webnovel

Jane dan Batu Misteri

Horror
Ongoing · 26.2K Views
  • 30 Chs
    Content
  • 5.0
    16 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Kevin Alaska harus mengalami banyak gangguan setelah dia datang ke rumah Albert yang berada dekat dengan hutan terlarang. Kedatangannya itu, timbul rasa tidak suka hingga membuat seseorang melakukan berbagai cara untuk membuat dia pergi dari sana. Namun, ada beberapa orang yang justru berusaha menahan Kevin untuk tetap tinggal di sana karena menurut mereka, Kevin memiliki energi besar yang mampu meningkatkan kekuatan bagi orang-orang jahat. Gangguan itu terus mengganggu Kevin dari pagi sampai malam. Hingga suatu hari, dia berkenalan dengan seorang gadis kecil bernama Jane. Anak itu menunjukkan sebuah batu misterius yang bisa membuat Kevin melawan gangguan-gangguan itu. Di samping batu Misteri yang Kevin miliki, ternyata ada orang terdekat yang bersandiwara agar batu itu bisa menjadi miliknya. Akankah batu itu bisa dicuri oleh orang tersebut? Ataukah Jane bisa membantu Kevin untuk keluar dari sana?

Chapter 1Kedatangan Kevin di Rumah Albert

Malam itu, aku diajak Albert menginap di rumahnya yang agak jauh dari kota. Tepatnya, rumah dia berada di samping hutan terlarang yang sudah terkenal akan misterinya di sana.

Seperti biasa sebelum pergi, aku menyiapkan banyak perlengkapan dan pakaian untuk beberapa hari mendatang. Rencananya, aku akan menginap satu Minggu di rumahnya karena kebetulan, Albert memintaku untuk menemani dia di rumah. Katanya, orang tua Albert akan pergi selama satu Minggu itu untuk mengurusi pekerjaan di luar kota.

Hari ini aku terlihat sibuk sekali.

Sebelum Albert datang, aku harus menyelesaikan semua persiapan ini agar nanti dia tak lama menunggu.

Mulai dari perlengkapan mandi, perlengkapan solat, pakaian dan tentunya beberapa cemilan berat ataupun ringan.

Katanya, Albert akan datang menjemputku sore hari nanti.

Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit saja untuk aku agar bisa menyelesaikan semuanya.

Aku memang menyukai sesuatu yang sederhana. Tak ingin terlihat mewah ataupun menjadi pusat perhatian orang. Aku akan memakai sesuatu jika sesuatu itu membuatku nyaman. Tak peduli harganya murah ataupun mahal, karena harga bukan menjadi tolak ukurku dalam memilih gaya.

Aku juga hanya menyiapkan beberapa perlengkapan yang benar-benar akan aku butuhkan saja di sana. Selebihnya, aku akan meminjamnya kepada Albert jika ada barang yang lupa aku bawa.

Albert adalah teman kecilku yang sangat setia.

Dulu, rumah dia memang dekat sekali dengan rumahku. Namun karena pekerjaan orang tuanya, membuat dia harus rela pindah rumah dalam setiap tahun, sebab ada tuntutan juga dari kantor ayah Albert.

Meskipun begitu, pertemanan kami tak pernah hilang sebab kami selalu berkomunikasi setiap Minggu dan terkadang, Albert juga menyempatkan waktunya untuk main dan menginap di rumahku selama beberapa hari.

Siang ini terasa sejuk sekali.

Setelah selesai menyiapkan semuanya, kubuka jendela lebar-lebar dan membiarkan udara masuk ke dalam kamar.

Rasanya tak sabar untuk segera pergi ke rumah Albert. Ini adalah pengalaman pertama aku bermain ke rumahnya yang sekarang, yang dekat sekali dengan hutan terlarang.

"Kau sudah siap?" Mama tiba-tiba membuka pintu kamar.

"Sudah."

"Ini." dia memberiku satu kotak ayam goreng. "Nanti setelah sampai, kau makan ayam ini bersama dengan Albert."

"Baik, ma. Terima kasih."

