webnovel

A Perfect Means (Open PO)

"Terlahir cacat ke dunia ini bukanlah keinginan setiap orang. Begitu pula dengan ku hyung." "Terlebih jika harus ditambah dengan anggota keluarga yang tak menginginkan kehadiranmu." "Apakah kalian sebegitunya membenci eksistensiku di dunia ini hyungdeul?" "Jika kasih sayang adalah suatu hal yang sangat sulit untuk didapatkan, lantas kenapa orang lain bisa dengan mudahnya untuk mendapatkan hal itu dari kalian?" "Apakah kalian berharap aku ini untuk tidak ada saja hyungdeul?"

Nocita_Maria · Celebrities
Not enough ratings
31 Chs

Ch.44: An argument

Aloha semuanya, saya update.👋

Jangan lupa vote dan commentnya ya reader tercinta. 😉

Thx buat 34k views dan votesny.

Enjoyed...😇😇😇

*

*

*

Ada dua hal didunia ini yang kita pernah melakukannya, tapi kita tidak mengetahuinya. Yaitu saat kita membukakan mata dan saat terakhir kita memejamkannya. -unknown

*

*

*

"Hyung, apa kalian sudah selesai?" tanya seorang namja berkursi roda, pada ke dua hyungnya yang saat ini sedang sibuk berkutat di dapur.

"Sebentar lagi akan siap kok Taehyungie. Ini supnya sudah mendidih," sahut salah satu dari mereka -Seokjin- sembari mulai mematikan api pada kompor gas yang ia gunakan.

"Kimbapnya juga sudah selesai Saeng!" tambah Suga pula, sembari mulai menata rapi kimbap buatannya itu di atas piring.

"Ne Taehyungie, bisa tolong kau bangunkan dulu si Kookie?" pinta Seokjin kemudian.

"Geurae. Chamkkaman!!" sahut Taehyung, lalu kini beralih ke kamar Seokjin di mana Jung Kook menumpang tidur semalam.

5 menit kemudian, akhirnya semua orang kinipun sudah duduk manis di tempat mereka masing-masing. Sementara di depannya, sup hangat dan juga kimbap yang menggiurkan selera sudah terhidang.

"Hoamm!! Hyung, Kookie masih ngantuk!" ujar Jung Kook yang matanya terlihat masih sedikit melekat.

"Astaga Kookie, kau cuci muka dulu sana! Jangan tertidur begitu di meja makan Kookie," tegur Seokjin saat dilihatnya dagu Jungkook tadi oleh si empunya sudah diletakkan di atas meja, lantas kemudian memejamkan matanya.

"Kookie, pergi cuci muka dulu eum?" bujuk Taehyung juga, sembari menepuk-nepuk pipi Jung Kook dengan pelan.

"Hmm, baiklah!! Chamkkaman," pamit Jung Kook yang menurut.

"Taehyungie ... cha, kau harus habiskan dulu susu di gelas itu baru kau mulai sarapan eum?" pinta Suga yang kini sudah mulai menyendokkan kimbapnya tadi ke dalam mulut.

"Sebentar Hyung ... aku tunggu Kookie dulu," sahut Taehyung di saat yang bersamaan ketika Jung Kook sudah kembali ke meja makan.

"Kenapa belum makan Taetae Hyung, menunggu Kookie?" tanya Jung Kook heran, lalu kembali mendudukkan diri di samping Taehyung.

"Ne Kookie. Jja, jal meokgesseumnida!" seru Taehyung kemudian, diikuti oleh Jung Kook di sebelahnya.

Namun berbeda dengan Jung Kook yang tampak langsung lahap menikmati makanannya, Taehyung kini justru terlihat tengah mengerenyitkan dahinya bingung.

Ada apa dengan lidahku? Kenapa aku tidak bisa merasakan rasa sup ini sama sekali? Ataukah rasa sup ini memang hambar!! batin Taehyung yang cemas. Sementara ketiga namja yang bersamanya itu, mereka tidak menyadari perubahan ekspresi yang terjadi pada Taehyung sama sekali.

"Eotte, enak tidak?" tanya Seokjin tiba-tiba, menyadarkan Taehyung dari lamunannya.

"Ma-Masisseoyo Hyung, Hyung daebak!!" sahut Taehyung sembari mengangkat ke dua jempolnya untuk Seokjin.

