webnovel

A Perfect Means (Open PO)

"Terlahir cacat ke dunia ini bukanlah keinginan setiap orang. Begitu pula dengan ku hyung." "Terlebih jika harus ditambah dengan anggota keluarga yang tak menginginkan kehadiranmu." "Apakah kalian sebegitunya membenci eksistensiku di dunia ini hyungdeul?" "Jika kasih sayang adalah suatu hal yang sangat sulit untuk didapatkan, lantas kenapa orang lain bisa dengan mudahnya untuk mendapatkan hal itu dari kalian?" "Apakah kalian berharap aku ini untuk tidak ada saja hyungdeul?"

Nocita_Maria · Celebrities
Not enough ratings
31 Chs

Ch.10: The Reborn of The Devil

Perhatian2 buat para readers!!😅Hehe

Dipart ini author cuma mau kasih tau, bahwa akan ada banyak sekali flashbacknya.

Dan seperti biasa, jangan lupa Vote ya. 😆

Happy reading...

😊

😊

😊

😊

😊

"Hahaha ... Kookie kookie, kelakuanmu ada-ada saja ya!!" terdengar gelak tawa seorang namja tampan yang memenuhi ruangan kamarnya yang bernuansa serba putih ini. Sesekali, tampak ia terus mengumbar tawa sembari memegang perutnya yang sakit karena mendengar banyolan seorang namja kecil yang menemani dirinya itu.

"Aisshh hyung, berhentilah tertawa. Alasan kenapa aku menjahili si Bam-Bam dengan memasukkan katak ke dalam bajunya kan juga karena ia terus mengangguku. Jadi tidak salah kan, jika aku melakukan hal tersebut padanya hyung?!" tanya namja kecil itu meminta pendapat, sambil sesekali mempoutkan bibirnya lucu.

"Astaga, tapi bukan berarti kau jadi membalas dia dengan balik mengerjainya Kookie," tanggap Taehyung, sementara namja kecil yang ada di hadapannya itu hanya mampu menekuk Wajahnya kesal.

Taehyung dan Jung Kook baru saja mengenal satu sama lain 30 menit yang lalu. Tapi lihatlah apa yang terjadi sekarang, Jungkook bahkan sudah banyak menceritakan kisahnya selama ini di Amerika dengan santainya pada Taehyung. Terlebih, mereka berdua terlihat akur bagaikan saudara kandung.

"Ne, arraso hyung. Tapi, lagipula sekarang kan aku sudah pindah kemari hyung. Jadi aku tidak perlu khawatir lagi bertemu dengan anak nakal itu," kata Jungkook lagi.

"Eum Kookie ... kau tau, tidak baik eoh untuk terus menerus membenci seseorang karena perbuatannya. Sejahat apapun mereka padamu, bukan berarti dengan begitu kita pula jadi berhenti menyukainya. Manusia pada dasarnya itu tercipta untuk saling mengasihi. Jadi berbaikanlah dengan Bam-bam, dan setidaknya tetap jalini hubungan kalian berdua dengan baik walaupun kau sudah pindah kemari. Arrachi?!" nasehat Taehyung pada namja di hadapannya ini, dan tak lupa dengan senyum kotak yang menghiasi bibirnya itu.

"Hmm ... baiklah, akan Kookie coba. Tapi bagaimana kalau ternyata nanti dia tidak mau berteman lagi dengan Kookie walau Kookie sudah memaafkannya dan ingin akur lagi dengannya hyung?" tanya Jungkook lagi yang penasaran.

"Nah paling tidak, kau sudah berusaha Kookie!" sahut Taehyung.

"Lagipula hyung yakin, sebenci apapun seseorang padamu namun jika kau mempunyai perasaan yang tulus ingin dekat dan berbaikan kepadanya, lambat laun iapun pasti akan luluh!" lanjut Taehyung.

Sementara itu jauh di dalam lubuk hatinya, hal ini sedikit banyak juga menyinggung tentang dirinya selama ini.

"Ya, itu benar Taehyung!! Sebenci apapun hyungdeul dan juga appa padamu, tapi jika kau terus berusaha untuk mendekati mereka ... percayalah, suatu saat nanti mereka pasti akan menerimamu. Sementara ini yang harus kau lakukan, adalah tetap berusaha agar mereka memaafkanmu. Ayo fighting!" batinnya yang tengah bicara.

"Mmm hyung, kenapa kau tersenyum sendiri seperti itu? Kau baik-baik saja kan?" tanya Jungkook heran yang melihat tingkah Taehyung di hadapannya.

