webnovel

Found YOU

“KIRI..!! KANAN..!! LOMPAT..!! KIRI LAGI..!! AWASS—“

DUKK..!!! tiba-tiba kaki Damian tersandung, mereka berdua jatuh tersungkur.

“AKH..!!” Sayangnya ketika terjatuh kepala Peter membentur dinding gua dengan keras. Ia tak sadarkan diri seketika. Sebuah batu besar terlihat akan jatuh menimpanya.

“PETEERR...!!!!!!" Damian yang bahkan belum sempat berdiri berteriak agar Peter segera sadar. Tulang kaki nya yang terantuk batu masih terasa nyeri.

Wusshh... tiba-tiba saja seekor kucing besar, bukan.. seekor kucing raksasa menerjang batu besar yang hampir menimpa Peter lalu menggendong pemimpin Chaldene itu.

“NGAONGG..!!!” setelah meraung pada Damian yang akhirnya berubah menjadi seekor Gagak dan terbang, Ia lanjut berlari menuju jalan keluar.

“Mmhhh.... macan putih? (tapi kok besar sekali ya(?)) hngg… Kenapa bukan dari awal kau berubah begini.." Peter setengah sadar berkata pada Damian.

“koakk.. Itu bukan aku...!!!" jawab Damian yang sedang terbang diatas Peter dan kucing besar itu.

“DAMIAN?? TERUS INI SIAPA?? Tunggu... kucing(?) besar(?) ADRYAN..????"

Adryan tidak menghiraukan Peter yang sedang bingung. Ia fokus berlari menuju jalan keluar sebelum bebatuan menimpa mereka dan menghancurkan gua itu. Adryan dipeluk Peter erat-erat. Bulu Feline Adryan sangat halus dan lembut. Wujudnya seperti harimau putih dengan corak belang abu-abu bertelinga caracal cat dan ujung ekor berbulu hitam mirip singa. Cakarnya berwarna kuning keemasan Nampak sangat tajam bagai senjata hidup. Panjang tubuhnya dari moncong hingga pangkal ekor sekitar 5 meter sedangkan ekornya sendiri sepanjang 2,5 meter.

DDUMM.. BRAKK.. KRAKK.... bebatuan datang dari segala arah. Untungnya otot kaki Adryan yang lincah mampu mengimbanginya. Matanya yang tajam merespons cahaya menuju jalan keluar. Damian pun lebih leluasa untuk terbang dalam wujud seekor Gagak. Kecepatan terbangnya tak kalah dari Adryan yang sedang berlari.

Secercah cahaya Nampak dari kejauhan. Bau kabut tercium makin jelas menandakan mereka makin dekat dengan pintu keluar.

“hhh… akhirnya..” nyaris saja mereka terkubur di dalam tanah. Damian segera mengubah wujudnya kembali begitu sampai di luar. Mereka berhasil selamat sesaat sebelum gua itu benar-benar hancur dan menutup jalan keluar itu selamanya.

“Hufftt.. ha.. hampir.. saja..." Peter turun dari punggung Feline Adryan terduduk lemas merasa lega telah lepas dari bahaya.

“kalian tidak apa-apa??” Tanya Nathanael khawatir sambil menyodorkan sebotol air untuk mereka minum.

“kami.. baik kok..” jawab Damian singkat karena lengannya pegal setelah terbang dengan terburu-buru. Tanpa malu-malu Ia terima air yang ditawarkan Nathanael.

“Adryan.. terima kasih.. kalau saja kau tidak--" kata-kata Peter terhenti ketika ia melihat Adryan yang masih berwujud Feline menjilati ekornya yang terluka cukup parah. Darah terlihat menetes dari kulitnya yang robek. Command of Beast itu pun menggeram pelan ketika ujung lidahnya menyentuh luka, merasa perih.

“uu.. Adryan.. kau jadi terluka begini.. gara-gara aku.. huhuu.. Adryaaann.. maafkan akuu....." Peter memeluk Adryan dengan perasaan bersalah. Ia menangis layaknya anak kecil. Feline Adryan yang dipeluknya pun memasang ekspresi penuh heran. Yang lain hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan Peter dan Adryan.

“Hahahah.... kau ini.. tidak usah nangis begitu.." Andrew berjalan menghampiri mereka berdua.

“Biru nila turquoise hijau putih.. Dewa kami Neptunus..” tangan sang Earl of Siren memancarkan Magia turqoise mengaktifkan sihir penyembuh kesekian kalinya untuk menutup luka parah di ekor Adryan. Luka pun perlahan menutup. Kulit dan bulu di ekor Adryan kembali seperti semula.

“hiks An.. Andrew.. terima kasih.. hiks.." Peter yang masih terisak merasa lega melihat sihir penyembuh Andrew yang luar biasa.

Sang Earl of Siren pun merespon dengan mengedipkan sebelah matanya.

Adryan mengubah wujudnya kembali menjadi setengah manusia. Tak lupa ia juga berterima kasih pada Andrew. Ia lega kini ketakutan Peter pada dirinya sudah menghilang. Bekas pelukan Peter masih menyisakan kehangatan meski kini Ia sudah mengubah wujudnya.

“kuncinya mana?” Tanya Joseph sambil menengok pada Peter, Damian dan Adryan.

“oh iya.. ini..” Peter menyerahkan kunci yang sedari tadi ia genggam. Sebatang kunci besi berhias batu Onyx.

“ngg.. berarti ini kunci ke enam ya..”

“wahh tak terasa tinggal tiga kunci lagi yang harus kita kumpulkan..” Cyrus makin bersemangat mengingat sebagian besar kunci sudah di tangan.

“hehe iya tak terasa kalian harus mampir ke negeriku..” timpal Adryan.

“ke--..??” tiba-tiba saja mereka terdiam membeku mengingat negeri selanjutnya.

“yups.. Groilandia..” sahut sang Command of Beast sambil berkacak pinggang penuh kebanggaan dengan kerajaannya.

“Yaa.. selamat datang di kerajaanku...” sambut Adryan disaat mereka tiba di hutan Groilandia.

Mereka tiba di sebuah lereng bukit dengan pepohonan yang tidak terlalu lebat. Dari ketinggian Nampak terhampar pedesaan yang sejuk dan asri. Mereka diantar sihir teleportasi ke sebuah desa kecil di barat Groilandia. Kala itu hanya ada sedikit awan di langit siang menjelang sore dengan panas matahari yang tidak terik.

“.. kalian kenapa sih?”

Peter, Damian, Cyrus dan Nathanael bersembunyi di belakang Joseph. Sementara Joseph sendiri pun berjalan pelan-pelan di belakang Adryan. Ryota, Andrew dan Erick ikut kebingungan melihat tingkah laku mereka semua. Mereka memang sudah tidak takut pada Adryan yang ternyata sifat aslinya nyeleneh, melainkan takut pada bangsa Beast yang tinggal di Groilandia.

“ti.. tidak apa-apa kok.. ayo, kita lanjutkan pencarian..” jawab Damian dengan lidah kelu.

“haduhh kalian ini ya.. ya sudah, hey Siren panah kompasmu menunjuk ke mana?”

“ng? lho tadi panahnya lurus tapi sekarang mengarah ke kanan..”

“oke, mungkin kuncinya di kaki bukit ini ya.. ayo..” mereka pun mulai menyusuri jalan setapak mengikuti arah panah Broken compass. Erick sang Dragon berjalan di belakang memastikan teman-temannya tidak ada yang tertinggal.