberapa hari ini.

"Hyung pembohong. Sampai kapan hyung baru akan mengajakku bertemu dengan appa eoh? Ini sudah hampir seminggu hyung, tapi hyung bahkan tak menghubungi appa sama sekali!!" sahut Taehyung yang terdengar serak.

Sementara mau tak mau kini Seokjin kembali dibuat memasang tampang asamnya karena sama sekali tak suka dengan topik yang dibicarakan adiknya ini.

"Hyung, daripada membawaku ke rumah sakit, aku lebih memilih kau mengajakku pulang ke rumah hyung. Tak bisakah?" pinta Taehyung kali ini,  sembari sudah memegang lengan hyungnya itu.

"Ani ... mian Tae!! Jangan hari ini eum?" elak Seokjin, membuat wajah Taehyung kembali murung.

"Selalu seperti itu. Jangan hari ini Tae, besok saja Tae, nanti Tae, tunggu setelah ini Tae. Sampai kapan aku harus menunggu terus seperti ini hyung? Kenapa kalian sama sekali tak ingin membawaku bertemu appa eoh? Aku mau bertemu appa, hyung," desak Taehyung kali ini yang mulai kehilangan kesabarannya.

"Geumanhe Tae, berhenti bersikap ssperti ini!!" pinta Seokjin kemudian.

Lain halnya dengan Taehyung, kini iapun lantas merebahkan dirinya lagi yang dipegang oleh Seokjin tadi dan langsung membelakangi hyungnya itu.

"Jangan seperti ini lagi Tae. Sampai kapan kau akan terus bertingkah seperti ini eoh?" kata Seokjin akhirnya sembari memegang bahu adiknya itu yang mulai bergetar, menandakan ia sedang terisak sekarang.

"Aku benci dengan kalian hyung. Kalian terus saja membuatku menunggu seperti ini. Pergilah, aku tak ingin melihat hyung sekarang!" usir Taehyung kemudian yang enggan melihat Seokjin.

"Begini lagi!!" batin Seokjin yang dipunggungi sang adik dan terlihat sedih.

"Pergilah hyung, apa kau tak mendengar perkataanku tadi!" ulang Taehyung, sementara ia semakin terisak sekarang.

"Tapi kita harus bersiap-siap sekarang saeng!" sahut Seokjin.

"Anieyo. Aku tidak mau pergi ke rumah sakit, hyung. Aku mau appa, bukannya pergi ke sana. Pergilah hyung saja kalau hyung mau," sahut Taehyung sarkatis, membuat Seokjin jadi mengacak rambutnya sekarang.

Di saat bersamaan, Sugapun akhirnya juga muncul di sana. Tapi begitu melihat situasi sang kakak yang tengah dipunggungi oleh sang adik bungsu, ia pun lantas segera dibuat heran karenanya.

"Ada apa hyung?" tanya Suga kemudian yang penasaran.

"Seperti biasa Suga-ya!! Taehyung ingin menemui appa lagi hari ini," cerita Seokjin yang membuat Suga kini berjongkok di depan Taehyung yang memiringkan tubuhnya tadi.

"Taehyungie, kenapa masih tak mendengarkan perkataan hyung eum? Bukankah hyung memintamu untuk menunggu saeng," tanya Suga, sembari menghapus air mata Taehyung yang sudah mengalir dengan deras pada pipinya itu dengan ibu jarinya.

"Pergilah tinggalkan aku sendirian di sini kalau kau juga bertingkah yang sama seperti Seokjin hyung, Suga hyung. Aku kecewa sekali pada kalian," usir Taehyung, seraya melepaskan tangan Suga dari pipinya tadi.

"Lihatlah Taehyungie, suhu tubuhmu bahkan hangat begini. Jadi bagaimana bisa kau bertemu dengan appa eum?" bujuk Suga, berusaha melunak.

"Gotjimal. Bahkan kalaupun aku baik-baik saja, hyung pasti masih tak akan membawaku untuk menemui appa. Jangan membohongiku hyung," bantah Taehyung sembari terisak. Sementara kini nafasnya terlihat mulai sesak.

"Tidak Tae, hyung janji akan membawamu menemui appa kok. Tapi setelah appa mau menerima kita lagi eum?" bujuk Seokjin pula yang sedari tadi diam, kini turut serta membantu Suga untuk membujuk Taehyung.