"Hehe, tentu saja aku baik Kookie. Selintas tadi, aku hanya terpikirkan sesuatu saja kok...!!" jelas Taehyung, sementara Jungkook mengganguk paham.

****

Flashback on

"Maaf tuan In Sung, sepertinya jika istri anda tetap bersikeras untuk mempertahankan bayinya yang ada sekarang, saya khawatir itu akan semakin memperburuk kondisi tubuhnya. Anda tau sendiri bukan, bagaimana lemahnya sistim pertahanan tubuh istri anda itu. Jadi jika dia terus memaksakannya, saya takut sesuatu yang fatal akan menimpa padanya nanti," jelas seorang dokter paruh baya pada pria muda yang ada di hadapannya saat ini.

"Aku sebenarnya sudah beberapa kali mencoba untuk memberitahukannya uisa, tapi dia keras kepala sekali dan mengabaikan kata-kataku!!" ujar pria muda tadi sambil sesekali terlihat memijat pelipisnya yang berkedut pusing memikirkan keadaan istrinya itu.

"Untuk sekarang, mungkin ada baiknya jika anda beri ia pengertian. Selagi usia kandungannya masih muda bukan?!" nasehat dokter itu lagi.

"Hmm, baiklah. Nanti aku akan mencobanya lagi Park uisa. Aku undur diri dulu kalau begitu," pamit pria muda tadi sembari segera beranjak dari tempatnya.

Di koridor rumah sakit siang ini, terlihat ada banyak pasien, keluarga pasien, dokter serta suster yang berlalu lalang. Di sisi lain, tampak pria muda tadi tengah berjalan lesu menuju kamar rawat istrinya di ruang VVIP di salah satu rumah sakit terkenal ini.

Saat ia akhirnya sudah berdiri di depan ruang rawat yang dituju, langkahnya segera terhenti saat didengarnya sang istri tampak sedang berbincang ceria bersama anak-anaknya di dalam.

"Ma ma, umma!!" celoteh seorang balita berumur satu tahun yang saat ini tengah digendong oleh Seokjin di samping ibunya yang terbaring di atas ranjang.

"Aigoo ... anak Eomma sekarang sudah mulai pandai memanggil eomma eum??" ujar sang eomma gemas, dan mengusap-ngusap pipi anaknya dengan sayang.

"Eomma eomma, kapan eomma akan keluar dari rumah sakit? Bukankah minggu yang lalu eomma baru saja kembali dari sini?" tanya anak keduanya Yoongi tiba-tiba, yang sedari tadi hanya duduk diam memperhatikan di atas sofa yang tengah didudukinya.

Sementara sang eomma yang mendengar penuturan sang anak, wajahnya pun langsung berubah sendu.

"Yoongi-ya!!" tegur Seokjin yang menyadari perubahan itu.

"Wae (kenapa)? Aku kan hanya bertanya hyung!!" kesal Yoongi pada kakaknya tersebut.

"Mianhae chagi ... eomma sering sekali meninggalkan kalian eum? Mian," sesal sang eomma.

"Sudahlah eomma, eomma jangan sedih begitu. Lagipula itu bukan keinginan eomma untuk kembali dirawat di rumah sakit kan?" hibur Seokjin.

Sementara Hoseok yang masih balita, anak itu hanya sibuk berceloteh ria sembari memperhatikan ibu dan kedua kakaknya ini.

"Huh, itu pasti karena adikku yang saat ini tengah berada di perut eomma kan?" ujar Yoongi tiba-tiba, dan membuat ibunya kaget.

"Dasar pabo, memangnya bisa apa bayi di kandungan sehingga bisa rewel seperti yang kau katakan Yoongi-ya!!" tegur Seokjin pada sang adik lagi.

"Sudah-sudah, kalian berdua jangan bertengkar adeul!" lerai sang eomma menengahi ke duanya.

Dan disaat bersamaan, muncullah In Sung yang baru masuk ke ruang tersebut dan segera membuat Yoongi menghambur ke arahnya dan sejenak melupakan pertengkaran dengan sang hyung.

"Appa....!!" seru Yoongi manja, dan mengulurkan kedua tangannya minta disambut.

"Hupp," tangkap In Sung dan membuat sang anak terkekeh.

Setelahnya, iapun segera mendekati ranjang sang istri.

"Hai chagi, apa kau sudah merasa baikan??" tanyanya, dan langsung mengusap pipi sang istri dengan sayang.

"Nde oppa, sudah merasa sangat sehat malah. Oppa dari mana saja eum??" tanya istrinya pula.

