1 90th Days (Part 1)

BGM - Anywhere by Evanescence

.

.

.

Hari ke 86

Entah sudah berapa lama gadis itu tinggal bersama seorang laki-laki yang tidak sengaja menculiknya. Mungkin ini sudah hari ke 86 mereka bersama, hampir tiga bulan lamanya.

Tidak sedikit usaha dari orang tua sang gadis untuk mencari anak gadisnya yang menghilang berhari-hari, bahkan berbulan-bulan lamanya.

"Chanyeol Oppa" panggil gadis itu.

"Apa kau belum tidur?"

Laki-laki yang dipanggil Chanyeol itu membalikan tubuhnya menghadap seorang gadis bertubuh kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidur berukuran sedang.

"Apa yang kau pikirkan Oppa?, kau terlihat cemas" gadis itu penasaran, pasalnya laki-laki yang tinggal bersamanya itu terlihat gelisah beberapa hari belakangan.

Chanyeol adalah seorang pembunuh bayaran yang tanpa sengaja membawa gadis itu. Chanyeol tidak bekerja sendiri, dia bersama 2 orang partnernya bekerja sama untuk tugasnya masing-masing.

Chanyeol adalah seorang mantan polisi. Laki-laki itu memutuskan keluar dari kepolisian karena merasa itu bukan dirinya yang akan patuh dengan peraturan, terlebih lagi permainan kotor dari para pejabat tinggi yang dengan mudahnya melakukan praktek suap untuk menutupi skandalnya dan membungkam pihak kepolisian agar tidak menyelidikinya lebih lanjut, laki-laki itu hanya muak dengan semuanya.

Laki-laki itu membawa serta gadis itu semata-mata karena gadis itu sempat menyaksikan dirinya menembak mati  sasaranya. Chanyeol tidak ingin mengambil resiko tertangkap karena ada seorang saksi mata, dan tanpa pikir panjang, laki-laki itu membawa gadis itu bersamanya.

"Oppa ayo kita tidur, bukankah kau harus melakukan pekerjaan besok?"

Laki-laki itu tidak bergeming dari tempatnya. Chanyeol masih duduk di tempat nya, sementara gadis itu turun dari tempat tidur dan menghampirinya kemudian duduk di pangkuan laki-laki itu begitu saja. Keduanya tentu saja tidak asing denga lah itu, bahkan keduanya sudah puluhan kali melakukan hubungan sex, bukan karena paksaan laki-laki itu, hanya saja gadis itu menyerahkan tubuhnya secara sukarela, sebut saja gadis itu gila, tapi itulah yang terjadi.

Gadis itu mengecup bibir Chanyeol sekilas dan menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu.

"Baek, apa kau tidak ingin pulang ke rumah orang tuamu?" Chanyeol tiba-tiba.

Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap Chanyeol dengan tatapan sulit diartikan, seolah perkataan Chanyeol adalah sesuatu yang salah, dan gadis itu memilih tetap bersama laki-laki yang jauh dari kata baik itu.

"Oppa, apa kau tidak suka jika aku tinggal bersamaku?, apa kau sudah bosan denganku, atau kau--"

"Byun Baekhee ini salah, seharusnya kau tinggal bersama keluargamu di rumah yang hangat dan tentu saja aman, karena kau bersama keluargamu. Bukan bersama seorang sepertiku yang hanya tinggal dalam sebuah Caravan dan berpindah-pindah tempat kapanpun, dan entah bahaya apa yang akan kau hadapi jika terus bersama seorang pembunuh sepertiku" Chanyeol dengan berat mengatakan semuanya.

"Oppa, aku mencintaimu, dan cukup katakan jika kau mencintaiku, maka aku akan ikut bersamamu kemanapun kau pergi, bahkan ke dasar neraka sekalipun aku akan turut bersamamu" gadis itu bersungguh-sungguh

Chanyeol dibuat bungkam dengan perkataan gadis itu yang tidak masuk akal.

"Kau tidak mengerti Baek" laki-laki itu terlihat frustasi.

'Chuu'

"Saranghae Oppa" gadis itu mengecup bibir Chanyeol dan memagutnya lembut.

Chanyeol tidak tahu apa yang harus dia katakan jika gadis itu memintanya mengatakan jika dia mencintai gadis itu. Ini terlalu sulit, dia tidak yakin dengan apa yang dia rasakan. Debaran itu, perasaan bahagia saat bersama gadis itu, sesaat laki-laki itu yakin jika dia mempunyai perasaan yang sama dengan gadis itu, tapi di sisi lain dia sadar jika hubungan keduanya adalah penculik dan korban penculikan, bagaimana mungkin ada perasaan cinta dan mencintai, itu omong kosong.

Pagutan bibir mereka tidak berhenti sampai di situ, keduanya kembali terbuai dengan nafsu yang mudah sekali tersulut, keduanya saling mencumbu, bahkan gadis itu melenguh dan mendesah berkali-kali saat laki-laki itu berkali-kali menyentuh area sensitifnya dan entah sejak kapan pakaian keduanya sudah berceceran di bawah. Chanyeol menggendong tubuh gadis itu dan merebahkanya di atas tempat tidur yang akan berakhir dengan Chanyeol menyetubuhi gadis itu tanpa ampun. Entahlah ini benar atau salah, keduanya hanya menikmati setiap tahap penyatuan tubuh mereka.

