webnovel

4 oclock

SenyumSenja · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Bagian 02

Warga desa berkumpul di depan rumah Gilson, membuat tungku dan menyiapkan beberapa bahan makanan. "Ini sebuah penghormatan untuk dewa telah memberikan rusa sebagai buruan hari ini, " Kata pria tua yang tampak seperti tetua desa ini.

Tentu saja Gilson dan Nena sangat senang karena ini pertama kalinya warga desa mengadakan acara persembahan untuk dewa di depan rumahnya, "Lihatlah Joan.. semua orang menyukaimu, " kata Nena yang mengelus punggung serigala itu lembut. Seperti biasa Joan hanya diam, memerhatikan apa yang ada di hadapannya.

Namun, tak ada yang menyadari bahwa desa itu telah di kepung oleh suku Pioran yang memang bermusuhan dengan desa ini. Joan yang merasakan firasat buruk itu, melolong dan menarik baju Nena untuk segera pergi.

"Apa yang kau lakukan Joan?! kau ingin memakanku? " Ujar Nena yang ketakutan karena Joan yang tiba-tiba menggigit bajunya dan langsung menariknya itu.

Joan menggeram ke arah pepohonan yang ada disana, ingin memberitahu bahwa ada bahaya di balik sana. "Joan tenanglah.. ada apa? kenapa kau bertingkah seperti ini, " Kata Gilson yang berusaha menenangkan serigala ini.

Beberapa anjing peliharaan warga juga ikut menggeram ke arah yang sama dengan Joan, "Tunggu.. sepertinya ada bahaya, " Ujar seseorang yang akhirnya mengerti akan perlakuan hewan-hewan itu.

"Joan.. bawa Nena pergi jauh.. " Kata Gilson yang mengikat tangan Nena dengan tali yang panjang dan mengikatkan ujungnya pada leher Joan.

"Tapi ayah.. "

"Ayah akan segera menyusulmu jika semuanya sudah baik-baik saja, "

Akhirnya Nena dan Joan pun pergi menuju hutan, berlari sekuat tenaga sampai mereka tiba di hilir sungai. Mereka berhenti disana, Nena mengambil air dengan kedua tangannya lalu minum, "Waaahhh.. segar sekali, " Ungkapnya.

"Apa kita sudah cukup jauh dari desa? " Tanya Nena pada serigalanya, yang di jawab dengan gonggongan.

"Sekarang kita akan kemana? Apa ayah akan mencariku? " Kata Nena seperti bertanya pada dirinya sendiri.

Serigala itu melihat bayangannya di air, dan terlintas bayangan anak laki-laki yang ia jumpai tadi pagi itu. Seketika cahaya memancar dari tubuhnya dan tak lama ia berubah jadi anak laki-laki itu.

Nena yang melihat itu terkejut, menarik tubuhnya mundur sedikit menjauh dari Joan, "K.. k.. k.. kau siapa? kenapa kau berubah? Joan? " Ujar Nena terbata-bata.

Namun, ia tak menjawab sebab belum pernah mencoba wujudnya yang baru ini. Dia hanya menatap Nena seperti layaknya Joan si serigala peliharaan gadis kecil itu.

"Joan, " Panggil Nena lagi yang membuat anak laki-laki itu menoleh ke arahnya. "Kalau kau memang serigala Joan.. kenapa kau bisa berubah menjadi manusia? " Lanjutnya masih kebingungan.

"Apa kau belum bisa bicara? Hmm.. sepertinya benar, " Ujar Nena.

Kriukk..

Perut Nena berbunyi, saat ini ia merasa lapar. Tapi, apa yang harus ia makan di tengah hutan seperti ini. "Ayo kita berjalan lagi.. " Kata Nena pada Joan meski ia lapar.

Mereka terus berjalan bersama sampai akhirnya tiba di tengah-tengah hutan yang di penuhi dengan semak-semak buah beri. Nena yang melihat hal itu segera memetik dan memakannya, sedangkan Joan duduk di tanah melihat yang di lakukan Nena.

"Kamu pasti lapar, makan ini juga, " Kata Nena yang menyadari bahwa ia sedang diperhatikan. Ia mendekati Joan lalu menyodorkan tangannya yang di penuhi dengan buah beri. Joan memiringkan kepalanya seperti bingung.

"Makan seperti ini, " Kata Nena seraya mencotohkan cara makan.

Joan pun mengambil buah itu dari tangan Nena lalu meletakkannya di atas telapak tangannya yang lain lalu memakannya satu persatu.

