webnovel

Mimpi

LGBT+
Completed · 444.6K Views
  • 220 Chs
    Content
  • 5.0
    137 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

PENGUMUMAN! Buku 1 TAMAT [Berlanjut ke Buku 2 dengan Judul MIMPI: Takdir Yang Hadir] Catatan: Buku ini akan dibagi jadi 3/trilogi. Buku 1: MIMPI (Isi 202 bab) Buku 2: MIMPI: Takdir Yang Hadir (Segera!) Buku 3: MIMPI: Akhir Sebuah Takdir (Belum) . . SINOPSIS: Renji Isamu. Pria 29 Tahun. Biseksual. Novelis BL selebriti nomor 1 Di Jepang. Tampan, berdompet tebal, professional, namun sebenarnya tidak bahagia. Renji terbiasa melakukan one night stand. Dengan lelaki. Dengan perempuan. Dengan teman. Dengan pelacur. Baginya semua sama saja. Di masa lalu Renji tidak seperti itu. Hanya saja kekecewaan yang mendalam telah merubahnya. Karena sang ayah membenci dirinya yang bisa mencintai laki-laki juga, Renji terpisah dari Veer dan keluarganya dari Jerman. Dia lalu melarikan diri ... Dan kemudian hidup seorang diri di Jepang. Di Jepang Renji jatuh cinta lagi dengan Jean. Seorang gadis. Tapi, lagi-lagi dia jatuh patah. Dan saat dia akan serius dengan Haru, seorang lelaki, kenyataan telah menamparnya keras-keras. Dua kali gagal pernikahan. Renji tidak ingin menjalani kehidupan romansa dan persetan dengan segalanya. Namun, pada suatu hari Renji bertemu dengan Ginnan Takahashi. Seorang gigolo. Pelacur pria di sebuah bar 24 Jam. Mereka bertemu tanpa sengaja. Mereka saling menatap tanpa rencana. Dan mereka jatuh cinta dengan begitu banyak cerita. . . . NB: Biseksual adalah kecenderungan bisa mencintai laki-laki maupun perempuan sekaligus. . . IG: @mimpi_work (CEK DAN FOLLOW. BERISI VISUAL PARA TOKOH DAN SETTING DI DALAM NOVEL)

Tags
3 tags
Chapter 1Bab 1: Penghargaan

Malam yang menawan. Ballroom Hotel Miyami Kurikawa di tengah Kota Tokyo penuh keramaian menyilaukan. Ratusan tamu undangan mengenakan pakaian terbaik dan para wartawan mengerumuni spot tertentu untuk melaksanakan wawancara.

Karpet merah membentang panjang mulai dari pintu masuk hingga ruangan terdalamnya. Di sana ada begitu banyak tokoh publik yang menjadi bintang tamu istimewa. Mereka adalah aktor, aktris, olahragawan, desainer, fotografer, model, youtuber, editor majalah, food enthusiast, blogger, komikus, novelis, dan masih banyak lagi. Campur aduk memang. Namun mereka adalah selebrita di bidang masing-masing.

Satu yang terpopuler adalah Renji Isamu. Seorang Sensei Novelis BL dan senior di perusahaan penerbitan Mayumi yang mendapatkan penghargaan bergengsi Kikukawa malam ini.

Wanita-wanita cantik yang mengerumuninya bahkan lebih menyemut daripada para wartawan. Mereka mendesak-desak, dengan aroma parfum berbagai merek dan warna lipstik keluaran terbaru hanya karena ingin mencari perhatiannya. Di tangan, masing-masing membawa novel setebal 1050 halaman yang distempeli best seller dengan tingkat penjualan 35 kali cetak ulang sepanjang tahun 2018.

Sungguh luar biasa memang. Apalagi dengan tampang rupawan itu. Mata emasnya yang berkilat di bawah lampu bahkan lebih menawan daripada para aktor di panggung sana.