"Sudahlah hyung, aku lelah. Kalian pergi saja sekarang," pinta Taehyung kemudian.

"Taehyungie??" panggil mereka berdua lagi.

"PERGI KU BILANG HYUNG. PERGI! KENAPA MASIH DI SINI EOH?" teriak Taehyung akhirnya.

"Arra arra, tapi kau jangan berteriak seperti itu ya? Nanti nafasmu sesak Tae," peringat Suga.

"Kalau begitu pergilah hyung, atau bukan hanya nafasku saja yang sesak nantinya!!" jawab Taehyung melunak, namun membuat kedua kakaknya itu saling tukar pandang.

Maka benar saja setelah ia mengatakan hal itu, tiba-tiba saja Taehyung kinipun seketika membekap mulutnya seperti akan mengeluarkan sesuatu.

"Yaa Taehyungie, kau kenapa saeng?" teriak dua orang itu yang seketika merasa panik.

Lain halnya dengan Taehyung, kini iapun sudah memuntahkan semua isi perutnya yang bahkan tak sempat diisi kemarin malam.

Huueekk!!

Mual Taehyung yang terlihat kesakitan, saat air saja yang hanya keluar dari tenggorokannya itu.

"Suga cepat hidupkan mobil, kita harus segera membawanya ke Seo uisa-nim. Sekarang!" perintah Seokjin panik, sementara Suga langsung berlari keluar di buatnya.

"Taehyungie perlahan-lahan saja ne! jangan memaksakan semua isi perutmu keluar saeng," instruksi Seokjin khawatir, seraya mengusap-ngusap punggung Taehyung pelan.

"Hyung, appo!" ringis Taehyung dengan keringat dingin yang sudah membanjiri pelipisnya.

"Hyung gendong sekarang ne, kau masih kuat kan?" tanya Seokjin sembari mulai mengalungkan lengan kurus Taehyung pada bahunya.

"Yaa hyung, apa yang terjadi?" seru seseorang -Hoseok- yang baru muncul karena mendengar keributan tadi.

"Syukurlah kau di sini Hoseok. Kau bantu hyung pegangkan tabung oksigen Taehyung ne? Kita harus membawa dia secepatnya saeng," ujar Seokjin yang segera dituruti oleh Hoseok.

"Astaga Taehyungie, padahal kau tadi baik-baik saja saeng!!" cemas Hoseok.

Di depan pintu apartemen.

"Hyung aku ikut nde?" pinta Hoseok begitu sudah meletakkan tabung oksigen Taehyung tadi di dekat Seokjin yang kini membaringkan kepala Taehyung di atas pahanya pada kursi penumpang.

Sementara Suga sudah siap di bangku pengemudi.

"Tak bisa Hoseokkie, kasihan nanti Kookie sendirian. Kau di apartemen saja ne?" pinta Seokjin yang langsung membuat Hoseok merasa kecewa. Namun tak lama, karena mengingat apa yang dikatakan Seokjin ada benarnya.

"Kalau begitu berhati-hatilah hyung. Jangan lupa untuk memberitahuku tentang keadaan Taehyung nanti ya hyung?" pintanya kemudian yang segera diangguki oleh Seokjin.

"Berhati-hatilah Suga hyung!" kata Hoseok pula pada Suga yang langsung tancap gas.

"Tae ... Taehyungie, kau bisa mendengarkan suara hyung kan? Bertahanlah sebentar lagi ne, kita akan segera membawamu ke rumah sakit sekarang," bisik Seokjin pada Taehyung yang walaupun matanya tertutup dengan erat, namun masih dapat terdengar rintihan pelan dari bibirnya tersebut.

"Hyu ... ng, appo!!" lirihnya.

"Eomma ... tolong Tae!!" panggilnya di sela-sela rasa sakitnya.

Lain halnya dengan Suga, kini iapun sedang membawa mobil abu-abunya itu seperti orang kerasukan. Begitu cepat hingga bahkan refleksi bayangan di luar sana hanya seperti garis-garis horizontal saja karenanya.