Sementara itu In Sung terlihat seperti tengah memberikan kode pada Seokjin anak tertuanya agar mereka beranjak dari sana.

"Eum Yoongi-ya, mau ikut dengan hyung tidak? Ayo pergi ke taman untuk mengajak Hoseokkie bermain?" pinta Seokjin pada Yoongi yang tengah digendong sang appa.

"Huh, kenapa tiba-tiba sekali? Shirreo, kau saja yang pergi hyung!!" tolak Yoongi.

"Hyung tadi lihat di sana ada yang menjual es krim Yoongi-ya. Apa kau tidak mau eoh?" bujuk Seokjin lagi.

"Yaa hyung, shirreo. Aku masih mau bersama appa dan eomma di sini!!" tolak Yoongi mentah-mentah.

"Lalu bagaimana jika kita mencari makanan? Lihatlah, sepertinya Hoseok kelaparan sekarang!!" bohong Seokjin.

Sementara Yoongi yang mendengar nama sang adik disebut, iapun segera memperhatikan sang adik yang kini tengah menghisap ibu jarinya itu.

"Hufft ... sepertinya begitu!!" batin Yoongi.

"Baiklah, ayo kita keluar!!" sahutnya kemudian, dan sudah meminta sang appa agar menurunkannya.

"Eomma, appa, kami pergi sebentar ne? Nanti kami akan kembali lagi kesini," pamit Yoongi pada ke dua orang tuanya.

"Ne sayang. Hati - hati eum?" pesan sang eomma, dan sempat memberikan ciuman kasih sayang di pipi putih pucat anaknya yang langsung tersipu.

"Ah eomma, aku sudah besar!!" malu Yoongi, dan langsung kabur begitu saja melewati sang appa yang terkekeh melihatnya.

"Kalau begitu kami juga pamit eomma. Sampai nanti," ujar Seokjin pula.

Namun sempat membiarkan sang adik dipeluk oleh sang eomma terlebih dahulu, sebelum akhirnya mulai ikut beranjak dari sana.

"Gomawo Seokjin-ah," bisik sang appa pelan, saat Seokjin melewatinya untuk menyusul Suga yang sudah terlebih dahulu keluar. mendahuluinya.

"Hmm, ne appa!!" sahut Seokjin sembari tersenyum.

Kemudian setelah memastikan bahwa ke tiga anaknya benar-benar telah pergi, akhirnya kini In Sungpun mulai mendudukkan diri di ranjang istrinya itu. Lantas kemudian, segera meraih kedua tangan yang kurus tersebut untuk bisa digenggamnya dengan erat.

"Oppa, aku tau ada sesuatu yang ingin oppa bicarakan. Katakanlah, aku akan mendengarkan oppa!!" ujar istrinya tanggap, menyadari bahwa sikap suaminya itu tak seperti biasanya.

"Eumm Hara-ya, tadi aku sudah menemui Park uisanim. Kami tadi sempat berbincang mengenai kondisi kesehatanmu. Dan Hara-ya, Park uisanim tadi.....!!"

"Aku tau apa yang ingin kau katakan oppa," interupsi sang istri.

"Jika maksudmu adalah untuk memintaku kembali memikirkan apa yang kau katakan kemarin padaku, maaf oppa ... jawabanku tetap sama," lanjutnya.

"Aku sebagai eomma, aku menolak untuk menggugurkan anak kita oppa!!" tolaknya.

"Tapi itu semua juga demi kesehatanmu Hara. Kau tentunya juga sudah sadar bukan seperti apa kondisi tubuhmu saat ini?! Jika terus bersikeras, nyawamu nanti akan menjadi taruhannya Hara-ya. Kau turuti saja apa yang disarankan Park uisanim, arra?!" mohon In sung, ia bahkan sembari mengenggam kedua tangan istrinya itu dengan erat.

"Tapi kau sendiri tentu juga tau kan oppa, betapa aku tidak mungkin menggugurkan bayi yang baru beberapa bulan ini berada di rahim ku. Aku menyayanginya oppa," kata wanita itu terisak.

"Aku juga menyayangi nya Hara-ya, bukan kau saja yang merasa keberatan dengan keputusan ini. Tapi apa lagi yang bisa ku lakukan eum, aku tidak mungkin kan meminta mu tetap menjaga nya sementara kau menderita nanti nya?" bujuk In sung lagi.