Renji Isamu yang telah turun panggung setelah menerima sebuah trofi yang berkilau. Pesonanya menguar hebat layaknya bunga mawar merah diserbu lebah di jauh sana. Indah, namun dia tampak tidak nyaman. Senyumnya palsu kala mencoret-coret semua novel itu dengan tanda tangan. Dan setiap wartawan bertanya sesuatu, dia menjawab sekenanya. Acuh, terkesan tak peduli, namun semua orang tetap saja mengagumi.

Haru, sang sahabat paling setia sekaligus manajer pribadinya dengan sopan meminta mereka untuk menjauh. Mereka pun protes, namun mau bagaimana jika rundown acara telah berganti.

Renji Isamu harus pindah panel menuju sesi perayaan khusus. Di hotel lain, sebuah pesta telah menanti  dan dibuat oleh perusahaan penerbit yang menaunginya. Semua novelis di Jepang pasti iri saat ini. Walau  mereka hanya menonton acara itu lewat televisi atau streaming di sosial media. Liur mereka mungkin menetes melihat pria itu berjalan keluar di karpet merah. Dengan para wartawan tetap mengejar, fans yang terus menjerit, bodyguard yang getol memisahkan gerombolan itu dan Haru yang bersikukuh menggandengnya masuk limusin.

Mobil mewah berbadan panjang itu telah menanti. Pintunya terbuka satu dan Renji masuk dengan satu dorongan gugup dari Haru. Saat akan ditutup, para fans terlihat ingin meraihnya seperti mencakar.

Begitu roda berjalan, Haru menghela napas panjang. "Ya Tuhan... hari ini sungguh melelahkan," keluhnya. Dan saat melirik, Renji justru hanya diam. Dia melihat keluar jendela dengan mata kosong. Trofi berkilau di tangannya bahkan tampak tak lebih berharga daripada seonggok rongsokan. "Ren, apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan bodoh.

Haru tahu itu.

Renji Isamu. Pria itu. Yang diinginkan sejuta umat, namun hatinya hanya menginginkan satu wanita.

Jean Liew.

Mereka berdua telah berhubungan selama 7 tahun ini. Tepatnya sejak awal masuk kuliah strata dua. Sayang tiga hari lalu wanita itu mencampakkannya. Dengan satu lemparan keras, cicin di jarinya melayang jatuh ke dasar sungai. Liontin indah di lehernya pun ditarik kasar. Lalu diinjak di bawah kaki.

"Kau sungguh-sungguh memuakkan!" teriak Jean sebelum pergi.

Renji sudah lupa bagaimana asal-asalnya. Yang pasti semua terasa seperti mimpi. Mereka yang telah bertahan selama itu justru memudar pada akhirnya.

Haru hanya bisa diam melihat semua itu.

"Ren, ayo kita pulang..." kata Haru. Namun Renji seperti buta dan tuli. Pria itu hanya diam dan memungut liontin putus yang tersisa. Memandangnya di telapak tangan tanpa berkedip, bahkan hingga Haru memeluknya. "Aku tahu kau terluka. Tapi bertahan, oke? Lusa ada penghargaan besar untukmu."

Renji pun masih diam kala digandeng untuk pulang. Pria itu mengikuti langkahnya ke mobil dan tidak bicara sedikit pun sampai penthouse-nya.

Di depan pintu, Haru pun menghela napas lagi. Dia meraba sedikit saku celana Renji demi menemukan dompet tebalnya. Di dalam sana ada beberapa yen saja namun penuh oleh kartu.

Haru pun mengambil kartu kunci dan menggesek pintu agar terbuka. "Ayo, masuk," katanya. "Kau istirahat saja malam ini. Akan kubuatkan teh hangat sebelum pergi."

Renji didudukkan di pinggir ranjang.

Haru berharap pria itu langsung berebah mengingat malam selarut ini, sayang nihil. Dia tetap di posisi yang sama mulai ditinggal ke dapur hingga Haru kembali dengan teh hangat.

"Ya, Tuhan... benar-benar..."