"Ahh~Oppa"

Gadis itu mendesah saat merasakan kajantanan laki-laki itu memasuki tubuhnya dan bergerak teratur.

"Akhh~" laki-laki itu memejamkan matanya saat penyatuan mereka terasa begitu nikmat. Bahkan ini bukan pertama kalinya melakukan hubungan sex, tapi bagi mereka rasanya tetap sama selalu menggairahkan, bahkan tubuh keduanya bergerak tak beraturan.

Keduanya merasa melayang karena kenikmatan yang mereka rasakan.

"Oppa~aahh~"

"Iya sayanghh~Baek arghh~"

Keduanya menggeram dan melenguh panjang saat mencapai puncaknya, inilah yang keduanya sukai, orgasme bersama adalah hal biasa bagi mereka.

"Tidurlah sayang" Chanyeol mengecup kening gadis itu lama sebelum merebahkan tubuhnya di samping gadis itu setelah melepaskan kejantananya dan merengkuh tubuh gadis itu kedalam pelukanya.

"Oppa aku mencintaimu" gadis itu berharap jika Chanyeol membalas perkataanya.

Kegiatan bercinta keduanya sebenarnya adalah bukti adanya ketertarikan satu sama lain, dan gadis itu secara terang-terangan mengatakanya, bahkan berkali-kali jika gadis itu mencintai Chanyeol. Sekali lagi, kegiatan bercinta keduanya tidak akan terasa senikmat itu jika tidak didasari perasaan cinta dari keduanya, tapi Chanyeol tetap ragu, laki-laki itu tidak pernah sekalipun mengatakan jika dia mencintainya, gadis itu.

'Aku juga Baek, aku mencintaimu Byun Baekhee'

Chanyeol menarik selimut tipis untuk menutupi tubuh polos Baekhee yang berada di pelukanya.

.

.

.

Pagi harinya, seperti biasa Baekhee terbangun sudah menggunakan kemeja kebesaran milik Chanyeol, entah kapan laki-laki itu memakaikanya, yang pasti Baekhee menyukainya, aroma laki-laki itu yang masih melekat pakaianya. Gadis itu bisa leluasa menghirupnya bahkan saat laki-laki itu tidak ada dan entah pergi kemana sepagi ini.

Baekhee hanya tersenyum saat melihat Omelete yang laki-laki itu buat dan tersaji di meja pantry beserta memo kecil yang membuat senyum nya semakin mengembang.

'Bersihkan tubuhmu sebelum makan'

"Bagaimana aku berpikir untuk pulang ke rumah jika kau memperlakukanku semanis ini"

Baekhee sambil meneguk segelas air yang dia ambil dari kulkas mini yang juga berada di pantry.

"Baiklah aku akan mandi sebelum makan"

86 hari lalu

"Haah rasanya aku tidak ingin datang lagi ke kampus" Baekhee menapaki anak tangga menuju rooftop gedung kampusnya

"...lihat saja, bahkan ini tanggal merah, seharusnya aku tidur dan bersantai di rumah bukan datang ke kampus hanya untuk menyerahkan tugas" gadis itu bersungut-sungut.

Gadis itu menghela nafas kasar sebelum membuka pintu yang mengubungkan anak tangga dan area rooftop.

'Cklek'

'Bang!'

'Brug'

Baekhee terkejut mendengar suara yang dia yakini adalah suara tembakan sesaat dia membuka pintu penghubung itu, juga suara seperti orang yang terjatuh atau apapun itu.

Baekhee refleks menundukkan kepalanya dan membawa tubuhnya berjongkok. Gadis itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia takut bahkan seluruh tubuhnya lemas saat mendengar suara itu, bahkan hanya untuk berbalik dan pergi meninggalkan tempat itupun dia tidak sanggup melakukanya.

Baekhee masih tidak bergeming di tempatnya, sampai tubuh seseorang menghalangi cahaya terang matahari yang seharusnya terik karena ini adalah tengah hari.

"Apa kau melihatnya?"

Suara berat itu penuh dengan penekanan saat mengatakanya, Baekhee tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat sosok laki-laki yang bediri di hadapanya itu, tanganya gemetar dan kakinya terasa lemas.

"Katakan, apa kau melihatnya?" tanya laki-laki itu sekali lagi.

Baekhee masih tidak bergeming, gadis itu terlalu takut hanya untuk bergerak barang sedikit saja. Gadis itu hanya berpikir jika mungkin ini adalah hari terakhirnya berada di dunia ini.

'Eommonie, Abeoji aku mencintai kalian, aku minta maaf jika aku belum bisa membahagiakan kalian'

Hanya kata itu yang terlintas di pikiran gadis itu saat ini.

'Cekrek'

Baekhee mendengar laki-laki itu menarik pelatuk pistol yang dia pegang, pun Baekhee merasakan benda keras menyentuh kepalanya. Tubuhnya bergetar hebat, dia terus saja berdoa agar Tuhan mau berbaik hati menyelamatkan nya dari situasi ini.

'Bruk'

Baekhee tumbang sebelum laki-laki itu melesatkan tembakanya ke kepala gadis itu.

"Ah, ini akan menyusahkan"

Laki-laki itu menyimpan kembali pistolnya dan beranjak pergi dari tempat itu.

