5 Bagian 4. Reality (2)

Bagian 4. Reality (2)

Aku memarkirkan motorku tepat di depan kafebar tempat Month berada. Aku berkaca sebentar di spion motor dan merapikan sedikit rambutku. Aku membuka pintu kafe. Terdengar suara musik yang keras menyelimuti seluruh ruangan kafe. Tercium juga bau rokok yang cukup pekat. Ruangan di sini sedikit redup dengan lampu party yang hidup mati. Aku kurang suka berada di tempat seperti ini. Perasaan tadi di foto yang dikirimkan oleh Month, ruangannya terang. Sepintas, terlihat tulisan "DJ performance at 21.00 tonight!"

'okei..' gumamku, aku kemudian mencari Month di tengah keramaian ini.

'Meja paling ujung!', Month mengarahkan melalui BBM.

Yak, tepat seperti petunjuk Month, aku menemukan meja mereka.

"..sorry telat.."ujarku.

Terlihat Month bersama dengan dua orang gadis. Rasa penasaranku membuatku reflek berusaha melihat wajah gadis berambut merah tersebut.

"Gel! Kenalin ini Vele dan Rani!" seru Month. Month terlihat sedikit typsi. Wajahnya terlihat memerah. Namun sepertinya masih dalam tahapan wajar. Ia masih mampu mengendalikan diri. "Girls! Ini sahabatku yang kubilang tadi, Angelo!" Month memperkenalkan aku dengan heboh. Aku hanya tersenyum tipis sambil menjabat tangan mereka kemudian duduk di sebelah Month.

Aku melirik ke arah Vele. Gadis ini berambut merah juga tetapi sedikit lebih ikal. Wajahnya juga berbeda dengan gadis berambut merah dalam mimpiku. Hfft.. ak menghela nafas. Aku sedikit kecewa karena bukan gadis dalam mimpiku yang muncul. Kalau dipikir-pikir, memang agak mustahil sih bisa betemu gadis dalam mimpiku itu. Sepertinya gadis berambut merah itu hanya gadis imajinasiku saja.

Aku melihat kearah meja. Sudah ada beberapa botol soju yang kosong di atas meja. Sepertinya mereka sudah berada di sini cukup lama. Vele dan Rani pun terlihat sudah memerah mukanya.

"kamu baru pulang kerja?" tanya Vele sambil menyodorkan satu sloki berisi soju kepadaku.

"..iya, habis lembur soalnya. Namanya akhir tahun tutup buku perusahaan biasanya para auditor pasti sibuk." Jawabku sambil menerima sloki dari Vele. "Cheers!" aku mengangkat sloki menandakan untuk bersulang. Kami bersulang dan meminumnya dalam satu tegukan.

"..kalau gitu kenapa Month tidak lembur juga?" tanyanya lagi.

"..Month sekarang hanya menangani klien-klien yang konsultasi saja, belum mendapatkan klien yang harus dibantu pembukuannya seperti klienku. Jadi waktunya masih lebih bebas."

Vele, gadis di hadapanku ini memang manis. Rambutnya yang berwarna merah dan ikal juga sangat menawan. Wajahnya bersih dan kulitnya putih. Sifatnya juga sepertinya humble. Seandainya aku belum punya pacar, mungkin aku akan terpikat padanya. Aku kembali teringat soal Beth. Hubungan kami sudah berjalan hampir tiga tahun lamanya dan hampir selalu bertengkar karena masalah waktu.

Month di sebelahku terlihat asyik mengobrol dengan Rani. Memang tujuan dia hari ini di sini untuk bertemu dengan Rani. Rani, gadis yang dikenalnya dari aplikasi jodoh. Kulitnya agak sedikit lebih gelap daripada Vele. Dari pembicaraannya dengan Month, ia hobi travelling ke pantai ataupun gunung. Wajar saja kulitnya agak sedikit gelap karena terbakar matahari. Sepertinya Rani agak tomboi, terlihat dari pembawaan dan cara bicaranya.

"..kamu ikut kesini karena menemani Rani atau memang mau bertemu dengan Month juga?" tanyaku pada Vele.

Kami berdua melihat kearah Month dan Rani. Mereka sudah asyik ngobrol berdua dan melupakan keberadaan kami, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

"..aku diculik.."jawabnya sambil tertawa. Aku langsung mengerti maksud dari Vele. Ia dipaksa untuk ikut menemani Rani. "..harusnya aku ada pasien malam ini, tapi terpaksa aku reschedule demi Rani." Lanjutnya.

"..pasien?"

"..iya..Aku Dokter Gigi.." jawabnya santai.