***

"Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu adik anda Seokjin-ssi, Suga-ssi. Tubuh Taehyung-ssi sekarang imunnya terus saja meningkat, walaupun saya telah memberikannya obat steroid guna menurunkan sistem imunnya itu!!" gumam seorang dokter yang tak lain adalah Seo uisa-nim yang kini tengah berbicara dengan dua orang di depannya di dalam ruang kerja miliknya.

Lain halnya dengan dua orang tadi, wajah mereka yang mendengarnyapun tampak semakin kusut.

"Tampaknya obat itu memang sudah tak dapat memberikan efek apapun lagi tuan. Karena memang sudah sedari awal saya katakan obat-obatan tak akan berdampak banyak untuk menyembuhkannya," jelas dokter Seo lagi.

"Lalu bagaimana dengan kemotrapi, operasi, atau jenis pengobatan lainnya uisa-nim, apakah masih tidak bisa juga?" tanya Suga sembari menatap mata dokter itu memohon.

"Saya juga sudah pernah menjelaskannya pada anda Suga-ssi ... jadi cara itu tidak bisa. Karena umumnya penyakit yang diderita oleh adik anda ini adalah kasus yang langka. Jadi tim medis dan juga dokter belum bisa menemukan jenis pengobatan yang cocok untuk mengatasinya. Mian!" sesal dokter Seo lagi, lalu menatap ke dua kakak adik di hadapannya itu dengan sendu.

"Tapi pasti adakan dokter, kasus yang sama seperti adikku dan terjadi pada pasien lainnya dalam dunia kedokteran lalu kemudian dia berhasil bertahan hidup. Pasti ada kan?" desak Suga tak sabar.

"Memang ada Suga-ssi, tapi hanya 1 dari 3 saja yang bisa bertahan. Tapi itupun tak lama, karena penderita kemudian kembali mengalami kondisi penurunan tubuh yang sangat drastis hingga mencapai titik tertentu di mana tubuhnya sudah tidak dapat bertahan lagi. Jadi, saya tak ingin memberikan harapan palsu begitu pada anda," jelas dokter Seo.

"Tapi walaupun itu tetap tak bisa menyembuhkan mereka sepenuhnya, tapi setidaknya mereka masih sanggup bertahan hidup sampai akhirnya mereka drop lagikan dokter?" kata Suga lagi. Sementara Seokjin yang duduk di sebelahnya, mau tak maupun terpaksa menggamit tangan adiknya itu guna menyadarkan si empunya.

"Hmm ya. Kita bisa lakukan itu Suga-ssi, jika anda menginginkannya!" ujar dokter Seo kemudian, berhasil membuat mata kedua orang di depannya kini  seketika membulat karena terkejut.

"Benarkah dokter? Kalau begitu, kita lakukan saja," sahut salah satu dari mereka yaitu Seokjin yang telah mendahului adiknya.

"Tapi ini tak mudah!!" lanjut dokter Seo lagi, membuat ke dua orang tadi langsung menahan nafasnya.

"Kami sebisa mungkin akan mematuhi persyaratannya uisa-nim. Jadi saya mohon kita lakukan saja ne?" pinta Suga yang terlihat sangat bersungguh-sungguh sekarang.

"Baiklah, kita akan mencobanya mulai sekarang. Tapi sebisa mungkin, jangan terlalu kecewa pada hasil akhirnya nanti ne?" peringat dokter Seo.

Sementara dua kakak beradik itu, kinipun hanya bisa mengangguk dengan pasrah.

"Tapi semoga nanti hasilnya baik," doa dua orang itu diam-diam dalam hati mereka.

Sementara di suatu ruangan yang didominasi dengan warna putih, kini tengah berbaring seorang namja pucat dengan selang infus dan juga nasal cannula yang kembali setia menemaninya.

Ini sudah 30 menit berlalu sejak ia dibawa kerumah sakit ini. Setelah sempat sebelumnya berada di ruang gawat darurat lantaran kondisinya yang kritis. Kini, namja pucat itupun berhasil diselamatkan dan telah di pindahkan ke ruang rawat intensif. Tapi selama itu pula, belum ada satupun yang muncul ke dalam ruangannya yang membuat namja yang telah terbangun tadi itu kini terisak di tempatnya.

"Eomma ... Tae takut sendirian!! Hyungdeul ... kalian di mana?" rintihnya pelan nyaris tak terdengar lantaran teredam dengan isak tangisnya tersebut.