Haru pun meletakkan teh itu diatas nakas. Dia berjongkok di depan Renji dan membuka alas kakinya satu per satu. Pertama sepatu, kedua kaus kaki, dan ketiga syalnya yang penuh serpihan salju.

"Kau tidak mau tidur?"

Haru mendongak, Renji mulai menatapnya. "Ya."

Haru pun tersenyum lega. "Kalau begitu minum tehmu dulu, oke?" katanya. "Dan habiskan—"

"Tidur denganmu."

"Apa?"

Renji diam. Tidak menjawab, dan tidak mencoba menjelaskan.

Sejujurnya, Haru sudah paham. Meskipun begitu dia tak habis pikir. Bagaimana bisa sahabatnya ini meminta seks disaat-saat yang tak kondusif. Bukankah hatinya sedang hancur? Oh... benar juga. Dia mungkin hanya butuh pelampiasan.

"Ren, apa kau yakin?"

Renji tetap saja diam. Namun Haru tahu, itu lebih dari menjelaskan.

"Ren, dengar," Haru menggenggam kedua tangan itu. Dingin, beku, dan terasa kosong bagaikan angin. "Jean mungkin hanya sedang agak lelah. Kau lihat matanya tadi? Dia pasti memiliki masalah saat ini. Dan kalau memang buntu nanti, pasti datang lagi kepadamu."

"Tidak."

Kali ini Haru yang terdiam.

"Sekarang dia memang sangat lelah," kata Renji. Perlahan dia mendongak ke langit-langit kamar. "Apa aku terlalu mengabaikannya selama ini."

"Hei... bukan begitu..." kata Haru.

"Atau ternyata dia tidak bisa menerimaku yang begini."

Begini.

Haru tertegun mendengar satu kata itu. Sebab artinya begitu dalam.

Renji memang besar dengan berbagai kesuksesannya. Dia brilian. Namun di balik itu, hidupnya lumayan berantakan. Masa mudanya diliputi keabsurdan. Dia mungkin jenius di bidangnya, namun nol persen dalam sosial. Selama sekolah dia sering dijauhi teman sekelas dan hanya Haru yang entah kenapa bisa bertahan di sisinya.

Kemudian... kemana pun... mereka seolah menjadi satu. Bermain seks sejak mulai masuk senior, tetap masuk jurusan sama sampai Jean datang dengan pola hubungan baru yang tercipta.

Jean tidak pernah mempermasalahkannya selama ini. Mungkin karena dia berasal dari lingkungan yang lebih parah dari itu. Jadi, harusnya tidak mungkin alasannya hal tersebut. Dia bahkan pernah melihat Renji bangun dari tidur dengan berbagai teman seks sejak awal. Begitu pun Renji kepadanya. Pria itu tidak menaruh cemburu sedikit pun pada teman-teman seksnya. Semua baik-baik saja hingga pertunangan mereka terjadi.

Seminggu kemudian, Jean tiba-tiba pamit ke Paris untuk mengikuti program Paris Next Top Model. Namun, entah bagaimana awalnya... hubungan mereka mulai renggang tak lama kemudian. Puncaknya tadi malam. Dan kini Renji layaknya kapal tanpa suar. Dia mungkin menyetir kemudi namun hilang arah ditelan badai.

"Tidak. Pasti tidak," kata Haru. Berusaha meyakinkan.

Renji justru menaruh liontin itu di tangannnya. "Simpankan untukku," katanya. "Di lemari. Jangan sampai rusaknya makin parah di tanganku."

"Oke," kata Haru dengan senyuman tipis. "Kalau begitu sebentar..."

Haru pun menuju ke ruang ganti Renji dan menyimpankan liontin itu. Tak ada keraguan, Sebab dia memang hapal bagian manapun tempat ini. Namun, saat kembali... Renji sudah tidak ada.

