"Jenn... Pulanglah, semua orang mencemaskan dirimu. Kenapa kamu baru mengangkat telepon ku sih?" Tanya Jiwon diseberang sana.
Jenn hanya diam saja, dia bingung harus menjawab apa. Sedangkan malam ini saja dia baru saja berada di atas bianglala dengan Hyun Bin yang sibuk dengan ponselnya juga.
"Sepertinya semua orang mencemaskan ku terlalu berlebihan Kim Jiwon ssi. Aku akan segera pergi kesana, mungkin besok? Aku tidak janji. Aku harus menikmati libur---"
"Iya aku tau! Tapi bulan depankan kamu harus pergi ke new York untuk pemotretan Jenn. Dan kamu harus berperan menjadi aktris utama di sebuah drama, dan sekarang lihatlah... Kamu membuang-buang waktu berharga mu saja dengan semua hal tidak penting itu. Dimana kamu sekarang huh?!"
Tutt--
Hal tidak penting?
Apa katanya tadi? Hal tidak penting yang hanya membuang-buang waktu saja? Justru waktu inilah, waktu yang dia buang-buang ini sangat membuatnya bahagia. Bahkan sedetik kemudian dia langsung tertawa lepas saat melihat es krim Hyun Bin jatuh tepat di celananya.
"Sialan! Biang Lala ini kenapa harus mengejutkan ku sih?!" Celetuk Hyun bin saat es krimnya jatuh karena goyangan dari Biang Lala.
"Ahahhahaa kamu seperti baru saja mengompol Bin. Segera bersihkan ahahhahaha." Tawa Jenn semakin menggema di telinganya.
Tak apa. Dia bahagia jika Jenn juga bahagia. Dia menoleh ke arah lain dan mencoba untuk memahami kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Jenn mulai kebingungan.
"Tidak ada. Ayo ikut aku... Kamu katanya mau memperbaiki kamera analog." Kata Hyun Bin.
Jenn mengangguk, dia segera menggandeng lengan Hyun Bin, namun sayangnya mereka berdua tidak tahu kalau semisal ada banyak sekali kamera tersembunyi yang mengikuti mereka sejak mereka keluar dari perusahaan tadi pagi.
Mereka juga mengabaikan pesan dari Park Go Eun yang telah berusaha untuk memperingati mereka berdua.
Bukan mengabaikan. Lebih tepatnya mereka tidak terasa getaran bunyi ponsel nya karena sama-sama di silent.
"Eh... Aku mau ke kamar mandi dulu oppa..." Ujarnya dengan menggigit bibir bagian bawahnya.
"Memangnya disini ada kamar mandi yah? Aku baru tau kalau disini ada kamar mandi sih...." Ucapan itu membuat Jenn langsung kebingungan, dia benar-benar ingin sekali baung air kecil, namun kenapa jadinya seperti ini sih?
Jenn menggeliat kemana-mana karena dia bingung harus menahan seperti apa lagi. Hingga pada akhirnya Hyun Bin kembali setelah mengatakan jika di pasar malam ini tidak ada kamar mandinya.
"Kamu bisa pipis di semak-semak sana." Ujarnya dengan menujukkan pepohan besar dengan semak semak tapi sisi lainnya terbuka, tidak mungkin dia pipis disana.
"Tidak mau! Memangnya aku cewek apaan huh?! Enak saja! Aku tidak mau!" Bentaknya yang kini sudah salah tingkah.
"Aku akan menutupinya. Aku tidak akan melihat ke arahmu. Tenang saja!" Hyun Bin terlihat sangat tegas sekali dengan perkataannya.
"Tidak mau...."
Jenn hampir menangis sekarang dia malu, dan dia juga takut serta bingung yang sudah memenuhi otaknya saat ini.
"Ga usah malu... Aku tidak akan melakukan hal yang membuat keperawanan mu hilang. Cepat. Jangan membuatku menunggu dan cemas seperti ini. Jika kamu menahannya nanti hanya bisa membuatmu jatuh sakit saja."
"Tapi...."
Kalimat Jenn hilang di tengah angin besar karena Hyun Bin segera menarik tangannya dan menyuruhnya untuk jongkok di bawah pohon besar itu.
Setelah itu Jenn menyuruh Hyun Bin untuk menutup mata dan telinganya karena dia tahu jika ini akan fantastis karena dia telah menahannya cukup lama.
Untungnya pria itu menurutinya, segera melakukan apa yang dikatakan oleh Jenn.
"Sudah selesai?" Tanya nya.