Sementara kini saat namja itu masih sibuk dengan dunianya, akhirnya seorang pemuda pun telah masuk ke sana. Pemuda tersebut, ia bahkan sempat kaget tadi, sesaat setelah membuka pintu langsung mendengar seseorang terisak di dalamnya.

"Apa dia sudah sadar?" batin namja itu dan perlahan mulai mendekat ke ranjang namja tadi yang masih terisak sendiri.

"Hyungdeul ... Tae takut!!" gumam Taehyung pelan.

"Taehyungie, kau sudah sadar saeng?" tanya orang itu akhirnya, membuat Taehyung menolehkan wajahnya.

"Su-Suga hyung?" panggil Taehyung terbata, lantas kembali terisak setelahnya.

"Wae geurae Taehyungie? Uljima saeng, kau takut karena apa eum?" tanya Suga -pria itu- yang kini telah merengkuh tubuh ringkih Taehyung dalam dekapannya.

"Hyung ... jangan tinggalkan aku lagi ne? Aku takut ditinggal sendirian hyung," isak Taehyung dalam pelukan kakak kandungnya itu.

"Mian, hyungdeul tadi bertemu dengan Seo uisa-nim, saeng. Mian ne, karena sudah meninggalkan mu sendiri?" sahut Suga sembari menepuk-nepuk punggung adiknya dengan pelan.

"Hiks hiks, aku takut hyung!!" ulang Taehyung lagi kali ini, membuat Suga mengerenyitkan dahinya.

"Takut kenapa lagi saeng, bukankah hyung sudah ada di sini sekarang?" tanya Suga, sembari dirinya meminta Taehyung untuk menatap matanya.

"Aku takut, karena tadi saat aku terjaga, aku sendirian saja di ruangan ini, hyung! Sementara itu ... ruangan ini sangat putih. Ku kira ... ku kira aku tadi sudah mati hyung. J-jadi, aku takut ... takut sekali jika aku sampai meninggalkan kalian tanpa sempat berpamitan dulu. Jangan lakukan lagi ya hyung?" cerita Taehyung terbata-bata karena diselingi dengan segukannya. Sementara Suga yang mendengar penuturan dari Taehyung barusan, kini detak jantungnya pun dibuat serasa akan copot karenanya.

"Astaga saeng, jangan pernah memikirkan hal-hal seperti itu! Kau tidak boleh pergi saat tak ada hyungdeulmu di sampingmu Taehyungie, kau mengerti kan?" pinta Suga, lalu mulai ikut menitikkan air matanya.

"Mi-Mian hyung!! Aku  .. aku juga tak ingin pergi dengan cara seperti itu. Jadi ... jadi jangan tinggalkan aku sendiri lagi ya hyung?" pinta Taehyung kemudian yang segera diangguki dengan cepat oleh Suga.

"Tentu, tentu Taehyungie. Suga hyung, Seokjin hyung, Hoseok dan juga Kookie, kami tak akan pernah meninggalkanmu sendirian lagi saeng. Jadi berhentilah menangis eum?" bujuk Suga, sembari mulai menghapus air mata Taehyung dengan telapak tangannya.

"Gomawoyo hyung," kata Taehyung kemudian, berhasil membuat Suga kini tersenyum.

"Cheonma ... cheonma uri Taehyungie," sahut Suga, lalu segera menarik Taehyung lagi ke dalam dekapannya.

Sementara di tempat lainnya, seorang namja berbahu lebar baru saja keluar dari dalam mobilnya dan kini tengah berdiri di depan sebuah gedung perkantoran yang menjulang sangat tinggi.

Di tangan namja berbahu lebar tadi, tampak ia tengah memegang sebuah dokumen cokelat. Terlihat dari cara ia memegangnya, sepertinya dokumen tersebut berisikan surat-surat yang sangat penting.

"Akhirnya aku harus bertemu dengannya lagi! Tapi tak apa Seokjin, ini semua demi adikmu kan? Jadi kau harus melakukannya. Kajja!!" gumamnya sendiri, lalu perlahan mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam pintu kantor tersebut.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya chingudeul. 😁😁

Vote sama komenannya juga. 😂😂

Saranghae❤❤

See u after 41k views and many votes. 🤗🤗🤗