Dari balkon, Haru melihat pria itu menyeret kaki menuju mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi tanpa tahu tujuannya. Haru pun menelpon, nomornya malah diblokir sementara. Haru menyusul, namun Renji tak ada dimana pun biasa berkunjung.

Bagusnya, pada pagi buta esok hari... Renji berjalan pelan di koridor. Pria itu terhuyung-huyung karena mabuk. Dan Haru yang menunggui di depan pintu penthouse-nya pun segera menghampiri. Berlari. "Renji!" teriaknya cemas. Dia yakin Renji pasti tersungkur seandainya telat mendekat sedetik saja.

"Air..." kata Renji.

Tak mau menghabiskan waktu, Haru pun menyeretnya masuk dan menidurkannya dengan baik.

Setelah itu, Renji bahkan tidak bangun tiga hari sampai hari H penghargaan. Dia seperti mayat hidup. Dan saat baru membuka mata... dia justru muntah hanya karena mencium aroma sup.

"Astaga... aku bisa gila karena ini," keluh Haru. Dia memeluk Renji yang sepucat ikan mati. Di tepi ranjang itu... selain mereka ada sebuah berkas pidato yang disiapkan. Mulanya rapi, namun kini berserakan.

Pesan dari perusahaan, harusnya Renji sudah menghapalkannya pagi itu untuk sambutan dalam pesta. Tapi, ya sudahlah... Kenyataannya masih bagus mereka bisa berangkat di kedua jadwal besar itu malam ini.

Saat turun dari limusin, lagi-lagi Renji mendapat sambutan hangat.

"Ren-Ren, Nii-san!" seru Yuki. Dia adalah novelis BL baru yang sukses besar dalam debutnya. Wanita berparas meriah ini langsung melompat dari mobil demi menabrak peluk Renji di depan umum.

"HEI!" jerit Haru melarang.

Ckrek! Ckrek! Ckrek!

Namun kamera wartawan sudah menangkap momen itu secepat kilat. Awalnya memang heboh, namun mereka justru mengerutkan kening begitu melihat hasil foto. Sebab dari puluhan yang dijepret, tak satu pun yang menampilkan Renji antusias.

Tatapan Renji kosong. Pria itu membeku di tempat layaknya patung hiasan.

Seketika, Yuki pun salah tingkah. "Ahaha... lihat? Renji-niisan yang luar biasa sudah datang!" serunya ke salah satu kamera. Lalu dia menggandeng Renji masuk ke dalam. "Ayo! Kita sambut dia sama-sama, Teman-teman!"

Sebenarnya, semua itu tidak salah. Adegan tabrak peluk yang Yuki berikan memang ada dalam berkas. Sebelum memberi sambutan, harusnya Renji pun akting drama sepertinya. Sebab mereka adalah novelis andalan perusahaan tahun ini. Karena itu, kebersamaan mereka memang diatur di depan media. Demi pamor, dan masih banyak hal lainnya. Sayang, mungkin malam ini almanak Yuki sedang buruk. Sebab Renji benar-benar mengabaikannya tanpa peduli kesan.

"Terima kasih, semuanya," kata Renji. Di tengah pesta, di sesi sambutan. Tanpa senyuman dia memberi ojigi dengan sopan. "Silahkan nikmati pesta ini hingga selesai."

Renji mendapat aplaus lagi meski seorang agen perusahaan ngomel-ngomel di belakang. "APA-APAAN HOMO ITU!" cercanya seenak hati. "DIA BAHKAN TIDAK MEMBACA SKRIP-KU SEDIKIT PUN!"

"Sudah-sudah... tidak masalah," kata lelaki di sampingnya. Dia adalah produser ternama yang hendak menggodok karya Renji menjadi sebuah film kolosal. "Mungkin sekarang dia memang ada masalah. Toh tanpa skrip pun dukungannya lebih dari harapan saat ini."

"Persetan!" hardik agen itu sebelum pergi tenggelam di tirai panggung.

