webnovel

EP 49-Meaningless Life

Drtt...drtt...drrtt...

Aku terbangun dengan punggungku yang rasanya sangat remuk sekali, aku bangkit dari tempat tidur yang disebelah ku ada Hyun bin, dia memelukku dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku. Dia manis sekali kemarin malam, meskipun posisi ini agak canggung tapi aku sedikit... Menikmatinya. Menikmatinya? Tidak--- aku sedikit nyaman. Maksudku--

Beberapa kali aku merasakan ada getaran ponsel, ini untuk yang ketiga kalinya sejak tadi subuh, dan sekarang sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi. Aku membuka matanya yang masih lengket, menuntut ku untuk kembali memejamkan mata.

"Halo... Ada apa?" Tanyaku dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Bangun Jenn! Ini gawat! Kamu kemana aja sih?! Park In Seong sajangnim! Dia marah besar.... Cepat kembali ke perusahaan!" Dari suaranya bisa kutebak. Dia adalah Kim Jiwon, teman sekaligus manager utamaku.

Aku segera mengecek scheduleku. Seharusnya ini aku libur, yang pertama karena aku tidak ada jadwal sama sekali, dan yang kedua ini hari Minggu. Bukankah seharusnya semuanya libur?

Aku menelan air ludah ku dengan kasar, menatap langit langit kamar kos-kosan Hyun Bin, dan menghembuskan napas kasar.

"Ah... Aku lelah sekali dengan semua masalah-masalah ini." Ujarku dengan mengeluh akan nasib sial ini.

"Hyun Bin yaaa... Bangunlah... Ini sudah pagi, kita harus pergi ke perusahaan. Ada rapat penting. Kita semua harus pergi kesana." Ujarku dengan menepuk-nepuk pipinya pelan.

Tapi dia malah melenguh, dengan meregangkan tubuhnya dan makin mengeratkan pelukannya padaku.

Chuu~

Apa itu tadi? Dia mencium leherku? Ah? Benarkah? Rasanya geli, dan seolah hawa panas merambat diseluruh tubuhku.

"Kamu terlalu hangat dan wangi Jenn... Aku tidak bisa pergi dari sini. Kau memabukkanku...."

Dia... Mengigau?

Entah. Tapi perkataannya barusan... Apa maksudnya? Apa yang dia mimpikan disana? Kenapa dia sampai mencium dan terkagum-kagum padaku? Jangan-jangan dia mimpi yang tidak-tidak!?

"Bangunlah Oppa!" Teriakku dengan terus meronta ronta.

"Tunggu... Aku sangat nyaman. Aku tidak bisa perg--"

Brukk!!

Suara dobrakan yang sangat keras membuat Jenn menutup mulutnya. Menatap pria yang sedang mengelus bokongnya karena jatuh dari kasur dengan wajah iba.

Dia merasa bersalah, sedikit ingin tertawa, dan merasa puas. Apapun itu, intinya sekarang Hyun Bin kesal dan dia terkejut. Mungkin sekarang jantungnya sedang loncat dari tempatnya.

"Aish! Kenapa di dorong sih?! Sakit tau, kenapa kamu bisa-bisanya dorong aku sih? Ada masalah apa? Kalau kamu ga suka sama aku ga usah dorong aku, nanti kamu bakalan apain aku huh?! Mau buat aku mati karena kamu ga suka kalo aku tidur di samping kamu terus kamu dorong aku huh?! Iya kan! Jawab--"

Chuup~

Aku kesal karena pria itu. Dia menempelkan bibirnya di bibir Hyun Bin, lalu menutup matanya dengan rapat.

'diamlah, kau membuat telinga ku sakit. Maafkan aku karena tidak sengaja mendorongmu, tidak. Aku sengaja memang. Kamu sih kegenitan' batin ku.

Bisa kurasakan sekarang jantungku rasanya sedang disko didalam sana. Aku melirik keatas, menatap Hyun Bin yang membeku di tempatnya. Aku segera bangkit berdiri dan berlari ke dalam kamar mandi.

"Ya! Tanggung jawab Jenn!" Teriaknya, namun siapa yang peduli? Aku segera menutup dan mengunci pintu rapat-rapat.

Sialnya saat aku masuk ke dalam bak, dan sudah dalam keadaan telanjang, aku malah melupakan dimana letak handuk yang telah disiapkan oleh Hyun Bin.

Terlebih lagi bajunya sudah ketinggalan di kasur.

Sialan memang. Nasib buruk selalu menghantuiku.

"Oppa!" Teriakku dengan kencang.

"Wae?" Dia sepertinya mendekatkan telinganya di pintu kamar mandi.

