webnovel

4 oclock

SenyumSenja · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Bagian 03

Mereka memulai hidup baru di desa Mepian yang jaraknya dekat dengan sungai. Disana mereka tinggal dengan sebuah keluarga yang memang tidak memiliki anak. Dan Nena tetap mengikuti kelas belajar, sedangkan Joan membantu sang ayah di ladang.

"Joan.. sebelumnya kau pernah tinggal dengan siapa saja? " Tanya ayah disela-sela bekerja.

Joan menggeleng untuk memberikan jawaban. "Kamu belum bisa berbicara.. ayah akan ajarkan padamu, " Kata ayah itu tersenyum.

sang ayah mengambil tanah, "Ta.. nah, " Ujarnya menunjukkan itu pada Joan, Joan pun ikut mengambil tanah dan mengucapkan kata yang sama, "Ta.. nah, "

"Iya.. bagus, " Ujar ayah mengacungkan jempol sebagai pujian dan tersenyum. Lalu ayah menunjuk ke arah teriknya matahari, "Ma.. ta.. ha.. ri.., " Kata ayah.

Joan mendongak, "Ma ta ha ri, " Ucapnya menunjuk matahari itu.

Sang ayah mengajarkan nama benda yang ada di sekeliling Joan seharian sambil bekerja. "Kalau kamu tidak punya jawaban daei sebuah pertanyaan kamu bisa katakan aku tidak tau, " Jelas sang ayah saat mereka tengah duduk beristirahat dengan sang ibu yang membawa beberapa makanan.

"Aku tidak tau, " Kata Joan mengulangi perkataan ayah.

"Wah.. Joan sudah belajar banyak hati ini, " Ujar ibu bangga dengan perkembangan Joan.

Mereka pun makan, "Terima kasih, " Ucap Joan. Ayah menggeleng, "Ada kata yang lebih tepat dari itu.. Enak.. Lezat.., " Kata Ayah.

Joan memakan ayam goreng itu, "Enak.. Lezat, " Ucapnya memeragakannya.

Perlahan Joan mempelajari seluruh raut wajah orang-orang meski ia tak merasakan apa pun. Mulai dari wajah bingung, bahagia, sedih, tertawa, marah, kecewa dan masih banyak lagi.

***

Suatu ketika Nena tengah duduk di depan rumah menulis tugasnya, Joan yang baru saja keluar dari pintu rumah langsung duduk di dekat gadis itu. "Apa itu? " Tanya Joan terlihat penasaran.

"Ahh.. ini namanya tulisan, aku akan mengajarkanmu menulis dan membaca.. " Jawab Nena. "Ini tulisan namaku, Ne.. na.. dan ini tulisan namamu Jo.. an.., " Lanjutnya menulis.

Joan mengambil pena yang ada di tangan Nena dan mencoba menulis hal yang sama. "Nena.. Joan, " Ujarnya setelah selesai menulis dua kata itu.

"Waaaah... Benar.. ini Nena.. dan ini Joan, " Kagum Nena karena Joan belajar sangat cepat. Nena pun menuliskan abjad, mengajarkan Joan tentang huruf dan beberapa kata.

Dari jauh sosok yang memantau Joan muncul, "Bagaimana jika akan ku buat keadaan menjadi sulit.. apa kau akan sanggup, " Gumam sosok itu yang kemudian menghilang di balik pohon sana.

Tiba-tiba saja, awan menjadi gelap gulita dengan cahaya kilat yang begitu terang, "Akan turun hujan, cepatlah masuk, " Kata ayah yang berlari ke arah rumah. Angin kencang menerbangkan benda-benda ringan yang ada disekitar desa itu.

"Ini badai.. " Gumam ibu yang segera menutup jendela dan pintu rumah, keadaan menjadi begitu gelap, terlihat ketakutan dari raut wajah ibu, ayah dan Nena.

"Tetaplah bersama.. jangan ada yang keluar, " Kata ayah yang mengambil air minum.

Terdengar jelas suara petir yang menyambar, rumah ini berdecit karena angin kencang yang bertiup di liar sana. Nena memeluk sang ibu erat, sedangkan Joan merasa aneh dengan kejadian ini. Tak lama ayah kembali ke dalam ruangan ini dengan membawa makanan dan air minum.

Joan mengambil lilin yang ada disana lalu menyalakannya untuk menerangi ruangan ini, karena terasa semakin gelap dan dingin. Nena tertidur, sang ibu menyelimutinya agar tak merasakan kedinginan.

