webnovel

Going far

Srriinggg... Magia emas dan lingkaran sihir memudar. Kini mereka tiba di tanah yang dikuasai klan Shapeshifter. Klan yang mahir berubah wujud menjadi hewan apapun yang mereka kehendaki. Ciri khas fisik mereka ialah rambut dan bola mata yang cenderung berwarna gelap. Ada dua lembar bulu di kepala mereka. Bulu berwarna hitam yang mirip seperti telinga burung hantu. Bulu di kepala mereka itulah yang membedakan klan mereka yang sedang menyamar atau binatang sungguhan.

Dikarenakan Mavr Lykos negeri yang cenderung bercuaca lembab dan berkabut, mereka suka memakai pakaian berupa jubah berlapis dengan tudung. Menahan agar udara dingin tidak langsung menusuk kulit dan menjaga mereka tetap hangat.

“ngg.. ini memang mendung atau waktu nya sedang sore menjelang malam atau langitnya yang selalu seperti ini?" tanya Erick sambil melihat ke langit dan terheran karena sepertinya akan turun hujan. Bau udara yang lembab pun mengecoh penciumannya.

“Memang langitnya yang begini.. ini termasuk cerah lho.. panahnya menunjuk kemana?" jawab Damian pendek yang kemudian bertanya pada Andrew disampingnya.

“Emm... ke.. sana.. itu gua? Kok kelihatannya kecil sekali.." jawab Andrew sambil berkali-kali memastikan arah panah Broken Compass.

“iya, itu sebuah gua.. aku bisa melihat jalan yang sempit di dalamnya.. ada yang mau menemaniku masuk ke dalam sana? Yang tidak takut gelap, laba-laba, dan kelelawar ya..” Shapeshifter memegang elemen kegelapan dan kabut, membuat penglihatan mereka lebih baik karena terbiasa.

“kau ini nyindir apa bagaimana? Ayo, sihir pengendali tanahku akan berguna untuk membuka jalan..” Peter maju, sebagai ksatria nomor satu Chaldene masuk ke gua sempit adalah hal yang biasa saja baginya.

“Tunggu Peter, akan kupinjamkan pengelihatan malam ku.. dengan ini aku bisa sekaligus mengawasi kalian..

Satu kebanggaan, dua kepercayaan, tiga indera, empat bekas cakar.. Raja kami David.. pinjamkan berkat pada putramu.." Adryan menghampiri lalu mengusap kedua mata Peter dengan ibu jarinya. Peter sempat ingin menolak namun sepertinya perkataan Adryan ada benarnya. Bola mata Peter yang sebelumnya coklat gelap pun berubah menjadi coklat terang. Garis matanya pun menghitam dan tebal seperti mata Adryan.

“panjang ya mantra kalian..”

“sama saja kok”

“mm.. penglihatanku jadi agak aneh, pinjam dulu ya Adryan..” Peter sedikit sempoyongan setelah dipinjami penglihatan Beast. Beberapa warna yang ia lihat menjadi berbeda. Ia bahkan bisa melihat corak belang di wajah Adryan dan punggung Erick padahal sebelumnya dimatanya tubuh mereka mulus-mulus saja. Tattoo khas Siren berwarna ungu di lengan Andrew pun menampakkan detail lain dan terlihat makin cantik.

Peter dan Damian masuk kedalam gua yang sempit itu. Lembab dan agak licin. Makin masuk ke dalam, gua itu semakin gelap dan sulit dilewati.

“Derap langkah, desah napas, kibas jubah, denting pedang.. Ibunda kami Eve.. lindungi putr--”

SLIP..!! Peter hampir terjatuh karena menginjak bagian tanah yang basah.

“Hati-hati..!!” kalau Damian tidak memeganginya mungkin celananya sudah basah karena jatuh.

“heheh.. maaf” sepertinya Peter agak kurang focus karena sedari tadi merapal mantra dan menggeser bebatuan dengan sihirnya.

“.. tidak kusangka Adryan punya kemampuan seperti ini. Jadi ini rasanya bisa melihat dalam gelap ala para Beast.." Peter mulai terkagum dengan kemampuan yang dimiliki Beast. Meski tak se terang penglihatan Beast, Damian cukup bisa melihat jelas dalam gelap.

“tapi jujur saja, kau benar sudah tak takut padanya?”