Saat itu, Haru pun mengalihkan lirikkannya dari mereka. Dia pura-pura tetap fokus ke gelas wine dan membalas obrolan random di sekitarnya. Sayang tak lama. Sebab setelah itu dia menangkap satu adegan bahaya di bangku Renji.

Brakh!

"Argh!" jerit Yuki. Yang mendadak dihempas ke meja saat berusaha menempel. Dua botol wine pun jatuh pecah. Dan beberapa buah yang ditata rapi menggelinding dari baki. Seketika, pesta beku. Hampir seluruh tamu undangan berhenti dari aktivitas masing-masing.

Renji pun melirik sekitar dan berkata, "Maaf, tak sengaja." katanya. Sebelum melanting Yuki pelan-pelan meski enggan. Padahal Haru melihat dengan jelas. Nyata-nyata Renji mengumpat "Jalang!" ke wanita itu dengan desisan muak sebelumnya. Suaranya mungkin tak terdengar, namun gerakan bibirnya membeberkan semua itu.

Beberapa kamera pun mengabadikan momen barusan sebelum Renji ojigi pergi. Pria itu langsung melangkah kembali ke limusin setelah membuat Yuki terlolong bengong. Haru berdecih. Dia meletakkan gelas wine-nya dengan emosi sebelum segera menyusul Renji.

"Ren, kita pulang sekarang, oke?" kata Haru sambil menutup pintu mobil. "Tidak apa-apa. Aku akan bilang ke kepala bagian kalau kau kurang sehat hari ini. Mereka pasti bisa mengerti."

Bukannya setuju, Renji justru berkata dengan nada memerintah.

"Aku ingin seorang pelacur."

"Apa?"

Jujur, Haru mengira telinganya sudah rusak.

"Pesankan pelacur." ulang Renji. Dia menatap Haru lurus.

Sejenak Haru diam, namun akhirnya dia tersenyum. "Ren... yang kau butuhkan itu istirahat," katanya halus. "Akan kupesankan. Pasti. Tapi kalau kondisimu sudah mendingan, mengerti?"

"Kau tidak mengerti ucapanku?"

Haru tertegun. Tiga detik kemudian Renji sudah menarik tengkuknya dengan kasar. Menciumnya. Menjamahnya. Dan mendorongnya rebah ke kursi panjang itu.

"Ren!" protes Haru. Dia memukul dan mendorong bahu Renji. "Hei, sudah! Ren!"

Renji justru semakin menjadi-jadi. Dia membungkam bibir Haru dengan tangan dan mulai membuat banyak jejak merah di leher itu.

"Ren! Ya tuhan... apa kau lupa kita dimana?"

"Diam!"

"Ummppff!"

Sopir limusin di depan sana bahkan sampai melirik ke spion depan sebelum menutup lubang kecil yang menghubungkan. Cari aman. Atau memang terbiasa menghadapi kelakuan tamu istimewa yang diantarnya.

PLAK!

Haru refleks mundur ke belakang begitu Renji mulai berhenti. Sahabatnya itu diam. Wajahnya tertutup oleh rambut berantakan. Canggung, Haru pun menoleh ke telapak tangannya yang gemetar setelah memberi tamparan kasar.

"Ren, maksudku bukan begitu..." kata Haru. Dia pun segera mendekat lagi dan menangkup kedua pipi Renji. Disibaknya rambut itu, namun Renji menampiknya.

"Jangan menyentuhku."

Haru tetap mendekati. "Ren..."

Haru tahu, yang Renji butuhkan sekarang adalah pengertian. Sahabatnya itu memang agak tempramen. Namun semarah-marahnya ke dia, tak pernah sungguhan menolaknya.

"Kau harus tenang..."

Haru memeluk, dan mengelus punggung itu. Renji diam dan membiarkan keningnya rebah di sana. Padahal bahunya kecil, tapi selalu menjadi tempat sandaran Renji kala hubungannya dengan Jean bermasalah.

