Warning! Doting Husband [Kinn bucin banget di FF ini] || Desclaimer: Daemi a.k.a Poy dan Yok -- Zpoimy/Yokidat.P [Ren hanya fans karya mereka dan menulis FF saja. Terima kasih telah membaca] _________________________________________ _________________________________________ BLURP: "Tuan Kinn, ada bartender seksi di Kota Maunju. Mungkin dia bisa membuatmu terhibur? Kurasa kau lelah akhir-akhir ini." Niatnya, Pete hanya ingin kabur dari ancaman diperkosa salah satu boss-nya siang itu, tapi besok pagi malah mendatangkan nyonya besar baru!! "Porche calonku, dan minggu depan kita menikah. Perlakukan dia seperti kalian memperlakukanku mulai sekarang," kata Kinn pada barisan bodyguard-nya. *** GENRE: Romance/Drama WARNING: Smut/21+/Original CP
CATATAN AUTHOR: Fanfic ini tersedia lebih lengkap di Wattpad. Nama pena dan judul sama. Ada 2 versi di sana. Kinnporsche + Yizhan. Kalian bisa memilih baca yang mana saja.
Jangan lupa follow akun WP-nya ya! Terima kasih!
.
.
.
Cuplikan:
"Astaga! Mereka bahkan mengenakan baju sewarna! Aku sebenarnya baru melakukan apa?" bingung Pete. Meneguk ludah, dia menoleh ke belakang dan siap dibenci belasan bodyguard yang merangkap jadi pria simpanan seorang Kinn Anakin Theerapanyakul.
***
"Tuan Kinn, jangan!" jerit Pete ketika Kinn mendekat. Baru saja sang bos, Thankun memerintah dirinya untuk mengurus Kinn yang mabuk, malah jadinya seperti ini. Baru sampai di mobil tubuhnya sudah diraba-raba. Demi apapun, Vegas pasti marah kalau tahu hal ini!
Aku punya kekasih, Tuan! Hei!
Sangking bingungnya, Pete pun mendorong Kinn sekuat tenaga hingga terjembab ke ujung. Untung mabuknya Kinn termasuk parah. Meski kekuatan Kinn tetap membuatnya kewalahan, tetapi semuanya masih bisa dikendalikan.
"Aku harus membawanya pulang segera!" kata Pete. Lalu melakukan mobilnya dari gedung pesta heboh itu.
Di perjalanan, Kinn sudah mulai tenang. Dia hanya menggeram-geram beberapa kali, tapi tidak setelah Pete memapahnya turun. Pria itu kembali membuat Pete terdesak. Kali ini ke dinding ruang tamu waktu baru masuk. Tengah malam pula! Para penjaga sepi dan sekalinya datang, mereka tak bisa melawan kata-kata sang boss.
"PERGI! Kecuali yang satu ini. Bawa dia ke kamarku sekarang," kata Kinn. Dia menunjuk Pete dan ini seperti kiamat baginya.
"Eh? Jangan! Tunggu dulu!"
Percuma saja Pete menolak. Dua bodyguard yang masih berjaga lebih takut dibunuh besok pagi daripada tidak menuruti kemauan sang boss yang tengah di titik birahi. Mereka memapah Kinn ke kamar mewahnya, berikut Pete dipegangi dua orang di belakang.
BRUGH!
Pete melotot ketika tubuhnya ditindih Kinn layaknya pada kekasih. "Tuan Kinn!"
Para bodyguard pun segera pergi untuk memberikan privasi. Kalau besok pagi ada masalah antara Vegas dan Kinn lagi, itu sudah di luar urusan mereka. Yang mereka tahu, kalau ada perintah untuk melindungi, pasti akan mereka lakukan.
Pete pun memukul-mukul Kinn ketika bibirnya dicium begitu kasar. Dia memang seorang masokis, tapi maaf. Punya kekasih beda dengan saat belum punya. Pete cuma mau bibir Vegas! Buat apa melakukan ini dengan Kinn Anakin Theerapanyakul!
Pete bersumpah dia tak pernah berpikiran melakukan ini dengan Kinn. "Ummmff! Ummff!"
Hentikan, Tuan Kinn!
BRUGH!
Beruntung Kinn hilang kesadaran lagi setelahnya. Aneh, memang. Tapi Pete segera melepaskan diri dari Kinn begitu bisa. Dia menata pose tidur Kinn sebisa mungkin meski akhirnya agak random.
Ah, sudahlah. Tuan Kinn memang aslinya imut. Tapi tidak boleh ada yang tahu soal ini. Harus kututup pintunya dulu dengan benar.