“justru yah.. hehe

Aku kini agak menyukainya. Cara bercanda dan bagaimana Ia perhatian padaku.. aku bahkan suka aroma kucing yang tercium dari dirinya.. ketika di awal kita bertemu, aku memang sangat takut.. aku takut cakarnya akan mencabik-cabik kita seketika..

selain Adryan aku juga takut pada Erick dan Ryota, tapi.. Ryota hanya nampak seperti anak kecil dalam tubuh dewasanya.. Erick pun terlihat tenang dan sebisa mungkin tidak membuat kita takut padanya.. aku juga sempat tak percaya padamu karna kau terlihat sombong dengan muka galak mu itu”

“hey aku minta kau jujur tapi bukan blak-blakan ya. Muka ku memang sudah seperti ini dari lahir”

“hahaha iya ‘kan.. kita butuh waktu untuk saling mengenal dan membiasakan diri satu sama lain. Kalau Nathanael, aku iri sekali dengan wajah tampannya.. Andrew meski seorang Siren, Ia punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Mitos ‘Siren ialah penipu ulung’ hilang seketika aku melihat sosoknya” Peter berbicara disisi Damian sambil tersenyum. Cara bicaranya kini sangat santai.

“ah aku tau, mitos yang mengatakan Siren suka bernyanyi dengan suara indah mereka dan mengundang pelaut juga nelayan agar menghampiri lalu menelan mereka ke dasar laut ‘kan? Aku juga tak percaya jika melihat Andrew kita sekarang” Damian pun dengan semangat membalas obrolan Peter.

“bagaimana dengan Cyrus? Kau sempat mendengar desas desus tentang Pixy?”

“tidak juga.. setauku mereka adalah klan pemuja rembulan yang menguasai elemen musim semi. Selain itu aku kurang tau..”

“tapi kalau bisa lahir kembali, aku ingin deh menjadi Pixy.. sayap mereka sungguh cantik sekali.. dan ku dengar mereka merapal sihir dengan bernyanyi lho..”

“sungguh? Sejauh ini kita belum melihat Cyrus merapal sihir ya.. aku jadi penasaran..”

Tak terasa mereka berjalan cukup lama menyusuri gua itu sambil berbincang. Tak terhitung batu yang Peter belah dan pindahkan untuk membuka jalan. Damian yang berjalan di belakangnya pun menjaga langkah Peter sambil melihat kiri-kanan mencari kunci Gate of South yang mungkin terselip diantara bebatuan.

“.. harusnya tadi kita pinjam Broken compass ya, aku takut kita melewatkan kunci itu.. mau sampai mana kita berjalan menyusuri gua ini” Peter mulai mengeluh. Kakinya mulai terasa pegal dan Magia nya mulai terkikis.

“kau benar.. mau kembali lagi dan pinjam pada Andrew?”

“jangan deh.. tanggung.. kita sudah sejauh ini—“ Peter membelah lagi sebuah batu besar yang menghalangi jalan.

DDRR… KRAAKK..!!! dari balik batu terdapat sebuah ruang yang agak luas dimana terlihat sebuah kunci berhias Onyx tertancap di sebuah batu besar.

“ah akhirnya.. Itu dia..!!" Peter pun menghampiri kunci itu dan segera mencabutnya dari batu tempat kunci itu tertancap.

“Ayo, kita segera keluar dari sini.." ajak Damian sembari melangkah kembali.

Tiba-tiba saja... DRRRR.... seisi gua bergetar seiring dicabutnya kunci itu. Bebatuan dalam gua mulai bergetar dan runtuh.

“GEMPA..!!! AYO LARII..!!!!!" Peter segera menarik tangan Damian mengambil langkah seribu demi melarikan diri secepat mungkin.

“DASAR BODOH KAU KAN KSATRIA PENGENDALI TANAH.. MEMANG TAK BISA MENGHENTIKAN INI?”

“GUA INI JAUH DI DALAM TANAH, TERLALU BERBAHAYA.. KEMUNGKINAN BERHASIL TERLALU KECIL…” Peter cukup gesit meski tubuhnya sedikit lebih ramping dari Damian.

“ADA-ADA SAJA..!!!” Damian pun inisiatif mengubah wujudnya menjadi sesuatu yang cocok saat situasi itu....

“HAH KAMBING GUNUNG..???"

“YAA..!!! CEPAT NAIK..!!!" Damian berubah wujud menjadi seekor kambing gunung berbulu hitam pekat dengan tanduk kokoh dan kaki-kaki yang kuat.

Peter pun segera melompat ke punggung Damian.

“KENAPA KAMBING GUNUNG??"

“APA LAGI?? BERUANG? BESAR TAPI LAMBAT.. KUDA? MEMANGNYA BISA BERLARI DIDALAM GUA BEGINI? BURUNG? BURUNG SEBESAR APA YANG BISA DITUNGGANGI..???"

Damian berlari sekencang yang ia bisa. Peter yang menungganginya sebisa mungkin mengarahkan kawannya agar berlari menghindari bebatuan yang perlahan runtuh. Derap kaki Damian menghasilkan debu yang berterbangan dan beradu dengan bebatuan yang seolah ingin mengubur mereka.