"Tck!"

Entah apa yang ada di pikiranya hingga dia berbalik dan mengangkat tubuh kecil Baekhee dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Hoekk"

Entah kenapa perut Baekhee terasa mual, kepalanya pusing luar biasa dan berakhir dengan memuntahkan semua isi perutnya ke kloset.

"Oppa kapan kau pulang"

Gadis itu nelangsa, ini hampir tengah malam, dan Chanyeol belum juga kembali. Itu bukan hal baru jika laki-laki itu belum kembali, bahkan terkadang laki-laki itu tidak kembali berhari-hari. Tapi entah kenapa Baekhee sangat merindukan laki-laki yang selalu memberikan kehangatan hampir di setiap malamnya.

"Oppa, aku merindukanmu"

Tubuh Baekhee merosot di bawah meja pantry setelah meminum segelas air untuk menghilangkan pahit di mulutnya akibat cairan lambung yang turut keluar bersama muntahanya.

Gadis itu menangis entah untuk apa, tanganya memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di atasnya.

"Apa yang kau lakukan?, kenapa menangis?"suara berat itu membuat Baekhee menoleh cepat ke sumber suara.

"Oppa~"Baekhee memeluk tubuh laki-laki yang berjongkok menyamakan posisi denganya.

"Apa yang membuatmu menangis hmm?" laki-laki itu mengusap pelan rambut Baekhee.

"Aku merindukanmu" ucap Baekhee, manja.

"Astaga, bahkan aku baru pergi tadi pagi" Chanyeol tertawa kecil "...kau sudah makan?"

Baekhee hanya menggeleng, menjawab pertanyaan laki-laki itu.

'Sampai kapan kau akan bertahan bersamaku, bahkan kau tidak tahu bahaya apa yang menantimu sewaktu-waktu'

Chanyeol menatap iba pada Baekhee.

"Kenapa kau tidak makan?" Chanyeol mengusap kepala gadis cantik itu.

"Aku sudah menghabiskan makanan di sini, tapi aku terus saja memuntahkanya?" gadis itu mulai terisak saat menceritakan betapa menderitanya dia seharian ini.

"Apa kau sakit?"

"Entahlah Oppa, kepalaku pusing dan perutku mual" tangisan Baekhee semakin menjadi, gadis itu seperti anak kecil yang sedang mengadu pada orang tuanya. Baekhee tidak mengerti kenapa bisa dia sangat bergantung pada Chanyeol dan melupakan keluarganya begitu saja.

"Aigo" Chanyeol merengkuh Baekhee kedalam pelukanya"...sudah jangan menangis, kita tidur hmm?, ini sudah malam"

Baekhee hanya mengangguk dan mengisyaratkan jika laki-laki itu harus menggendongnya ke kamar tidur.

.

.

.

84 hari lalu

Baekhee terbangun setelah 2 hari tidak sadarkan diri, dia melihat sekelilingnya, ini asing, gadis itu tidak mengenali tempat ini. Ini bukan kamarnya, ini juga bukan atap gedung kampusnya.

Gadis itu terbangun di atas tempat tidur berukuran besar dan ruangan itu cukup besar dengan interior cukup mewah.

"Kau sudah bangun?"

Baekhee terkejut, gadis itu mengenali suaranya, suara berat itu, tubuhnya gametaran, gadis itu ketakutan dan beringsut dari tempatnya saat laki-laki itu duduk di tepi tempat tidur dengan masih menggunakan penutup wajah berwarna hitam, persis seperti di rooftop.

"Ka-kau membawaku kemana?" Baekhee gemetaran.

"Apa kau melihatnya?" lagi-lagi pertanyaan itu yang terlontar dari mulut laki-laki bersuara berat itu.

"Kenapa kau belum membunuhku?" Baekhee terdengar berani.

"Jawab Ya, atau Tidak" laki-laki itu mengatakanya penuh penekanan.

"Tidak" jawabnya singkat

"Tapi kau mendengarnya kan?, BANG!" laki-laki itu menyatukan jari telunjuk dan jari tengahnya dan menodongkan ke kepala Baekhee seolah itu adalah sebuah pistol "...aku tidak salah bukan?"

"La-lalu, kenapa kau tidak me-membunuhku?" Baekhee terus memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menyentuh sandaran tempat tidur.

"Aku hanya ingin memastikan semua aman, dan kau akan aku lepaskan"

Laki-laki itu membuka penutup wajahnya dan meletakanya di atas meja kecil di samping tempat tidur. Laki-laki itu bangkit dan mulai membuka pakaian atasnya satu persatu hingga bertelanjang dada. Mata gadis itu hanya mengikuti setiap aktifitas yang di lakukan laki-laki itu, gadis itu waspada kalau-kalau laki-laki itu berbuat jahat padanya.

"Ap-apa yang akan kau lakukan padaku, jangan perkosa aku, aku mohon!" Baekhee semakin gemetar saat laki-laki yang tidak mengenakan pakaian atasnya mendekat padanya, sekilas Baekhee mengagumi tubuh atletis laki-laki itu, otot-otot perutnya yang tercetak indah dan otot lenganya yang terlihat kokoh.

