Ini kisah Radita, Radit dan Dita, si troublemaker yang selalu bekerja sama dalam melakukan berbagai hal gila. "Lu berdua ngumpetin kaos kaki gua ya?!" Sergap Liam penuh curiga. Kedua anak yang sedang asyik bermain PS itu pun tak menghiraukan suara lantang menggelegar milik Liam hingga membuat laki-laki yang notabenenya kakak kandung Radit tersebut menjewer telinga keduanya. "Aw.. Bang sakit Bang!" "Aduh duh.. Bang sakit bego!" Liam segera melepaskan jewerannya dan menatap garang dua orang itu. "Cari kaos kaki warna item gua! SEKARANG!" Si troublemaker saling lirik, detik yang bersamaan Radit menarik lengan Dita. "Kabur Dit!" Liam kelabakan ketika dua adiknya itu kabur dari hadapannya. "Radita!!!" Kembali, lagi-lagi seisi rumah digegerkan dengan teriakannya hanya karena keusilan Radit dan Dita.
Dua anak kecil berusia lima tahun itu terus berlari dari dalam rumah dengan wajahnya yang berseri-seri. Keduanya pun berhenti di taman belakang rumah tersebut ketika napas mereka hampir habis.
"Berhenti Dit!" ucap gadis kecil berkepang dua itu.
"Iya.. Radit juga capek tapi nanti kita bisa ketahuan sama Mamah Radit," jawab anak laki-laki yang mengakui namanya Radit itu terengah-engah.
"Tapi Dita udah capek, Radit!" teriak gadis kecil bernama Dita itu.
"Radita! Kalian apain Bang Liam?!" teriak ibu muda dengan wajah garangnya.
"Mamah! Ayok kabur Dit!" dengan cepat Radit kembali menarik lengan Dita dan membawanya pergi jauh.
"Astaga anak itu!" geram sang ibu sembari berkacak pinggang.
"Mbak Sia liat Dita nggak? Katanya tadi mau main sama Radit." Suara itu berasal dari ibu lainnya, ibunda gadis berkepang tadi.
"Mbak Eri!!!" teriak Sia kalang kabut.
"Eh.. kenapa Mbak? Dita cari gara-gara lagi ya?"
"Liat deh kelakuan Radit sama Dita.. masa ngiket Liam trus mulutnya dilakbak," jelas Sia kesal.
Eri hanya geleng-geleng kepala, ia pun tak habis pikir dengan tingkah pola anaknya dan anak temannya itu.