Haru memejamkan mata. Jujur dia ikutan lelah. Selama ini menjadi sahabat dan teman seks Renji, otomatis hal apapun tentang pria ini telah diingatnya tanpa kecuali. Perasaannya, pikirannya, rahasianya, dan semua masalah pekerjaan bahkan keluarganya... Renji tak pernah melarangnya mencampuri.

Termasuk soal Jean.

Saat sampai penthouse Renji, Haru lagi-lagi harus merogoh saku celana pria itu untuk membuka kunci pintu. Dan saat masuk, dia tak pernah kaget lagi jika tubuhnya langsung di desak menempel pintu. Dicumbu.

Haru akan membiarkan jika memang bisa meringankan pikiran Renji. Dia balas memeluk, mencium, dan berpegangan ke lehernya. Dan saat kemejanya mulai naik ke dada, dia mendorong bahu Renji. "Hei, tunggu," katanya. "Kau tidak jadi pesan pelacur?"

Tatapan Renji redup temaram.

"Tidak."

"Oh..." desah Haru. "Sekarang, bagaimana?"

Tanpa Jawaban, Renji mengangkat Haru perlahan. Haru sendiri hapal pergerakan pria itu. Dia melingkarkan kedua kaki di pinggang berotot Renji dan segera menahan tubuh dengan lengan begitu pria itu membantingnya ke ranjang.

Selanjutnya? Tentu mereka bercinta. Seperti biasa. Kadangkala Renji memang membiarkannya ada di atas. Memimpin pergerakan di awal-awal lalu dicelup dalam setelahnya. Namun pagi itu tiba-tiba ruangan kosong. Kontak mobil yang semula tergantung di headstand hilang. Pertanda Renji telah pergi. Lagi-lagi nomornya diblokir saat menelpon. Dan Renji tak meninggalkan jejak lokasi apapun karena ponselnya dimatikan.

"Ya Tuhan..." desah Haru lelah. Dia memang tak pernah diizinkan mencampuri kepergian Renji selama ini. "Semoga kau tetap saja kembali, Ren," Dia pun mengunci layar ponsel dan kembali memejamkan mata. "Seperti biasanya."

.

.

.

NB: Saya sarankan membaca author's note juga pada tiap bab. Karean di sana ada hal-hal yang cukup penting untuk diketahui.

You May Also Like

Karnival: Dikuasai Oleh Pangeran Alpha yang Gila [BL]