"Tidak oppa, tidak. Sampai kapanpun aku akan menolak keputusan tersebut," kata istrinya lagi. Kali ini bahkan ia langsung membuang wajah nya dari In Sung, merasa enggan untuk melihat mata suami nya yang tengah memohon pada nya.

"Hmm, baiklah. Tapi dengan satu syarat, kau harus berjanji bahwa kau akan baik-baik saja ne?!" kata In Sung akhirnya, yang kali ini berhasil membuat istrinya itu menoleh padanya serta mengangguk mantap.

"Ne oppa, gomawo. Oppa tenang saja, aku janji keadaanku nantinya akan selalu baik!!" katanya sambil tersenyum lebar. Sementara In Sung hanya mampu mengacak rambutnya sayang.

Namun sayangnya, apa yang diinginkan In Sung tak berjalan seperti yang ia harapkan.

Menginjak usia kandungan bulan ke-8, Hara istrinya In Sung tiba-tiba saja collapse (pingsan). Ia terjatuh ditangga dan menelungkup dengan posisi kandungannya sebagai tumpuan. Tak bisa dielakkan, akhirnya iapun mengalami pendarahan hebat dan segera dilarikan ke rumah sakit.

Di tengah penantian In Sung yang mencemaskan keadaan istrinya saat itu, di sisi lain ia juga terpaksa mendapatkan kabar buruk dari dokter yang merawat istrinya mengenai keadaan anaknya.

Dan di sinilah dia sekarang, berdua bersama seorang Dokter dengan name tag Seo Ji Soo diruangan konsultasi milik dokter tersebut.

"Uisanim, keadaan istriku baik-baik saja bukan?! Dia dan kandungannya tidak bermasalahkan?!" tanya In sung cemas. Terlebih saat dilihatnya dokter di hadapannya ini sedari tadi tak kunjung membuka suara dan hanya diam terpaku melihat hasil lab pemeriksaan istrinya itu.

"Uisanim, apakah telah terjadi sesuatu?!" tanya In Sung lagi, dan kali ini berhasil membuat dokter tadi menoleh padanya.

"Ini buruk...!! Maaf, Saya terpaksa harus mengatakan hal ini pada anda agar anda mengetahui kondisi istri anda yang sebenarnya," ujar dokter pria berkaca mata itu, sembari kini melepaskan kaca mata yang sempat ia gunakan tadi dan menatap kedua mata In Sung dengan serius.

****

"Tap tap tap...!!" langkah kaki dari seorang pria yang tengah berjalan sendirian di lobi rumah sakit ini dan terlihat begitu gusar.

Sesekali, tampak air matanya menetes dari pipinya yang dengan segera ia hapus dengan kasar karena tak ingin ada orang lain yang melihat buliran air matanya itu. Lalu dengan perlahan, akhirnya iapun langkahkan kaki jenjangnya itu menuju ke sebuah ruangan di mana istrinya masih terbaring lemah di sana.

"Kreet....!!" bunyi pintu yang dibuka. Sementara kepalanya sedikit mengintip ke dalam untuk memastikan keadaan ruangan tersebut .

Tak lama, netranya pun berhasil melihat sosok istrinya yang masih tak sadarkan diri dengan berbagai macam peralatan di tubuhnya serta ke tiga anaknya pula yang sudah jatuh tertidur mungkin karena kelehan tak jauh dari sana.

Dengan langkah gontai, diapun perlahan masuk dan berdiri di samping ranjang istrinya tadi.

"Hara-ya, kau belum sadar juga eoh!! Apa yang harus aku lakukan, dan bagaimana aku menjelaskan padamu nanti?!" gumamnya sendiri.

"Kemungkinan besar karena benturan ini anakmu akan cacat tuan In Sung. Hasil diagnosanya memang masih tidak terlalu jelas, tapi nanti akan segera terlihat setelah kami melakukan pemeriksaan pada kandungan istri anda sekali lagi! " kata dokter itu.

"Lalu bagaimana dengan kondisi istriku Uisanim?!" tanya In Sung cemas.

"Karena keadaan istri anda sudah lemah sejak awal, dengan kejadian ini justru semakin memperparah kondisinya tuan. Kalaupun jika istri tuan berhasil mempertahankan buah hati kalian hingga proses kelahiran nantinya, kemungkinan besar daya tahan tubuhnya akan segera turun jauh lebih drastis dari keadaan sebelumnya. Dan itu akan membahayakan dirinya tuan In Sung," jelas dokter Seo Ji Soo panjang lebar.

"Lalu apa yang harus aku lakukan uisanim?!" tanya In Sung bingung.