'Seksi'

Hanya satu kata itulah yang terlintas di otak gadis itu saat ini, bukan berpikir mesum, karena itulah kenyataan yang dia lihat.

"Aku tidak berminat dengan gadis kecil sepertimu" laki-laki itu dengan santainya meraih ponselnya yang berasa di atas tempat tidur, tepat di samping gadis itu. Sementara gadis itu memejamkan matanya erat dan bersiap menendangnya jika sebuah sentuhan mendarat di tubuhnya, laki-laki itu mengabaikanya begitu saja, karena memang bukan itu tujuanya.

"Aku 24 tahun asal kau tahu" gadis itu membalas saat merasa tidak terjadi sesuatu.

"Aku tahu, namamu Byun Baekhee, 24 tahun kau lahir di Bukcheon"

"Hei, bagaimana kau tahu"

'Plak'

Gadis itu membelalak saat laki-laki itu melemparkan kartu identitasnya juga pasport yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Gadis itu merutuki kebodohanya, sementara laki-laki itu berjalan ke kamar mandi dengan santainya.

"New Zeland!?"

Baekhee membelalak, saat melihat stempel yang tertera di lembaran pasport nya bertuliskan 'New Zeland', yang berarti gadis itu sedang berada di tempat itu saat ini.

"Baek, besok aku akan pergi, dan mungkin aku akan pulang dua hari lagi" Chanyeol memeluk tubuh Baekhee posesif.

"Apa aku boleh ikut?" gadis itu bertanya omong kosong.

"Tidak!, aku tidak ingin kau dalam bahaya" laki-lak itu dengan tegas melarang "...jika kau membutuhkan sesuatu, hubungi Irene" 

Baekhee hanya mengangguk. Irene adalah salah satu anggota tim Chanyeol tidak jarang keduanya mengerjakan pekerjaan bersama, tentunya seorang wanita seperti Irene bisa sangat membantu untuk mengelihkan perhatian, dan parasnya yang cantik aka memudahkan pekerjaan mereka, karena tidak akan ada yang mencurigai wanita seperti Irene.

"Baek" 

"Hmm?" Baekhee menatap wajah Chanyeol yang juga menatapnya.

"Jika terjadi sesuatu padaku, berjanjilah kau akan kembali pada keluargamu"

"Tidak akan terjadi apa-apa denganmu"

81 Hari lalu

Itu adalah hari kedua Baekhee berada di NewZeland, tidak ada sesuatu yang terjadi padanya, Park Chanyeol tidak terlalu memperdulikan kehadiran Baekhee di sampingnya, laki-laki itu menganggap gadis itu seperti tidak ada. Tak sekalipun Chanyeol memulai pembicaraan dengan gadis itu.

"Hei tuan penculik, siapa namamu" Baekhee yang merasa eksistensinya tidak di anggap "...apa kau tidak takut aku akan kabur?, lihatlah, kau tidak mengikatku atau menutup mulutku" Baekhee merasa heran dengan laki-laki itu.

"Tutup mulutmu anak kecil, jangan menggangguku" Chanyeol yang tidak suka waktu istirahatnya diganggu, pasalnya laki-laki itu sengat lelah, 2 hari di negera itu, dia habiskan waktu untuk mengintai dan memantau situasi di sekitar target yang akan dia eksekusi agar tidak menimbulkan keributan sesudahnya.

"Apa kau tidak pernah menculik seseorang sebelumnya, apa aku korban pertamamu?" gadis itu mulai lancang.

Chanyeol yang terganggu segera bangkit dan berjalan mendekati gadis itu.

'Sret!'

Chanyeol melepas ikat pinggangnya dan mulai manaiki tempat tidur dimana gadis itu berada.

"Tidak!, aku mohon jangan memperkosaku" gadis itu mendorong tubuh Chanyeol dan kaki nya menendang-nendang agar laki-laki itu menjauh "...tidak, aku mohon"

'Grep!'

'Sret!'

Chanyeol menarik kedua tangan gadis itu kebelakang dengan cepat dan mengikatnya dengan ikat pinggang yang dia lepaskan, kedua kaki panjangnya menjepit kedua lutut gadis itu dan mengikat kaki gadis itu dengan kemeja miliknya yang tergeletak di sudut tempat tidur.

"Ya!, apa yang kau lakukan?" gadis itu tidak terima dengan perlakuan kasar laki-laki itu.

Saat ini tubuhnya meringkuk di atas ranjang dengan posisi tidur menyamping menghadap sofa yang berada di samping tempat tidur besar itu.

"Hmmpptt" kali ini laki-laki itu menutup mulut gadis itu dengan sapu tangan yang dia ikatkan.

"Aku sudah memenuhi keinginanmu, jadi diamlah jangan menggangguku"

Setelah berlaku layaknya penculik, laki-laki itu kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa tempatnya semula dan berudaha memejamkan matanya.

Suasana menjadi hening, gadis itu tidak lagi banyak bersuara, dan Chanyeol hanya berusaha menikmati waktu santainya sebelum melakukan tugasnya.

'Dia tampan' batin Baekhee, gadis itu hanya bisa melihat ke satu sisi karena tangan dan kakinya yang terikat. Gadis itu hanya bisa melihat ke arah Chanyeol berada. Diam-diam gads itu menyunggingkan senyumnya saat tidak ada pemandangan lain selain wajah tampan dan tubuh kekar laki-laki yang menjadi penculiknya, gadis itu terus saja melihatnya dari ujung kaki ke ujung kepala.