Dari melarikan diri demi keselamatan dan mendaftar di sebuah sekolah yang penuh dengan psikopat… menjadi klaim oleh seorang pangeran alpha yang gila? Yeah, kamu lebih baik mati saja. • . • Hidup Jules sempurna seperti gambar sampai seluruh keluarganya tiba-tiba dibunuh, dengan dia sebagai satu-satunya yang selamat. Seorang penyelamat muncul karena dia masih dalam bahaya besar, dan itu membuat Jules mengambil identitas baru dan menjadi orang yang benar-benar berbeda dalam semalam— dan mendaftar di Karnival, sekolah all-boys bergengsi untuk semua makhluk supernatural. Di Karnival, monster-monster bersembunyi di lorong-lorong gelap dan yang kuat memangsa yang lemah. Kamu harus menjadi predator atau mangsa... dan dari satu tatapan pada Jules— seorang anak terlalu cantik untuk kebaikannya sendiri, dengan tubuh langsing dan mungil, sudah jelas dia akan dimangsa hidup-hidup oleh para predator. Muncullah Blaze, serigala yang membuat setiap predator di sekolah merinding, Alpha yang sangat ganteng yang seberbahaya dan segila rumor yang dikatakan. Dia melirik Jules dan memutuskan di sana dan saat itu bahwa Jules adalah miliknya. *** Saya bergeser mundur, mata semakin melebar saat mata saya tertuju pada senyum di sisi bibirnya. Blaze tidak pernah tersenyum, dan kapan pun dia melakukannya, itu tidak pernah berarti apa-apa yang baik. Detak jantungku mempercepat saat aku mundur lebih jauh lagi, napas tersengal-sengal berhenti saat dia mulai mendekatkan jarak di antara kami. Dalam sekejap, punggungku terdorong ke dinding dingin dan saat itulah aku tersadar di dada bahwa aku terpojok dan terperangkap, seperti mangsa sebenarnya... oleh Blaze, ketika aku pikir hidupku tidak bisa menjadi lebih buruk. Dia menjulang di atas saya dengan mudah, memancarkan dominasi begitu besar dan saya harus mendongakkan kepala ke belakang agar bisa menatap matanya yang gelap, dan napasku tercekat saat mata kami bertemu. Diadakannya kepala dan mata saya segera tertutup saat saya menahan napas, menunggu dia menyerang. Saya telah mendengar semua rumor mengerikan, tanpa henti tentang dia. Dia adalah Pangeran Alpha yang kehadirannya orang sepertiku tidak seharusnya berada di dalamnya. Ketika saya merasakan ujung hidung dinginnya meluncur di sepanjang leher saya, mulut saya terbuka melepaskan desah kaget. Dia menarik napas panjang, terdengar dan saya merasakan gemetar merayap turun tulang punggung saya saat saya menjadi semakin kaku, kebingungan memenuhi pikiran saya. Apa yang terjadi? Mengapa dia melakukan ini tiba-tiba? Astaga... dia memang alpha yang gila seperti yang semua orang katakan! *** BUKU INI DINILAI 18+! Ini berisi konten dewasa seperti: - Perundungan. - Penggunaan narkoba. - Smut [banyak sekali.] - Kekerasan. - Harem [bukan antara karakter utama.] Jadi… berhati-hatilah, Anda telah diperingatkan! *Saya tidak memiliki hak atas sampulnya!

Bree_Airee · LGBT+
Not enough ratings
347 Chs

Sistem Sihirku (BL)

Dia adalah pembunuh bayaran terbaik sepanjang masa di dunianya dan ketika dia akhirnya terbunuh, seorang dewi memanfaatkan kesempatan itu untuk mengirim jiwanya ke dalam tubuh seorang anak laki-laki di dunia lain yang saat itu lemah tetapi ditakdirkan untuk menjadi penyihir paling kuat di dunia ini. Anak laki-laki itu bernama Kevin dan dia memutuskan untuk mengambil identitasnya karena dia masih memiliki ingatannya. Satu-satunya yang mereka miliki bersama adalah mereka berdua adalah yatim piatu, tetapi Kevin memiliki pikiran yang lemah dan tubuh yang lemah, singkatnya, segala sesuatu yang paling dia benci. Setelah berhasil memasuki Sekte Matahari sebagai seorang penyihir, dia berhasil membuka buku yang diwariskan Kevin dari orang tuanya dan yang belum dia bisa buka. Kejutannya adalah ketika dia menyadari bahwa buku itu telah berubah menjadi Sistem yang memungkinkannya untuk terus naik level seperti dalam permainan realitas maya yang biasa dia mainkan di dunia asalnya. Dengan bantuan Sistem ini, dia akan memenuhi keinginannya, dia akan menjadi manusia paling kuat di dunia ini, bahkan manusia berubah bentuk atau iblis pun tak akan bisa berbuat apa-apa padanya. ………… Kevin menoleh ke arahnya dan melihat bahwa dia masih telanjang, dia berkata sambil memalingkan wajahnya lagi: "Pakailah pakaian dulu, baru kita bicara." Axel menemukan pakaian yang tampak longgar dan segera memakainya, dia juga mengambil sepasang belati yang bilahnya sedikit lebih pendek dari lengan atasnya, dan dia kemudian mendekati Kevin dan memeluknya dari belakang. Kevin membiarkannya melakukan apa saja yang diinginkannya, meskipun salah satu belatinya sekarang sangat dekat dengan lehernya, Axel berkata padanya dekat telinganya: "Aku ingin percaya padamu Kevin, jadi berikan aku alasan yang baik." Kemudian Kevin bertanya kepadanya : "Apa yang ingin kamu ketahui ?" Axel mendesah, mengancam Kevin dengan belatinya sendiri tidak akan membawa kebaikan, dan dia berisiko merusak ikatan yang baru saja mereka bangun. Kemudian dia mengambil keputusan dan menancapkan dua belati itu ke tanah di depan mereka, dia memasukkan tangannya di bawah sweter Kevin dan melingkari pinggang Kevin, menekannya lebih dekat dengan dirinya. Kevin tidak menduga hal ini akan terjadi dan dia merasakan detak jantungnya mempercepat. Tangan Axel hangat dan dia bisa merasakan ereksi besar Axel di belakangnya, satu hal yang pasti, dia tidak membuatnya tidak peduli. …………. PERINGATAN ini bukanlah novel romansa yang berjalan lambat dan ini adalah novel BL R18 dengan banyak adegan panas jadi jika kamu suka membaca 100 bab sebelum mc dan ml berciuman untuk pertama kalinya lewati saja cerita ini karena pasti bukan untukmu Sebaliknya, ikuti petualangan kedua pahlawan kita, jika kamu suka dunia yang penuh dengan makhluk misterius, sihir, pertarungan, penjara bawah tanah, Sistem yang memungkinkan kamu untuk cepat naik level, dan kisah cinta unik dan kuat maka cerita ini adalah untukmu. ……………. Jika kamu suka cerita ini coba baca juga novel lain saya : Sistem Penyihir Ilahi Sang Phoenix Surgawi dan Penjaganya (BL) Terlahir Kembali untuk Menyelamatkan Semesta (GL/BL) Update Baru: Minggu/Senin/Rabu/Jumat/Sabtu Selamat menikmati waktu membaca dan jangan lupa untuk mem-vote, memberikan komentar, dan memberikan review :)