"Ambilkan pakaianku. Dan juga handuknya jangan berpikiran yang tidak tidak, cepat!" Bentaknya dengan sangat keras.

Hyun Bin tersenyum jahat, dia segera mendekatkan tubuhnya dengan sangat dekat sekali pada ambang pintu. Dia merasa jika Jenn sekarang sedang merinding, ia tersenyum lebar dengan wajahnya yang begitu sumringah.

"Jenn..." Lirihnya.

"Wae? Berikan aku handuknya. Oppa jangan macam-macam!" Ketus Jenn.

"Iya. Ini. Cepat, setelah itu makan." Jawabnya dengan dingin.

Syukurlah, meskipun Hyun Bin begitu, dia masih punya otak yang sangat waras.

Setelah Jenn berganti pakaian, pria itu berniat untuk mengajaknya pergi jalan-jalan di taman dan menikmati cuaca cerah diluar sana meskipun beberapa saat yang lalu masih ada hujan gerimis. Tapi sekarang cahaya matahari menyinari mereka berdua dan membuat mereka menjadi bahagia.

Jenn dan Hyun bin entah mengapa menjadi sangat dekat, untuk beberapa saat tertentu Jenn melupakan tentang masalahnya dengan Mingyu. Entahlah, dia sudah lelah sekali mengurusi itu semua.

"Oppa... Memangnya oppa akan baik-baik saja jika kita pergi keluar?" Tanya Jenn.

"Menurutmu? Tentu saja tidak aman. Tapi aku sudah keluar berulang kali, sepertinya mereka tidak tertarik dengan orang yang merupakan seorang buronan--"

"Ssshhh! Diamlah jangan dilanjutkan. Kalau kamu membahas itu lagi, aku timpuk kamu sama sepatu!"

Hyun Bin hanya bisa tertawa saja, dia segera menarik tangan kanan Jenn dan menyimpannya di saku Hoodienya lalu mengajaknya berjalan di jalan trotoar. Memang ini sedikit membuatnya kebingungan, tapi ia kebingungan harus menghibur Jenn dengan cara yang seperti apalagi.

"Katakan padaku, pria seperti apa yang kamu suka itu."

"Dia kuno, ketinggalan jaman, tapi dia hangat. Aku suka sekali setiap kali dia memelukku. Dia... Berbeda. Aku bisa merasakannya. Bahkan dari awal kita bertemu." Jawab Jenn.

"Memangnya dimana kalian bertemu?"

"Rum-- ah, di sosial media." Balas Jenn.

Hyun Bin mengerutkan keningnya, dia tahu jika Jenn berbohong. Karena tangannya gemetar ditambah lagi dengan pernyataannya barusan.

Pertama dia mengatakan jika pria yang dia sukai adalah orang yang kudet, kuno, dan entahlah apa itu... Tapi kemudian dia mengatakan kalau pria yang dia sukai itu dia kenal dari sosial media.

Mana mungkin seorang pria kuno yang kurang update bermain sosial media? Apalagi dengan aplikasi pencari jodoh? Itu tidak mungkin sekali.

"Bagaimana dengan oppa? Apakah oppa menyukai seorang gadis?" Tanya Jenn dengan menyenderkan kepalanya pada bahu Hyun Bin sembari berjalan di trotoar.

"Kalau aku menyukai seorang gadis, itupun tidak akan berarti. Hidup ku berantakan, entah sejak kapan aku membuatnya berantakan. Hidup yang tidak berarti yang bahkan aku sudah sangat lelah sekali untuk menjalankannya."

"Aku tau kamu lelah. Semua orang bisa lelah. Tapi kumohon... Jangan terlalu lelah. Aku tidak ingin kehilangan seorang sahabat." Jawab Jenn dengan tersenyum lebar ke arah Hyun Bin.

"Iya. Aku tidak akan meninggalkan sahabat terbaikku lagi, aku kangen masa-masa seperti ini Jenn... Mengingatkan ku pada masa kita saat berlatih bersama." Balasnya.

Jenn mengangguk, ia setuju dengan ucapan dari Hyun Bin barusan, dia sebenarnya sangat akrab dan justru kelewat akrab dengan Hyun bin.

Bahkan orang tua Hyun BIn mengenalnya dengan baik, hanya saja semenjak mereka memutuskan untuk debut di bidangnya masing-masing, perusaan sengaja membuat mereka untuk saling berjauhan agar tidak meninggalkan konflik.

Nomor mereka dihapus dari kontak satu sama lain. Tidak ada akses untuk mereka berbicara dan berhubungan. Dan seperti itulah akhirnya. Putus, pertemanan mereka sia-sia. Karena hidup mereka menjadi semakin tidak berarti.

Menjadi seorang selebritas yang menyebalkan.