"..di umur segini?" tanyaku lagi heran. Setahuku umur Vele kurang lebih sama dengan kami. "..bukannya, untuk membuka praktek dokter gigi, paling tidak harus kuliah atau praktek apa gitu selama beberapa tahun setelah lulus kuliah?"

"..Iya, aku dulu masuk sekolah jauh lebih cepat dan pernah ikut jalur akselerasi. Jadi umurku jauh lebih muda dibanding teman-teman sekelas dulu." Jelasnya.

"..berarti bisa bersihin karang gigi aku dong nanti?"

"..bisa kok, tinggal datang ke klinik aku aja"

Aku dan Vele pun bertukaran kontak BBM. Kami mengobrol semalaman sambil sesekali bersulang.

Tak terasa sudah tengah malam, untungnya kami masih dapat mentoleransi alkohol dari soju yang kami minum sehingga kami tidak terlalu mabuk. Month tiba-tiba menyenggolku dan berbisik.

"..Gel, ke toilet bentar yuk! Penting!" ajaknya. Aku mengangguk dan pergi ke toilet bersama dengan Month. Agak aneh sih cowok pergi ke toilet bareng, tapi siapa yang peduli?

Di dalam toilet, hanya ada 3 urinoir. Aku langsung menuju ke urinoir paling pojok kiri dan melepaskan panggilan alamku. Month langsung menuju ke urinoir tengah, tepat di sebelahku. Spontan aku kaget dan menegurnya,

"..woi, lu gay ya,Month? Kenapa malah di sebelah gue pipisnya?" sudah ada peraturan tak tertulis di kalangan cowok kalau pipis biasanya ada jarak satu urinoir.

"..aah,bodo amat,Gel! Udah ga tahan!" jawabnya sambil membuka resleting celananya.

Aku pun buru-buru menyelesaikan pipisku dan menuju wastafel. Month menyusul ke wastafel, mencuci tangannya dan kemudian merapikan rambutnya.

"..eh,Gel.." panggil Month, "..gue lupa bawa uang nih.. boleh minta tolong talangin dulu ga tagihannya nanti?"

"..jangan-jangan, ini alasannya lu suruh gue datang ya?" tanyaku curiga. Kalau dipikir-pikir lagi, Month sudah sampai di sini duluan baru kemudian mengajakku. Aku menatap Month dengan tatapan curiga. Sebenarnya, aku tidak pernah mempermasalahkan uang yang dipinjam oleh Month. Ia selalu mengembalikan uang yang dipinjamnya dariku. Bahkan sebenarnya, Month itu jauh lebih kaya daripada aku. Month sendiri sudah pasti mewarisi usaha orang tuanya karena ia anak tunggal. Selama ini, Month kerja di kantor hanya untuk hobi dan sambil belajar.

Month menyengir.

"..iya.. gue lupa bawa uang baru ingat lu,Gel"

Aku menggaruk kepalaku dan menghela nafas.

"..yaudah, nanti gue talangin dulu. Tapi jangan lupa diganti ya! Kan lu yang ngajak kesini.." jawabku sambil berjalan keluar toilet.

Tiba-tiba aku menghentikan langkahku dan terdiam selama beberapa saat. Sepertinya ada hal penting yang aku lupakan. Aku mengernyitkan dahiku sambil berpikir. Oh iya! Dompetku kan masih tertinggal di kantor.

"Oh iya! Month!" seruku tiba-tiba.

"ya?"

"..gue juga lupa bawa dompet! Ketinggalan di kantor" ujarku dengan sedikit panik.

"..jangan bercanda lu,Gel!" jawab Month yang tidak kalah panik. "terus bayarnya gimana dong?"

"..waduh! Kan ga mungkin minta Vele dan Rani yang bayarin."

"..mau ga mau kita ngomong jujur-jujuran deh sama mereka. Minta tolong ditalangin dulu, nanti pas gue balik ambil dompet langsung transfer balik." Jawab Month pasrah.

"..yakin,bro?" tanyaku memastikan.

"..ya mau gimana lagi,Gel?"

Akhirnya aku dan Month kembali menuju ke meja kami. Terlihat Vele dan Rani sedang asyik mengobrol. Aku dan Month saling bertatap muka sebentar dan menghela nafas panjang.

'BRUK!' tanpa sengaja bahuku menabrak seorang pria di kafe bar tersebut.

"sorry!" terdengar respon permintaan maaf spontan dari pria tersebut.

Pria tersebut mengenakan kemeja lengkap dengan jas dan dasinya. Pakaiannya sangat rapi. Terlihat ada sebuah nametag di bagian dada kirinya. Aku menatap wajah pria tersebut. Terlihat wajah yang tidak asing bagiku.