"Sebenarnya kondisi istri anda yang tengah mengandung ini sudah tidak memungkinkan lagi. Tapi kalaupun ingin melakukan tindakan lebih, itu akan terhambat karena ia adalah seorang ibu hamil. Jadi terlalu beresiko dan bisa-bisa justru membuat keduanya nanti dalam keadaan kritis. Maafkan saya tuan, saya sudah berusaha semampu saya. Ada baiknya jika sekarang ini kita berdoa saja pada yang diatas. Semoga nanti baik istri dan anak tuan nantinya berhasil diselamatkan," kata Dokter itu lagi sambil turut prihatin.

"Tes tes...!!" tetesan air mata itu perlahan mulai terjatuh dikedua pipinya In Sung yang masih asyik menatap istrinya tadi dalam diam. Setelah dari tadi terus menahannya, akhirnya sebuah isakan kecilpun lolos begitu saja dari bibirnya yang bergetar hebat kini.

Terlebih, saat kata-kata dari dokter Seo Ji Soo tadi terus terulang kembali dalam benaknya.

"Bagaimana mungkin aku akan menyuruhmu menderita seperti ini Hara-ya. Mianhae, aku--aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang?!" isak In Sung pelan.

"Bayi anda kemungkinan besar akan cacat!!"

"Kalau saja istri anda sedang tidak mengandung, mungkin saja saya akan bisa melakukan sesuatu untuk membantunya tuan!!"

"Bayi anda cacat!! Kemungkinan besar akan segera diketahui setelah pemeriksaan nanti..!!"

"Kondisi istri anda akan sangat menurun drastis nantinya tuan In Sung!! "

"Dia cacat ... istri anda tak akan selamat!!"

"Argh....!!" teriak In sung tiba-tiba, lantaran kata-kata itu terus terngiang di benaknya. In Sung bahkan sampai harus menutup kedua telinganya itu untuk membuat suara-suara tadi pergi dari dalam kepalanya.

"Argh ... kumohon tinggalkan aku!!" teriak In Sung keras.

Flashback off

****

"Kumohon tinggalkan aku!! Jangan mengusikku. PERGI, PERGI TINGGALKAN AKU!!" teriak seorang pria, lalu terbangun dari tidurnya.

"Appa, neo gwaenchana??" tanya pria muda di sampingnya yang terlihat khawatir.

Sementara In Sung pria yang berteriak tadi, tampak bulir-bulir keringat dingin mengalir di pelipisnya sementara nafasnya terlihat memburu. Berdua, mereka sedang dalam perjalanan untuk kembali ke rumah .

"Appa, appa bermimpi buruk Seokjin. Appa, appa kembali melihat eommamu," gumam In Sung terbata, sembari  berusaha mengatur nafasnya agar kembali teratur.

Sementara pria muda yang ada di hadapannya sekarang, ia hanya mampu menampilkan senyum getir di wajahnya.

"Apa Appa masih tidak bisa merelakan kepergian eomma sehingga appa sedari dulu kerap memimpikannya? Appa, jeongmal mianhae. Aku tidak tau kalau appa begitu sangat menderita sebab kehilangan eomma meskipun eomma sudah beristirahat dengan tenang dialam sana," batin Jin dalam hatinya.

"Tenanglah appa. Mungkin appa hanya merindukan eomma saja tadi, sehingga eommapun muncul kembali di dalam mimpi appa!!" hibur Seokjin pada appanya.

"Kenapa appa tidak bisa melupakan apa yang telah terjadi pada eommamu Seokjin?" tanya In Sung.

"Ini semua pasti karena anak pembawa sial itu," lanjutnya.

"Kalau saja waktu itu eommamu tidak memaksa mengandungnya, mungkin saat ini ia masih akan bersama dengan kita Seokjin," isak In Sung kemudian.

Sementara Seokjin di dalam hatinya, iapun diam-diam juga ikut membenarkan pernyataan appanya tersebut.

"Taehyung si anak pembawa sial itu, dia benar-benar telah banyak memberi luka pada keluarga kami. Tenanglah appa, kau jangan khawatir!! Dan kau anak sialan, tunggu saja perhitungan dariku. Karena mulai dari sekarang, akan kupastikan kau akan mendapat ganjaran yang sama seperti yang appa rasakan selama ini. Bersiaplah, karena penderitaanmu yang sesungguhnya akan dimulai dari sekarang!!" batin Seokjin dalam hati seraya menampilkan smirk jahat di wajah tampannya itu.

Tbc

Jangan lupa Vote dan Komennya ya Chingudeul😉😉