'Astaga, kenapa aku malah mengagumi laki-laki itu, sadarlah Baek, kau sudah di culik selama 5 hari'

Lama-kelamaan mata gadis itu menjadi sayu, dan memejamkan matanya jatuh tertidur.

" Aku sudah menduga, jika gadis ini akan merepotkan"

Chanyeol membuka matanya setelah gadis itu jatuh tertidur, laki-laki itu tidak terlelap sedikitpun, bahkan laki-lak itu tahu jika Baekhee menatapnya intens sedari tadi.

.

.

.

Hari ke 88

Seperti perkataan Chanyeol semalam, laki-laki itu benar-benar pergi, bahkan sebelum matahari meninggi. Lagi, Baekhee terbangun dengan hanya menggunakan pakaian laki-laki itu yang tampak kebesaran di tubuh kecilnya.

Baekhee tidak berani keluar dari Caravan sejak beberapa hari lalu, gadis itu merasa ada seseorang yang selalu mengawasi gerak geriknya, bahkan satu minggu lalu saat dia kembali setelah membeli beberapa kebutuhan, dia merasakan aroma lain di tempatnya dan Chanyeol tinggal, barang-barang di tempat itu tidak ada yang hilang satupun, jadi jika Baekhee menganggap itu adalah perampok, gadis itu salah besar, karena tidak ada satupun barang berharga di tempat itu.

"Irene akan datang jam 10, aku sudah menyimpan beberapa makanan di kulkas, jadi jangan lupa makan"

Waktu berjalan begitu saja, gadis itu henya bermalas-malasan setelah membersihkan diri, entah kenapa Irene yang dijanjikan akan datang pukul 10 tidak kunjung datang, bahkan ini sudah tengah hari.

"Sudahlah, aku biasa sediri, mungkin Irene ada urusan penting"

79 Hari lalu

"Hei bocah, makanlah"  Chanyeol mengguncang pundak Baekhee yang masih tertidur pulas. Gadis itu, Chanyeol meninggalkanya dalam keadaan terikat juga mulut yang masih tertutup sapu tangan sejak dua hari lalu.

Chanyeol hampir lupa dengan gadis itu, setelah menyelesaikan tugasnya, Chanyeol pergi ke Casino yang berada di bagian tersembunyi di Hotel tempatnya menginap beberapa hari ini. Laki-laki itu bermain judi selama 2 malam tanpa henti, bahkan Chanyeol sempat meniduri jalang yang ada di tempat itu dan benar-benar melupakan gadis itu yang dia tinggalkan dalam kondisi terikat.

Baekhee membuka matanya pelan, sungguh gadis itu sudah tidak mempunyai tenaga lagi.

"Kemana saja kau tuan penculik?" Baekhee dengan nada lemah, sedangkan laki-laki itu melepaskan semua ikatan yang ada di tubuh gadis itu "...kau melupakan sanderamu rupanya, kau bau" gadis itu menutup hidungnya karena mencium aroma tidak menyenangkan dari tubuh laki-laki itu.

Entahlah, aroma itu sangat aneh, bukan kerena seseorang tidak mandi berhari-hari, bahkan ini lebih buruk.

"Apa kau habis bercinta?" gadis itu tidak tahan "...aku ingin muntah"

Baekhee turun dari tempat tidur hendak memuntahkan isi perutnya yang hanya berisi cairan lambung, karena tidak ada makanan yang masuk sam sekali sejak dua hari lalu.

'Bruk!'

Tubunya ambruk, gadis itu tidak punya tenaga sama sekali. Chanyeol hanya diam melihat gadis itu terkapar di lantai dan tidak bergerak karena kesadaranya mulai hilang.

"Dasar Bodoh!" Chanyeol menhampirinya dan membopong tubuh lemah gadis itu kembali ke atas tempat tidur.

"Apa kau berusaha melepaskan ikatan nya? , tck!" Chanyeol henya berdecak saat mendapati bekas kemerahan di kedua pergelangan tangan gadis itu karena ikatan kuat yang membelenggunya beberapa saat lalu.

"Penciumanmu sangat tajam Nona"

Chanyeol meninggalkan Baekhee dan memilih membersihkan diri agar gadis itu tidak menyebutnya bau.

Chanyeol keluar kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Laki-laki itu berjalan menghampiri Baekhee yang tampak duduk di tepian tempat tidur, sekilas laki-laki itu melirik makanan yang dia letakan di meja.

"Apa kau sudah punya tenaga?" Baekhee menoleh ke arah suara. Matanya membola melihat pemandangan  yang dilihatnya, tubuh stengah telanjang laki-laki itu, spontan Baekhee memalingkan pandanganya ke arah lain.

"Kita akan kembali ke Seoul besok, ganti pakaianmu dengan itu" laki-laki itu menunjuk papper bag yang dia letakkan di sofa sebelum membangunkan gadis itu.

Tidak menjawab, Baekhee hanya memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Awalnya gadis itu masih berusaha tenang karena laki-laki itu tidak melakukan hal macam-macam padanya, tapi setelah laki-laki itu mengikatnya dan meninggalkanya begitu saja selama dua hari di kamar, Baekhee mulai ketakutan, dia takut jika laki-laki sengaja membiarkanya karena akan menjualnya pada orang asing.