"Terima kasih.. Te.. Ri.. Ma.. Ka.. Sih.., " Kata Nena mengajarkan cara mengucapkan kata terimakasih jika di berikan sesuatu oleh seseorang.

"Te.. ri.. ma.. kaa.. ssiih, " Balas Joan terbata-bata, yang membuat Nena begitu senang.

"Seharusnya kamu yang menjadi kakakku tapi karena kamu belum tau apa-apa aku yang akan menjadi kakakmu, " Kata Nena memikirkan tentang perbandingan tubuhnya dengan Joan yang tampak lebih besar darinya seperti usia anak 10 tahun, sedangkan Nena masih berusia 7 tahun.

Setelah puas memakan buah beri, Nena memasukkan beberapa buah lagi kedalam saku celana Joan sampai menggembung. "Kalau lapar nanti kita bisa makan ini dulu.. sebelum mendapatkan makanan lain, " Ujarnya.

Mereka kembali berjalan bersama, kadang Nena naik ke punggung Joan saat merasa lelah. Sedangkan Joan memang dari dasarnya tidak bisa merasakan apapun meski nantinya ia ditusuk ataupun di bunuh.

Hari mulai gelap, mereka masih di tengah hutan. "Kita nyalakan api disini agar tetap hangat, " Kata Nena menumpuk beberapa ranting kecil yang ada disekitar sana, Joan pun mengikuti apa yang di lakukan gadis kecil itu.

Nena berusaha keras menyalakan api dengan memukul-mukul dua batu agar memercikkan api, sampai akhirnya Joan turut melakukannya. "Wah.. lakukan lagi, " Kata Nena karena batu yang dipegang joan memercikkan api sedikit.

Sampai akhirnya api pun menyala cukup besar, Nena tidur di atas tumpukan daun yang tadi ia kumpulkan, sedangkan Joan masih duduk melihat api itu.

"Kau mulai belajar dengan wujud itu.. semoga kau tumbuh seperti yang ku inginkan, " Kata sosok yang mengawasi Joan dari atas pohon sana dan seperti biasa menghilang.

***

Paginya, Nena terbangun dengan Joan yang masih tidur di dekat bekas api semalam. "Joan.. Joan, " Kata Nena membangunkannya. Lalu gadis itu mendekati sungai yang ada disana, mencuci mukanya.

Joan terbangun, ia mendekati Nena. "Sekarang kita akan berjalan lagi, bagaimana kalau kita ikuti sungai ini.. biasanya akan ada desa yg tinggal di pinggiran sungai, " Kata Nena menyarankan. Joan hanya diam tak menunjukkan respon apapun.

"Ya sudah.. aku anggap kamu setuju, ayo.. Joan, " Lanjut Nena lalu berjalan mengikuti arah berlawanan sungai, Joan pun mengikutinya. Wujudnya memang sudah berubah tapi Joan masih bersikap seperti serigala peliharaan gadis kecil itu.

Sesekali mereka duduk di pinggir sungai dan minum, lalu kembali berjalan dengan Nena yang terus berbicara sedangkan Joan hanya mendengarkan saja. Sampai menjelang malam, mereka sampai di sebuah desa.

"Lihat Joan.. ada rumah-rumah, " Kata Nena sangat senang.

"Permis.., " Kata Nena pada pria yang membawa rerumputan itu.

"Iya nak? " Tanya pria itu tersenyum ramah.

"Desa ini desa apa? Aku Nena dari desa Hokam.. desaku diserang.. hanya aku dan Joan yang pergi dari desa, " Jelas Nena.

"Ikutlah denganku bertemu dengan tetua.. semoga kalian berdua bisa tinggal di sini, " Kata pria itu merasa kasihan pada Nena dan Joan.

Meraka pun di bawa ke rumah tetua desa yang ada di tengah-tengah desa tersebut, banyak orang yang memerhatikan mereka berdua. "Masuklah, " Kata pria itu, seraya berjalan masuk ke dalam rumah tetua.

Seorang pria tua dengan tanda merah di keningnya terlihat sudah duduk disana, "Tetua.. ini pendatang baru dari desa Hokam, desa mereka telah diserang, " Kata pria itu jujur.

"Kemarilah nak.. " Pinta sang tetua itu.

Nena pun mendekatinya dengan rasa takut, "Kamu anak yang baik dan pemberani, tinggal di desan ini.. " Ujar tetua lalu tersenyum.

"Terimakasih tetua, " Balas Nena hormat.

"Te.. ri.. ma.. kaa.. siihh, " Kata Joan mengikuti Nena, meski ia masih terbata-bata.