"Syukurlah. Makan yang banyak ne?" pinta Seokjin, seraya mengusap-ngusap rambut Taehyung dengan sayang. Tak menyadari, bahwa adiknya tengah membohongi dia saat ini.

"Astaga Kookie, kau kalau makan kok belepotan begitu. Sini!" seru Suga pada Jungkook, bermaksud menyuruh Jung Kook mendekatkan wajahnya.

"Aigoo, seperti bayi besar saja eum!" kekeh Suga seraya mengusap sudut bibir Jungkook yang terkena ceceran kimbap yang di makannya.

"Igeomasisseoyo Hyung, wuaa ... Kookie suka sekali kimbap buatan Hyung!!" puji Jung Kook sembari ibu jari tangannya ia acungkan pada Suga di depannya.

"Arra arra, habiskan ne!" perintah Suga yang langsung diangguki oleh Jung Kook dengan senang hati.

Lalu saat yang lainnya mulai sibuk dengan makanan mereka, Taehyungpun kini tampak terpaku di tempatnya. Sementara itu, matanya terus memandangi satu persatu semua orang yang ada di sana. Ragu, harus mengatakan keadaannya yang sejujurnya pada tiga orang yang bisa dipercayainya itu atau tidak. Sampai akhirnya, diapun memutuskan untuk menyimpannya saja dan kembali melanjutkan acara makannya yang sama sekali tak ada rasa.

Jangan membuat mereka khawatir Taehyungie! Bukankah kau dulu juga bisa mengatasinya sendiri tanpa merepotkan orang lain eum? Bertahanlah, batin Taehyung.

"Hyung lagi! Kookie mau kimbap Suga Hyung lagi," pinta Jung Kook tiba-tiba, sembari kini telah menyodorkan piringnya pada Suga.

"Igeo!" serah Suga, sembari menaruh kimbap yang diminta Jung Kook ke atas piringnya.

"Taehyungie, apa kau mau juga Saeng?" tanya Suga pada Taehyung yang masih terdiam.

"Ah nde, boleh Hyung!!" sahut Taehyung, lalu berpura-pura menunjukkan wajah antusiasnya pada Suga.

"Waa Suga-ya, Hyung rasa mulai sekarang kau berhenti saja berkerja sebagai direktur Saeng!" ujar Seokjin tiba-tiba, membuat si empunya menoleh.

"Apa maksudmu Hyung?" tanya Suga bingung.

"Seperti yang dikatakan Jung Kook tadi, Suga-ya ... kimbap buatanmu ini benar-benar sangat lezat Saeng. Jadi Hyung rasa kau lebih cocok untuk membuka restoran kimbap dibandingkan dengan mengurus banyaknya berkas di kantor. Bukankah itu sangat menyenangkan?" ujar Seokjin serius, tak tampak tengah bermain-main dengan ucapannya itu.

"Jangan bercanda Hyung, bisa-bisa bangkrut aku hanya dalam waktu 3 bulan saja nanti!!" sahut Suga, menolak saran dari Hyungnya tersebut.

"Tapi tidak ada salahnya mencobakan Hyung? Kookie bisa membantu Hyung nanti," komen Jung Kook yang bersemangat. Lain halnya dengan Suga yang hanya terkekeh dibuatnya.

"Aigoo aigoo, geumanhe ... jangan membuat Hyung tertawa Kookie!! Sudahlah, ayo kita cepat habiskan sarapannya," ajak Suga kemudian seraya terkekeh geli.

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di kediaman In Sung. Kini baik In Sung dan juga Hoseok sedang sarapan bersama dalam suasana yang sangat hening.

Setelah accident malam tadi di mana In Sung tak sengaja melihat Hoseok tertidur di kamar Taehyung, pagi ini semua masih tampak normal sebab In Sung belum ingin menanyakannya secara langsung dengan putra ke tiganya tersebut. Lain halnya dengan Hoseok, ia bahkan benar-benar tak menyadari jika In Sung telah menangkap basah dirinya tadi malam.

"Appa/Hoseokkie!!" seru mereka berdua tiba-tiba di saat yang bersamaan.

"Mmm ... Appa duluan saja, Hoseok bisa nanti!!" ujar Hoseok yang mengalah. Sementara In Sung yang ada di depannya, untuk sesaat pria itupun lantas meletakkan garpu dan juga sendok yang ia gunakan tadi di atas meja.

Setelah menatap wajah anaknya untuk beberapa saat, kini In Sungpun secara perlahan mulai membuka mulutnya.