Baekhee merutuki dirinya yang sempat terpesona dengan ketampanan laki-laki itu yang mendekati sempurna.

"Aku akan memulanganmu sesampainya di Seoul" laki-laki itu denngan santainya merebahkan tubuhnya di samping Baekhee dan memejamkan matanya.

"A-ahjussi" panggil Baekhee tanpa melihat laki-laki itu.

"Jangan memanggilku Ahjussi" laki-laki itu dengan nada datar.

"Tap-tapi aku tidak tahu namamu Ahjussi" ulang Baekhee.

"Jangan memenggilku Ahjussi!" nada laki-laki itu sedikit meninggi.

"Tapi Ahjussi, maaf--" 

'Srek'

'Plak!!'

Laki-laki itu menarik kuat tubuh Baekhee hingga gadis itu berada di bawahnya, dan dengan tangan besarnya laki-laki itu menampar pipi mulus Baekhee hingga gadis itu kesalitan dan mulai menangis.

"Hmmphh!"  laki-laki itu membungkam Baekhee dengan ciuman kasarnya di bibir gadis itu, bibir yang selalu melontarkan kata-kata yang membuat laki-laki itu kesal "...aahh jangan lakukan itu, lepaskan aku!" Baekhee meronta dan mendorong tubuh laki-laki itu yang mulai mencumbui leher mulusnya.

"Aah Eomma!" Baekhee berteriak saat laki-laki itu menghhsap kuat leher Baekhee hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Hiks~"  Baekhee masih menangis walaupun laki-laki itu sudeh melepaskan kuasanya di leher gadis itu "...dasar penjahat!!" Baekhee meneriaki laki-laki itu saat melepaskan kungkunganya meninggalkan gadis itu yang menangis di atas tempat tidur.

Hari sudah mulai gelap, Baekhee terlihat bosan dan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan, rasa mualnya memang berkurang, tapi keinginan makan nya semakin bertambah.

Baekhee merasa ada seseorang yang mengikutiny sejak tadi, gadis itu kembali setelah memebeli beberapa makanan ringan dan soda, juga beberapa kaleng bir untuk persediaanya selama menunggu Chanyeol.

"Nuguseyo!?" Baekhee menoleh cepat dan mendapati seseorang yang berjalan di belakangnya. Gadis itu merasa jika orang itu mengikutinya sejak beberapa hari.

"Ah maafkan aku sudah membuatmu terkejut"

"Apa maumu?, kau mengikutiku sejak tadi" Baekhee nyalang.

"Ah aku tidak" laki-laki itu mengusap tengkuknya.

"Jangan menggangguku" Baekhee membentak dan meninggalkan laki-laki itu setelah memperingatkanya. 

78 Hari lalu

"Tunggu sebentar, aku akan ke suatu tempat lebih dulu"

Chanyeol keluar dari mobil yang dia sewa selama di negara itu dan berpesan pada Baekhee agar gadis itu menunggunya. Mereka berada di jalanan sedikit sepi, Chanyeol sengaja memarkirkan kendaraanya sedikit jauh dari tempat yanbg dia tuju dan memilih berjalan kaki untuk sampai ke tempat yang dia maksud.

"Apa kau tidak takut jika aku kabur?" Baekhee dengan nada datar.

Perkataan gadis itu membuat laki-laki itu urung menutup kembali pintu mobil dan menunduk untuk melihat gadis itu.

"Kaburlah jika kau bisa, kesempatan mu sangat besar, kaburlah jika kau mau" Chanyeol mengatakanya penuh penekanan dan menyeringai sembari menatap tajam gadis itu, membuat nyali gadis itu menciut. Dia salah karena meremehkan laki-laki itu karena tidak melakukan apa-apa padanya.

Gadis itu menatap kepergian laki-laki itu yang semakin menjauh. Ini benar-benar kesempatan buatnya untuk kabur, karena seperti biasanya, laki-laki itu tidak mengikatnya sama sekali den membiarkanya bergerak bebas.

Tidak sampai 30 menit, laki-laki itu sudah kembali dan bermaksud melanjutkan perjalananya ke Airport karena jadwal penerbanyanya 2 jam lagi.

Laki-lKi itu kembali tersenyum miring saat tidak menemukan gadis itu di sekitar mobil yang mereka naiki.

"Lihat saja, sejauh apa kau bisa berjalan dengan keadaan kaki yang masih memar"

Chanyeol tertawa kecil, dan memilih duduk di atas kap mesin mobilnya dan menunggu gadis itu yang dia yakini akan kembali tidak lama lagi. 

"Haah, hari ini sangat cerah, sayang sekali aku harus pulang" Chanyeol membuka kancing kemejanya karena cuaca yang sedikit membuatnya kepanasan, laki-laki itu tidak menggunakan pakaian serba hitam yang biasa dia pakai, karena tidak ingin orang lain mencurigai nya. Chanyeol henya memakai kemeja dan celana berwarna hitam, laki-laki itu juga membellikan dress untuk gadis itu kenakan agar keduanya terlihat sebegai pasangan normal.