Mama tersenyum. "Sama-sama."

Aku langsung memasukkan ayam goreng itu ke dalam tas. Tanpa perlu kudekatkan ke hidung, aku sudah mencium aromanya yang sangat khas. Masakan mama memang paling juara dan tak akan pernah tergantikan oleh masakan siapapun di dunia ini.

"Kau yakin akan pergi ke sana?" Mama tiba-tiba berkata seperti itu. Tak ada angin, tak ada hujan.

Aku mengangguk. "Yakin. Memangnya kenapa?"

"Mama dengar, daerah sana masih banyak misteri di luar nalar. Apalagi rumah Albert sangat dekat dengan hutan terlarang. Mama khawatir."

"Mama terlalu banyak menonton film horor." aku tak terlalu menganggapnya lebih. "Tak akan, Ma. Aku akan menjaga sopan santun di sana. Lagipula hanya seminggu saja."

"Bukan seperti itu, Kevin. Mama mendengarnya langsung dari tetangga kita yang sudah pernah ke sana. Katanya, tempat itu sangat menakutkan. Dia tak menyarankan siapapun untuk hidup di sana."

"Lalu Albert?" tanyaku sambil tertawa kecil. "Sudahlah, Ma. Jangan dipikirkan. Aku yakin tempat itu tak akan seram seperti apa yang Mama bilang."

Mama terdiam sejenak. Seperti ada yang dia pikirkan di dalam hatinya, namun terasa berat untuk diungkapkan.

"Ma...." aku memeluknya. "Aku akan baik-baik saja. Mama tahu Albert kan? Dia adalah sahabat ku dari kecil. Aku sepenuhnya percaya pada dia."

"Tapi kau harus berjanji kepadaku."

Aku melepas pelukan. "Apa?"

"Kau jangan masuk ke dalam hutan terlarang itu."

...

Sore ini, Albert datang kepadaku tanpa terlambat sedikitpun. Seperti biasa setelah sampai, dia mengobrol sebentar dengan mama dan adikku, Starla. 

Sengaja kami tak mengulur banyak waktu karena Albert ingin kita sampai ke rumahnya sebelum senja. Aku tak tahu apa alasannya tapi mungkin, dia ingin kita cepat-cepat sampai ke sana.

Setelah membantuku menyimpan koper ke dalam mobilnya, kami lantas pergi dengan kecepatan standar.

Rasanya aku senang sekali bisa memiliki teman seperti Albert. Dia pria yang baik, ramah, dan selalu tenang.

Dari kecil sampai sekarang, sikap dia tak pernah berubah. Hal itulah yang membuat pertemanan kami tetap bertahan sampai saat ini.

Sampai di jalan raya, kami tak menyangka ternyata jalanan agak macet. Entah ada apa di depan sana, tapi kata Albert saat dia ke rumahku tadi jalan ini tak macet.

Karena udara di dalam mobil sangat pengap, sengaja aku membuka setengah kaca mobil.

"Wangi apa ini?" tanya Albert tiba-tiba.

Aku tersenyum sambil membuka tas itu.

"Ini. Ayam goreng buatan mama."

Matanya terbelalak senang. "Wah. Benarkah?"

"Iya. Mama sengaja menyiapkannya untuk kita makan nanti malam."

"Kebetulan sekali. Aku sangat rindu dengan ayam goreng buatan mamamu. Pantas saja saat pertama kali menciumnya, aku merasa tak asing dengan bau makanan tersebut."

Aku tertawa. "Kau ca-"

Tok tok tok...

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kaca tepat sekali di sampingku. Karena penasaran, kubuka lebar-lebar kaca itu.

Di sini, aku melihat seorang pria tua berdiri dengan pakaian kusut

"Apa kau mau ini?" tanyanya sambil menjajakan cemilan.

Aku melihat Albert, dia menggelengkan kepala sedikit.

Karena kasihan, kubeli beberapa makanan kakek tersebut meskipun sebenarnya, aku juga sudah membawa banyak cemilan di tas.

Tak apa.