"Hoseokkie ... Appa ingin bicara serius padamu. Tolong kau jawab dengan jujur ne?" pinta In Sung, memulai pembicaraan mereka. Lain halnya dengan Hoseok yang mulai tegang di hadapannya.

Kenapa tiba-tiba Appa jadi ingin berbicara seserius ini padaku? Apakah aku telah melakukan suatu kesalahan padanya namun aku tak menyadarinya!! batin Hoseok yang was-was.

"Hoseokkie, kau ... apa kau sekarang telah menerima adikmu Taehyung, Adeul?" tanya In Sung tiba-tiba, berhasil membuat Hoseok langsung terperanjat kaget.

"A-Appa!! Apa maksud Appa?" tanya Hoseok terbata-bata. Jujur saja dia sangat merasa takut sekarang ini.

"Jawab saja pertanyaan Appa tadi dengan jujur Hoseok. Kau sudah menerimanya atau justru masih membencinya eum?" ulang In Sung, sembari matanya menatap Hoseok.

"A-Appa!! Jangan seperti ini, aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang kau coba untuk tanyakan padaku Appa!" tanggap Hoseok, merasa cemas.

"Jangan berpura-pura Hoseokkie. Appa memergokimu semalam!!" cerita In Sung, sembari kali ini membuang nafasnya dengan kasar.

"Maksud Appa?" tanya Hoseok, berpura-pura tidak tau. Meskipun sekarang ini dalam benaknya sudah bisa menangkap dengan jelas ke arah mana yang In Sung maksud.

"Appa melihatmu semalam tidur di kamar anak cacat itu Hoseokkie. Jadi apa penjelasanmu sekarang eum?" tuntut In Sung, sembari tatapan matanya menatap Hoseok dengan cukup tajam kali ini.

Sementara Hoseok yang sudah menduganya, kini iapun tergagap dibuatnya.

"Mi-Mian Appa!! A-Aku, aku tadi malam!!" kata Hoseok tersendat-sendat.

"Kenapa kau jadi seperti Seokjin hyungmu juga Adeul? Ada apa dengan kalian eum?" tanya In Sung heran.

"Bukan begitu Appa, hanya saja aku...!!"

"Harus berapa kali Appa katakan pada kalian Adeul, jangan pernah terkecoh dengan anak cacat itu. Dia pendusta Hoseok, dan kalian jangan sampai tertipu dengan aktingnya yang pura-pura sakit itu. Tapi kenapa kalian sampai bisa terjerat eoh?" interupsi In Sung sembari mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tapi Appa, Seokjin hyung bilang anak itu memang benar-benar sedang sakit parah Appa. Aku bahkan saat itu di taman melihatnya memakai sesuatu seperti alat bantu untuk bernafas pada hidungnya. Apa Appa pikir anak itu masih berakting saja eoh?" bela Hoseok tiba-tiba.

"Dia tidak sakit Hoseok!! Kalaupun memang dia itu sakit seperti yang kau katakan, bukankah itu sudah sepantasnya bagi dia untuk menerimanya?" balas In Sung, sembari menatap Hoseok dengan tajam.

"Tapi Seokjin Hyung juga bilang bahwa penyebab kematian eomma bukan Taehyung, Appa. Setelah aku memikirkannya, ku rasa itu juga cukup masuk akal. Apakah kau tidak berpikiran yang sama seperti aku Appa?" tanya Hoseok bingung.

"BODOH!! KALIAN SEMUA ITU TELAH DIBODOHI OLEH ANAK CACAT ITU HOSEOKKIE!!" teriak In Sung tiba-tiba, sembari menggebrak meja makan tadi dengan tangannya.

"A-Appa!!" kata Hoseok yang mulai ketakutan. Terlebih kini mata In Sung tampak begitu memerah sembari menatap dirinya.

"Geumanhe Hoseok-ya. Appa mohon padamu ne? Hanya kau lagi satu-satunya harapan Appa, Hoseokkie. Jangan kecewakan Appa ne?" mohon In Sung kemudian, lalu mulai meneteskan air matanya.

"Tapi Taehyung sudah cukup menderita Appa. Tidakkah itu sudah cukup baginya untuk selalu dan terus menerus kita abaikan? Bagaimana jika nanti kita menyesalinya Appa?" kata Hoseok lagi.

"HENTIKAN HOSEOKKIE!! KAU TAU APA TENTANG PENDERITAAN ANAK ITU HAH?" bentak In Sung lagi, membuat Hoseok kali ini bungkam.