"Sudah... Tapi aku butuh air untuk--"
"Ini." Hyun Bin memberikan sebotol air besar untuk kebutuhan Jenn itu.
Rasanya malu, bingung, dan bersalah. Jenn merasa itu membuat dirinya hampir mati. Dia hanya bisa memejamkan matanya lalu pergi lebih dulu.
"Tunggu Jenn!"
****
PERUSAHAAN 180 DEGREE.
Ada rapat dadakan yang mengharuskan semua orang untuk segera berkumpul disini. Hyun bin dan Jenn mengurungkan niatnya untuk pergi ke tempat kamera analog itu, mereka berdua duduk berjejeran yang membuat Go Eun mengerutkan keningnya.
"Kamu yakin akan membantu Hyun Bin dalam persidangan nya? Kamu mau menjadi apanya agar bisa menjamin itu semua?"
"Pacarnya." Balas Jenn mantap.
"Tapi itu akan membuat karir mu--"
"Kamu bisa menguruskan semuanya bukan? Jiwon ssi..." Ucapan Jenn membuat Jiwon menggeleng tegas tanpa menatap Jenn dan menggelengkan kepalanya pada Go Eun yang diam karena kalimatnya dipotong oleh Jenn.
Semuanya menjadi tegang.
Beberapa pekerja yang tidak ada sangkut pautnya dengan Jenn hanya diam saja dan tanpa membalas apapun. Tapi berbeda dengan Jenn, dia sangat sebal sekali saat ini.
Semua orang selalu meragukan caranya untuk membantu Hyun Bin.
"Kasus Hyun Bin tidak sembarangan Jenn. Ini melihatnya banyak sekali orang orang besar yang menakutkan. Tidak semudah kasus mu dulu." Ujar Go Eun.
"Maksud mu?" Jenn menyipitkan matanya, menatap dengan penuh selidik.
"Ya... Engga kenapa-kenapa sih. Cuman saja... Ini kasusnya berbeda. Ini tidak semudah yang kamu bayangkan. Ada banyak sekali orang orang dibalik sana yang sangat ganas, yang mungkin lebih ganas dari manusia di dunia ini."
Jiwon juga menjadi sangat kebingungan, memangnya kasus ini sangat berat yah? Bahkan Hyun bin yang mendengarkan kalimat Go Eun tadi kebingungan.
'lebih ganas dari manusia dari dunia ini'. Memangnya dia pernah bertemu dengan manusia dari dunia lain?
"Aku tidak peduli, aku akan membantunya. Dia adalah teman lama ku. Dan dia tidak memiliki pembelaan sama sekali, dan juga... Aku tidak begitu percaya dengan cara kerja perusahaan ini. Bahkan aku saja baru mengetahui jika ada perusahaan ini disini--"
"Baiklah. Jangan menyesal kalau misalnya kamu akan menjadi sulit nantinya."
'sulit apanya sih... Aku tidak paham...' gumam Jenn.
****
"Dia belum menelepon mu juga?" Tanya Jung Bomin yang ada disebelahnya Minkyu.
"Belum.... Dia tidak membalas telepon ku dan mengabaikan semua pesan ku. Menurutmu apakah dia marah padaku? Tapi kenapa dia bisa marah padaku... Aku bahkan tidak ingat aku berbuat kesalahan apa." Ucapnya dengan mendongak menatap ke arah temannya itu.
"Huh... Apa yah? Apakah kamu tidak mengatakan sesuatu tentang kehidupan mu gitu?"
Minkyu mencoba mengingat ingat kejadian 2 hari yang lalu, tapi dia langsung teringat.
"Masa iya dia marah karena aku membahas tentang tunangan ku? Karena dia turun setelah aku selesai membicarakan tentang tunanganku." Jawabnya.
"Sialan! Itu yang membuatnya marah! JEN SUKA SAMA KAMU! TAPI KAMUNYA YANG TIDAK PEKA!" Jung Bomin sebal sekali karena temannya ini begitu tidak peka dan tidak pedulian.
"Maksud mu?"
Jung Bomin menjitak jidat temannya sendiri itu, lalu dia menoleh ke arah jam dinding.
"Segera cari dia, dan katakan jika tentang tunangan mu itu hanya tentang masa lalu saja--"
"Apa maksud mu?"
"Dia... Dia... Hmmm.... Sebenarnya dia itu...."
Jung Bomin tidak melanjutkan perkataannya dan langsung berlari meninggalkan Minkyu yang membuat kedua pria ini saling berkejaran.