"Joan.. " Terdengar suara gema yang memanggil Joan, Joan melihat ke segala arah mencari sumber suara yang memanggilnya itu.

"Ada apa Joan? " Tanya ibu bingung dengan tingkah Joan.

"Ada yang memanggil Joan, " Jawab Joan. Lalu ia berjalan keluar dari rumah. Keadaan masih sama, gelap dan berangin. Hanya kilatan petir yang menerangi desa.

"Tolong!!! tolong aku!! " Teriak seorang wanita yang berpegangan pada pepohonan yang ada disana. Tak ada satupun orang di luar kecuali Joan. Joan berjalan mendekati wanita itu, "Kamu baik.. baik.. saja? " Tanya Joan kaku.

Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Ikut dengan ku, " Ujar Joan, wanita itu langsung memegangi tangan Joan dengan erat. Mereka berjalan perlahan menuju rumah Joan.

Wuuussh..

Sebuah bambu dengan ukuran kecil melesat dan menancap di punggung Joan, wanita itu menjerit ketakutan, "Tidak apa.. apa, " Kata Joan terus berjalan karena memang Joan tak bisa merasakan sakit.

Mereka masuk, "Joan kamu pergi kemana? " Tanya ayah yang khawatir padanya.

"Tolong dia pak Lim.. dia.. " Ujar wanita itu tak sanggup seraya menunjuk ke arah punggung Joan.

Semua orang yang ada disana terkejut melihat bambu yang menancap di punggung Joan, "Apa sakit? " Tanya ibu pada Joan yang di jawab gelengan oleh Joan.

"Berbaring disini.. ayah akan mencabutnya, " Kata ayah. Joan pun berbaring telungkup. Sang ayah dengan pelan mulai mencabut bambu itu, darah mulai mengalir dari luka Joan. Namun, tak lama berhenti dan anehnya lukanya menutup sendiri yang membuat orang-orang yang disana makin terkejut.

"K.. k.. k.. kau.. ini apa, " kata sang ibu merasa takut dengan Joan.

Akhirnya Joan duduk, "Aku tidak tau ibu.. Aku bisa berubah menjadi batu, serigala dan manusia ini adalah wujud terakhir ku.., " Jelas Joan. Lalu ia merubah dirinya menjadi batu, lalu serigala dan kembali menjadi manusia.

"Kau monster, " Kata sang ayah yang gemetaran, namun Joan tak berbicara lagi, ia diam.

"Apa Nena juga seperti mu? " Tanya Ibu dengan wajah yang pucat.

Joan menggeleng, "Tidak.. dia manusia.. dia yang menemukan ku.. menolongku.. dan dia yang memberiku nama, " Jawabnya dengan kepala yang masih menunduk.

"Tapi sepertinya dia baik, " Ujar wanita yang di selamatkan Joan tadi, "Buktinya dia menolongku di tengah badai tadi, "

Perkataan wanita itu membuat ayah dan ibu Joan mengurung rasa takutnya pada Joan, seraya memeluknya hangat, "Maafkan ibu.. ibu hanya tidak terbiasa melihat hal seperti ini, " Ungkap ibu haru.

"Iya ibu, " Kata Joan sederhana.

"Oh iya.. siapa namamu nak? " Tanya ayah pada wanita itu.

"Kara, anak pak Kenta dan ibu Mena, " Jawab wanita itu.

"Menetaplah dulu disini.. sampai badai berhenti, sangat berbahaya kalau kamu pergi, " Kata ibu.

"Joan, " Kata Joan mengulurkan tangannya pada wanita itu. Dengan ragu Kara menjabat tangannya, "Kara, " Ujar Kara.

Itu awal mula Joan di ketahui sebagai monster yang bisa sembuh dengan sendirinya, dan ia mulai berteman dengan Kara. Selama badai Joan di ajarkan Kara membaca buku-buku yang ada di rumah itu. Sampai akhirnya badai mulai berhenti, meski masih gelap.

"Terimakasih Kara, " Kata Joan saat Kara menutup buku yang baru saja selesai mereka baca. Kara pun mengangguk, tersenyum.

"Iya monster.. " Balas Kara, memanggil Joan dengan sebutan monster. "Apa kamu tidak bisa tersenyum? atau raut wajah yang lain? " Tanya Kara menjadi penasaran dengan Joan.

Joan menggeleng, "Aku ini tidak bisa merasakan apa pun, " Jawab Joan sederhana. Kara mendengus sebal lalu menarik ujung bibir kiri dan kanan Joan pelan, "ini namanya senyum, " Ujar Kara seraya menjauhkan tangannya dari wajah Joan.