"Bukankah kau selalu bersama Appa selama ini Hoseok-ah? Tidakkah kau bisa melihat betapa menderitanya Appa sejak kehilangan eommamu eum?" tangis In Sung, lalu terduduk di kursi yang sempat ia duduki tadi.

"Appa, uljima!" pinta Hoseok khawatir.

"Appa sudah kehilangan seseorang yang amat Appa cintai Hoseokkie, dan dia adalah eommamu yang semenjak Taehyung mulai dikandungnya membuat eommamu jadi ikut terkena sial. Tidak bisakah kau mengerti keadaan Appa ini Hoseok?" isak In Sung.

"Tapi Appa, bukankah eomma meninggal karena memang tubuh eomma sudah lemah? Kenapa menyalahi Taehyung, appa?" balas Hoseok.

"Kenapa kau susah sekali mengerti Adeul. Ya, eommamu itu memang punya tubuh lemah. Tapi setidaknya kalau saat itu dia mau menuruti perkataan Appa untuk menggugurkan anak sialan itu ... eommamu, eommamu pasti masih bisa bertahan hingga saat ini Hoseok-ah!" ujar In Sung lagi.

Sementara Hoseok kini benar-benar dibuat jadi bingung dan tak habis pikir dengan tingkah Appanya tersebut.

"Kenapa Appa begitu tega ingin membunuh anak Appa sendiri Appa? Aku benar-benar tak menyangka Appa punya pikiran sejahat itu," ujar Hoseok tiba-tiba yang seketika membuat In Sung mengangkat wajahnya.

"Kalaupun semisalnya aku yang berada di posisi eomma, aku pastinya akan tetap mengambil keputusan yang sama seperti yang eomma ambil Appa. Jadi Appa, geumanhe. Berhentilah Appa ... dan mari kita mulai menerima kenyataan yang terjadi sebenarnya pada eomma," ajak Hoseok kemudian.

"CUKUP. HENTIKAN SAMPAI DI SANA HOSEOKKI!" bentak In Sung yang kembali kalap.

"Appa yang cukup hentikan sampai di sana Appa. Tidak sadarkah Appa, setelah melihat semua yang Appa lakukan selama ini dan juga alasan kenapa Appa membenci Taehyung? Aku, aku akhirnya sadar bahwa Appa sangat kekanak-kanakkan sekali Appa," ujar Hoseok kemudian.

"YAA!!" teriak In Sung, sembari kali ini menghempaskan piring-piring yang ada di hadapannya.

Praangg!!

Terdengar suara benda-benda tersebut yang mulai berjatuhan, lalu hancur membentur kerasnya lantai marmer.

"Geumanhae Appa, berhentilah bersikap seperti ini! Appa, kau itu sebenarnya hanya ingin melampiaskan rasa kehilanganmu pada Taehyung sajakan? Mohon sadarilah akan hal itu," nasehat Hoseok tanpa disangka-sangka. Sementara In Sung dibuat terpana olehnya.

"YAA HOSEOKKIE, APA KAU INGIN MENENTANG APPA SEKARANG HAH?" teriak In Sung tak terima.

"Mian Appa, bukan maksudku ingin bersikap seperti ini padamu. Tapi setelah melihat semua kelakuan Appa, ditambah dengan alasan Appa yang membenci Taehyung lantaran Appa butuh tempat pelampiasan sebab kehilangan eomma, aku ... aku sebagai anakmu yang ingin membuat Appa sadar akan tindakan salah Appa, aku tidak akan bisa menolerir sikapmu itu lagi Appa. Mianhae!" sesal Hoseok, membuat In Sung benar-benar dibuat kaget karena ucapannya itu.

"KIM HOSEOK, KAU BENAR- BENAR!" teriak In Sung emosi. Lalu tanpa sadar, kini tangannya ikut pula telah terangkat di depan wajah Hoseok yang tak sempat menghindar.

PLAKK!!

Suara tamparan yang dihasilkan oleh telapak tangan In Sung saat berhasil mendarat pada pipi kirinya Hoseok yang hanya bisa memejamkan matanya.

"APPA, NEO MICHEOSSO!" teriak seseorang tiba-tiba.

Tbc

Hayolo, siapa tuh yang tiba2 datang? 👀

Jangan lupa Vote dan Komen kalian buat chapter ini ya chingudeul dan readers kesayangannya author. 😁

See you in the next chap.🤗🤗🤗