Tak lama Chanyeol memfokuskan pandanganya ke satu arah, tebakanya tepat, gadis itu berjalan tertatih menghampiri tempat Chanyeol berada dengan keringat bercucuran karena cuaca yang sangat cerah den tentu saja karena perbedaan iklim di tempat itu dan di negara asal mereka.

Chanyeol hanya menatap datar dan tetap pada tempatnya, tanpa berniat membantu gadis itu yang tampak kelelahan. 

Chanyeol yang tidak sabar akhirnya turun dari tempatnya dan dengan kasar menarik lengan gadis itu dan menyeretnya.

"Lepaskan aku!" Baekhee berusaha melepaskan cengkeraman laki-laki itu. Tapi tidak ada reaksi apapun darinya

"Dasar penjahat! aku membencimu! hiks~" Baekhee memukuli laki-laki itu sekenanya.

"Apa kau bisa diam, hah!?" laki-laki itu mulai risih dengan teriakan Baekhee. Tapi bukan diam, gadis itu semakin menjadi dan menangis semakin keras.

"Aku bilang diam! jika tidak, aku akan membunuhmu di tempat ini!"

'Blugh!'

Chanyeol membanting tubuh gadis itu hingga membentur bagian samping mobil berwarna kuning itu. Entah apa yang menyulut kemarahan laki-laki itu, dia hanya merasa kesal pada gadis itu.

"Bunuh saja kalau begitu, bunuh aku! dasar penjahat !" Baekhee masih berusaha memukuli Chanyeol dengan tenaganya yang tidak seberapa, dan menggigit lengan laki-laki itu.

"Arghh!, gadis sialan!" Chanyeol mendorong gadis itu hingga gigitanya terlepas.

'Plak!'

'Blugh!'

Chanyeol menampar keras wajah gadis itu hingga tersungkur di tanah dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku sudah berusaha bersikap baik padamu, kau hanya perlu menurut dan aku akan memulangkanmu, tapi kau terus saja menguji kesabaranku" Chanyeol dengan nada tinggi.

"Aku pastikan setelah ini kau kan membusuk di penjara" gadis itu masih memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan laki-laki itu.

"Apa yang kau lakukan!!"

Baekhee berteriak saat Chanyeol merangkak di atas tubuhnya seperi tempo hari, menarik kedua tanganya dan menjepit kedua lutunya hingga tubuhnya tidak bisa digerakan

"Aku terpaksa mengikatmu, dan jika kau tidak mau diam, aku bersumpah akan membunuhmu dan membuang mayatmu di tempat ini hingga keluargamu tidak akan bisa menemukan jasadmu"

Setelah selesai, Chanyeol membopong tubuh gadis itu dan mendudukanya di kursi belakang.

"Aku akan melepaskan ikatanmu setelah kita tiba di Airport, dan ingat baik-baik, kau harus menuruti apapun yang aku katakan"

Setelah hampir duabelas jam berada di pesawat menuju Korea, Baekhee memilih terus menejamkan matanya. Entah tidur tau tidak, gadis itu bertekad akan terus memejamkan matanya.

Beberapa kali gadis itu mengintip dari sudut matanya dan mendapati laki-laki di sampingnya pergi kebelakang entah untuk apa, gadis itu sama sekali tidak perduli.

Baekhee sempat berjengit kaget saat benda lembab dan dingin menempel di pipinya, juga sedikit rasa perih pada sudut bibirnya yang terluka akibat tamparan keras dari laki-laki itu, juga hembusan pelan yang menerpa kulitnya.

'Dia merawat lukaku? Bahkan meniup obatnya agar cepat kering?, dia gila!' pikirnya.

"Buka matamu, aku tahu kau tidak tidur" laki-laki itu dengan nada datar "...pakai ini" laki-laki itu memberikan sebuah masker untuk Baekhee pakai.

"Tuan, siapa namamu?" Baekhee lirih, gadis itu mencoba peruntunganya.

"Kita harus cepat keluar, jika kau ingin segera pulang" laki-laki itu menggenggam tangan Bakehee lembut agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang.

Keduanya berjalan hingga sampai ke tempat terluar area bandara, selama berjalan ke area itu Chanyeol terus saja menggenggam tangan gadis itu, tapu sesampainya di tempat itu Chanyeol segera melepaskanya.

"Pulanglah, kau tidak lupa lamat rumahmu bukan?" Chanyeol berbisik di telinga gadis itu "...dan ingat, jangan pernah mengatakan apapun tentang kejadian di atap, karena kesaksianmu tidak berguna sama sekali"

Setelah mengatakanya, Chanyeol berlalu begitu saja meninggalkan Baekhee yang masih menegang di tempatnya.

"Terimakasih"

Baekhee tiba-tiba, entah apa yang mendasari gadis itu mengucapkan terimakasih pada orang yang menculiknya dan menimbulkan luka di sudut bibirnya juga membuat pergelangan tangan juga kakinya memar.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan gadis itu.

"Terimakasih sudah merawat lukaku"

Lanjut gadis itu. Chanyeol tidak masih berdiri di tempatnya tanpa melihat gadis itu.

'Omong kosong!'

Chanyeol melanjutkan langkahnya dan memberhentikan taksi yang melintas.

"Ijinkan aku ikut bersamamu--"

"Kau?"