Membeli barang dagang orang lain tak akan membuat kita miskin. Justru dengan itu, kita bisa meringankan bebannya sendiri.

Aku melihat raut kakek itu datar. Tak memiliki ekspresi sedikitpun. Bahkan sampai aku memberikan uang kepadanya, ekspresinya tetap sama dan tak berubah.

"Kau tak boleh pergi!" kakek itu berbisik sangat pelan, namun aku mampu mendengarnya dan perkataan kakek tersebut tentu membuatku terkejut.

"Maksudnya?" aku heran.

"Tempat itu tak baik untuk kau. Sebelum terjadi sesuatu yang tak diinginkan, sebaiknya kau urungkan niatmu dan pulanglah sekarang!" tegasnya tepat sekali di telingaku.

Aku mengerutkan kening.

"Tak baik? Kata siapa? Kau-"

Belum sempat aku menanyakan hal itu kepada kakek tersebut, Albert melajukan kembali mobilnya karena jalanan sudah kembali normal.

Dia tak tahu kalau kakek itu berbisik suatu hal yang tak enak untukku. Bahkan saat kami pergi, aku melihat kakek itu masih memperhatikanku dan memberi isyarat gelengan kepala, seolah aku tak boleh melanjutkan perjalananku.

Aku masih heran sebenarnya dia siapa? Kakek misterius itu seolah-olah tahu aku akan pergi ke sebuah tempat, hingga dia mengatakan hal demikian.

"Kau lihat apa?" aku tersentak saat Albert bertanya. Rupanya, sejak tadi aku banyak melamun.

"Tidak ada." aku tersenyum kecil dan kita kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Albert dengan hati-hati.

"Baiklah. Ketika sampai di rumahku nanti, kau jangan mandi ya."

"Apa?" aku terkejut. "Tapi aku sangat gerah."

"Tahan saja sampai besok. Dulu aku juga tak terbiasa tak mandi sore hari. Namun perlahan, kau akan tahu alasannya."

Belum sempat aku sampai ke rumahnya, aku sudah merasakan keanehan yang tak bisa kupecahkan dengan logikaku sendiri.

Agak sedikit ragu, tapi saat melihat Albert, aku merasa bahwa nanti akan baik-baik saja.

...

You May Also Like

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Horror
Not enough ratings
27 Chs

Ghost Hunter: The Blood and River

Berawal dari pertemuan mereka di Senior High School membuat mereka kini menjalin sebuah persahabatan yang penuh dengan misteri, teror, ancaman, dan tantangan yang berbahaya. Awalnya, mereka menjalankan sebuah misi karena rasa penasaran akan sekolah baru mereka. Namun rasa penasaran mereka membawa mereka menuju misi-misi selanjutnya yang dipercayakan oleh Kepala Polisi Park secara rahasia kepada mereka hingga membuat mereka menjadi seorang detektif. Ini adalah kisah petualangan 12 pemuda tampan yang dibumbui dengan nuansa horor yang kental di dalamnya. ***** “Berhenti sekarang sebelum semuanya terjadi.” “Kalian semua akan mati saat jam 11 malam.” “Kami sudah menyatu, dan aku adalah bagian dari dirinya.” “Sepertinya begitu. Kita semua akan mati jika kita gagal dalam misi kali ini.” ============================ WARNING! Di sini aku hanya meminjam nama tempatnya saja. Cerita ini hanya fiksi dan murni dari pemikiran penulis. Jadi ini tidak nyata. Tempatnya mungkin nyata dan kalian beberapa mungkin ada yang tahu. Tapi kejadian yang ada di cerita ini hanya karangan penulis belaka. Jadi jangan ada yang menyamakan kejadian yang ada di tempat ini sama dengan kenyataannya. Karena itu berbeda. Dapat dipahami kan? I'm just borrowing the name of the place here. This story is only fiction and purely from the author's thoughts. So this is not real. The place may be real and some of you may know. But the events in this story are only the work of the author. So don't equate what happened in this place with reality. Because it's different. Can it be understood?

Kiimkimm267 · Horror
Not enough ratings
216 Chs