"HEED??" panggilku. Ternyata tadi tanpa sengaja aku menabrak Heed. Heed itu teman baikku sejak SD. Semenjak aku pindah ke Jakarta, aku sempat lost contact dengan Heed.

"..Angelo!!! Apa kabar??" balas Heed tidak kalah heboh. Ia langsung menjabat tanganku dan memelukku. "..ga ngangka bisa ketemu lu di sini!" ujarnya.

"..Baik,Heed! Lu kok bisa di Jakarta?" jawabku. "..oh iya, ini rekan kerjaku,Month! Month, ini Heed temen baikku dari SD!" lanjutku sambil memperkenalkan Heed pada Month.

Heed dan Month saling berjabat tangan.

"..gue kerja disini bantu-bantu manajemen disini. Yaah,ada sedikit saham juga lah." Rupanya Heed kerja di kafe bar ini dan jabatannya adalah Manager, terlihat dari name tagnya.

"..wow,lu manager di sini,cuy?" tanyaku memastikan.

Heed menunjuk nametagnya dengan bangga sambil tersenyum lebar.

"..kalian minum apa di sini? Udah lama?" lanjutnya.

"..yaah, hampir tiga jam sih disini. Ini juga udah mau balik. Tapi…" jawabku

"..tapi?"

"..gue lupa bawa dompet" jawabku agak sedikit malu.

"..ah, sudah-sudah! Gue aja yang bayarin!" jawab Heed sambil menepuk pundakku. "..kan udah lama ga ketemu lu! Nanti kita atur waktu minum-minum bareng,Gel!"

"..Serius nih? Ga enak nih gue!" tanyaku memastikan.

Heed mengangguk dan lagi-lagi menunjuk nametagnya

"..gue manager disini, Manager!" jawabnya seolah pamer. "..Meja mana?"

Aku menunjuk meja paling ujung. Heed mengangguk dan langsung pergi menuju ke kasir meninggalkan kami.

"Serius nih gapapa?" tanya Month padaku.

"..Heed kalau soal ginian ga perhitungan orangnya" jawabku.

Kami pun kembali ke meja kami. Untung saja ada Heed, kalau tidak, pasti kami akan sangat malu untuk meminta tolong Vele dan Rani menalangi tagihannya. Vele dan Rani sempat menawarkan untuk membayar sebagian dari tagihannya namun aku dan Month bersikeras menolaknya dan menjelaskan bahwa minuman yang kami pesan disana diberikan secara Cuma-Cuma oleh Manager kafebar disana. Kami mengobrol sebentar, menghabiskan sisa soju di meja dan bersiap untuk pulang.

Month mengendarai mobil. Ia menawarkan untuk mengantarkan Vele dan Rani pulang. Rani menyetujui tawaran dari Month, sedangkan Vele memilih untuk naik taksi saja karena arah pulangnya berbeda. Aku pun menawarkan diri untuk mengantarkan Vele dengan motorku. Vele menyetujuinya.

Arah rumah Vele hampir searah dengan arah rumahku. Tidak ada salahnya sedikit memutar untuk mengantar Vele. Lagipula, Vele terlihat masih dalam keadaan sedikit typsi. Cukup berbahaya baginya untuk pulang sendiri.

Selama perjalanan, Vele memeluk punggungku dengan erat. Aku tidak keberatan, namun aku merasakan sedikit perasaan bersalah karena saat ini statusku memiliki pacar. Tetapi, aku rasa Vele tidak ada perasaan apapun kepadaku. Saat ini status kami hanya teman saja. Aku tidak berselingkuh ataupun menaruh perasaan pada Vele.

Vele tinggal di apartment bersama dengan adiknya. Aku menurunkan Vele di lobby apartment.

"ga masuk dulu?" tanyanya.

"..nggak deh, lain kali aja. Sudah terlalu malam" tolak aku secara halus.

"..oke deh, hati-hati di jalan ya! Kabarin kalau sudah sampai!" ucapnya.

Aku langsung melanjutkan perjalanan menuju ke rumah. Rasa kantuk dan sedikit mabuk sudah mulai kurasakan sejak sebelum pulang dari kafebar. Aku dipaksa menghabiskan botol terakhir di meja dalam satu tarikan nafas oleh Month. Sebaiknya aku sesegera mungkin sampai ke rumah.

Untungnya aku sampai di rumah dengan selamat. Aku mengambil handphoneku dan mengirimkan pesan kepada Vele kalau aku sudah sampai. Aku menuju ke kamar mandi untuk mandi sebentar, kemudian langsung menuju ke kamarku dan melompat ke atas kasur. Rasa kantuk dan puyeng di kepala semakin berat. Mataku tidak dapat kutahan lagi dan aku langsung tertidur lelap.

**

..to be continued...

avataravatar
Next chapter