Pete juga tak mau membuat masalah. Setelah dia mengunci pintu kamar Kinn dari dalam, dia pun menjaga sang boss dengan tidur di sebuah sofa panjang. Siapa tahu nanti malam Kinn hangover, kan?
Orang mabuk memang sebaiknya tidak ditinggal sendiri.
Keesokan paginya, Kinn bangun dalam kondisi bingung. Dia memijit kepala, dan Pete langsung datang untuk memberikan segelas minuman sebelum perut Kinn kenapa-kenapa.
"Ini, Tuan. Apa Anda sudah baik-baik saja?" tanya Pete. Meski semalam agak menakutkan, tapi Kinn belum pernah mabuk sembarangan seperti ini. Kira-kira kenapa, ya? Jarang-jarang sekali begitu.
"Apa ada hubungannya dengan Tuan Tawan? Biasanya Tuan Kinn akan menggila kalau ingat mantan pacarnya," batin Pete.
"Sudah. Aku tidak apa-apa," kata Kinn. Dia meletakkan gelas itu dan kemudian mandi. Setelahnya, pria itu baru bertanya kepada Pete di ruang golf virtual.
"Aku kenapa, Pete? Semalam kata beberapa penjaga aku menyuruhmu ke kamarku," kata Kinn.
"Ahaha, iya. Tapi selain Anda ... umn ... menciumku, tidak terjadi hal lain. Aku bersyukur Anda pingsan tidak lama kemudian."
"Oh ...."
Kinn tampak puas dengan jawaban itu. Dia tahu Pete takkan berbohong, apalagi kalau sudah menyangkut Vegas.
"Baguslah," imbuh Kinn. "Kuharap masalah ini tidak terjadi lagi. Aku minta maaf atas apapun yang terjadi."
"Tidak apa-apa, Tuan," kata Pete. Dia hanya cengar-cengir seperti biasa. Seolah-olah tidak ada apa-apa.
"Pokoknya aku tidak akan mengaku ke Vegas kalau tak ditanya! Bisa bahaya sekali!" batin Pete berusaha tenang.
Yang tidak Pete sangka adalah Kinn mendadak bilang sesuatu. "Pete, aku butuh mainan baru," katanya sambil melempar bola golf begitu jauh dengan tongkatnya.
"Maksud Anda, Tuan?" tanya Pete ragu-ragu.
"Mainan. Carikan aku lelaki yang tampan. Kau pasti sudah tahu tipe-ku yang dulu."
"Ya ampun ...."
Pete pun asal bicara apapun yang dia tahu. Daripada mendapat masalah lagi. Lebih-lebih jika ketegangan diantara hubungan mereka berdua makin terasa. Tidak!
"Tuan Kinn, sebenarnya ada bartender seksi di Kota Maunju. Mungkin dia bisa membuatmu terhibur? Kurasa kau lelah akhir-akhir ini," kata Pete.
Kinn mengusap keringat yang mengalir di keningnya. "Bartender itu bukan gigolo. Cari ide lain yang lebih bagus!" katanya dengan urat-urat yang muncul di pelipis.
"Tapi, setahuku dia mau datang untuk servis sebentar," kata Pete berusaha meyakinkan. "Teman-temannya yang lain juga."
Kinn pun menoleh kepada Pete. "Dia bisa tidur juga dengan laki-laki?"
Pete refleks mengeluarkan cengiran lebar. "Kalau itu aku tidak tahu. He he ... He he ...."
Menahan emosi, Kinn pun menghela napas panjang. "Seharusnya aku tidak membicarakan ini denganmu," katanya.
"Aduh, mati aku!" batin Pete ketar-ketir. "Harusnya otakku ini dipakai berpikir lebih serius! Aarghh!"
"Pete."
Mendadak Kinn bersuara lagi.
"Eh, ya, Tuan?!"
Kinn tampak berpikir sejenak, sebelumnya membuka mulut. "Panggilkan Big segera ke sini. Aku mau keluar ditemani dia untuk melihat si bartender langsung."
Seketika jantung dalam dada Pete serasa keluar. "Apa?!"
"Kenapa mendadak berubah pikiran?! Aku benar-benar tak mengerti!" batin Pete tak karu-karuan.
Bersambung ....
Pengen cepet nulis bagian ewe ewe jelas Tapi, ceritanya harus jelas dulu yekan.
Untuk gabung grup pembaca, hubungi nomor WA: 0896-9054-6655