Chanyeol terkejut saat seseorang mencegat lenganya saat hendak memasuki taksi.

Gadis itu, Byun Baekhee mencegatnya dan meminta untuk ikut denganya. Ini gila, apa yang ada di pikiran gadis itu, apa bersamanya 9 hari membuat otaknya rusak dan tidak bisa berpikir logis?, yang benar saja...

"Nakka!" Chanyeol berbisik, gadis itu tidak bergeming.

Sejujurnya dia tidak mengerti apa yang dia lakukan, seharusnya dia langsung pergi saat laki-laki meninggalkanya, tapi entah mendapat dorongan darimana sampai dia mengikuti laki-laki itu.

"Hei kalian, cepatlah" pengemudi taksi yang sudah menunggu akhirnya angkat bicara.

"Masuklah" perintah Chanyeol.

Gadsi itu masuk lebih dulu. Chanyeol menutup pintu taksi alih-alih ikut masuk.

"Ya!" Baekhee memukul-mukul jendela kaca taksi yang mulai melaju setelah pintu tertutup.

Tidak habis akal, Baekhee meminta pengemudi itu mengikuti taksi yang Chanyeol naiki sesaat setelah taksi yang dia naiki melaju.

Baekhee bakan mengendap-endap mengikuti laki-laki itu yang tidak sadar jika gadis itu mengikutinya sampai ke sebuah mansion.

Gadis itu hanya menunggu tanpa berani ikut masuk dan menunggu laki-laki itu keluar.

Setelah 3 jam menunggu, laki-laki itu tidak kunjung keluar, bahkan tidak ada apapun yang keluar masuk tempat itu.

"Mhhpptt!" seseorang memebekap mulut gadis itu dari belekang.

"Apa kau sudah gila? Seharusnya kau ada di rumahmu dan berkumpul bersama keluargamu bodoh!"

Baekhee tidak bergeming, gadis itu mengenali suara berat itu, suara laki-laki yang bersamanya beberapa hari belakangan.

"A-aku merindukanmu" Baekhee menurunkan tangan laki-laki itu pelan.

"Neo micheoso!?" laki-laki itu tidak mengerti situasi saat ini.

"Maafkan aku, hanya saja aku terbiasa denganmu beberapa hari ini, dan saat kau menyuruhku pulang, aku merasa di campakan"

"Ikut aku!" Chanyeol menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk ke sebuah mobil.

"Katakan di mana rumahmu"

Laki-laki itu masih berusaha sabar.

"Kau tahu?, berada di dekatku sangat berbahaya"

Gadis itu masih diam. Sungguh Chanyeol merasa frustasi, ini kali pertamanya berurusan dengan seorang perempuan kecuali Irene parter kerjanya dan jalang-jalang yang dia tiduri tanpa harus mengenalnya.

.

.

.

76 Hari lalu

"Astaga! Lenganmu!"

Baekhee melompat dari tempat tidur saat melihat Chanyeol datang cucuran darah di lengan atasnya.

"Jangan berteriak, kau harus terbiasa melihatnya jika kau masih keras kepala tinggal bersamaku" laki-laki itu dengan nada datar.

Sementara Baekhee hanya berdiri mematung, gadis itu bingung apa yang harus dia lakukan.

Laki-laki itu dengan santainya membuka baju bagian atasnya kemudian mengambil peralatan untuk merawat luka nya.

"Ap-apa ini sakit?" gadis itu memberanikan diri menyentuh lengan laki-laki itu.

"Itu tidak terlalu dalam, jangan berlebihan" laki-laki itu mulai membersihkan lukanya.

"Hei Byun! Pergilah" laki -laki itu tidak tahu dengan cara apa lagi dia mengusir gadis itu. Laki-laki itu terus saja menatap Baekhee dengan tatapan tajam.

Baekhee, gadis itu tidak menjawab. Baekhee hanya menatap wajah Chanyeol, ketakutan gadis itu hilang entah kemana.

"Aku mohon pergilah, sebelum hidupmu benar-benar hancur" laki-laki itu memalingkan wajahnya dan kembali membersihkan lukanya.

Keduanya hanya diam, keduanya tidak ada yang membuka suara selama beberapa saat.

'Chuu'

Entah dorongan dari mana, laki-laki itu mengecup bibir Baekhee yang terus saja mengatakan kalimat-kalimat omong kosong bagi laki-laki itu, tidak hanya mengecupnya, laki-laki itu melumat dan menyesap bibir gadis itu lembut.

"Apa kau bisa melakukanya lagi?" Baekhee saat laki-laki itu melepas ciumanya "...aku mohon"

'Aku tidak ingin merusak mu, aku akan menggila, aku sudah menahanya sejak hari itu'

"Apa kau tidak pernah melakukanya?, berciuman?" laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya "...aku mohon sekali lagi padamu, pulanglah sebelum semuanya menjadi terlambat" laki-laki itu berjalan keluar.

"Aku ingin, tapi entahlah, aku merasa belum siap jika tidak melihatmu"

"Apa kau merayuku?"

Chanyeol berbalik dan menatap aneh pada gadis itu.

"Tidak! Aku tidak pandai melakukanya, spertinya aku mulai menyukaimu"

"Kau gila Nona!"

To Be Continue...

Part 2 gue up malem minggu ya

avataravatar
Next chapter