CeliaNaya · LGBT+
Not enough ratings
279 Chs

Are You Straight Or Not?

21+ Alasan Marcus jarang pulang ke rumah sangat sederhana, yaitu dia seorang yang pembohong. Ketika tekanan hidup yang mengharuskan dia untuk menikahi kekasih masa kecilnya, hal itu menjadi terlalu sangat rumit baginya. Dia mengatakan kepada keluarganya bahwa dia adalah seorang gay dan Marcus kemudian melarikan diri ke luar kota. Lima tahun kemudian, setelah pertemuan dalam keadaan mabuk, Marcus mendapati dirinya diundang ke sebuah pernikahan gay. Dan Marcus harus membawa pacarnya, sedangkan pacarnya tidak ada karena dia mengaku straight. Setidaknya, marcus berpikiran demikian. Bertemu dengan pria yang dia suap untuk menjadi pacarnya di akhir pekan membuat Marcus mempertanyakan segala hal mengenai dirinya sendiri. * * * Ketika kakak David memintanya untuk berpura-pura menjadi pacar seorang pria straight, respon otomatis David adalah mengatakan kata tidak. Itu karena orang-orang tidak percaya ketika seseorang memberitahu mereka bahwa David adalah gay. Tapi Marcus punya sesuatu yang David butuhkan. Setelah cedera yang membuat David kehilangan karir bisbolnya, dia mencoba untuk meninggalkan hari-hari bermain dan fokus untuk menjadi agen olahraga terbaik yang dia bisa. Empat puluh delapan jam dengan sahabat saudara perempuan David sebagai imbalan pertemuan dengan klien yang mungkin bisa dia melakukan hal ini. David hanya berharap dia tidak begitu seksi. Atau Marcus tidak melakukan sebuah ciuman seperti yang dia maksudkan. David pun terkejut, "Tapi tunggu... mengapa pria straight menciumku?" Bagaimana kisah Marcus dan David? Jangan lewatkan setiap Bab nya.

Richard_Raff28 · LGBT+
5.0
263 Chs
Table of Contents
Volume 1