webnovel

Lady in Red (21+)

Urban
Completed · 5.3M Views
  • 1000 Chs
    Content
  • 4.7
    442 ratings
  • NO.176
    SUPPORT
Synopsis

"Cinta itu buta dan tuli. Memang. Karena, jika cinta tidak buta dan tuli, maka itu bukan cinta, tapi LOGIKA." Vince Hong sudah merasakan berbagai jenis cinta, sekaligus berbagai jenis ranjang dan desahan, namun akhirnya dia tersudut pada sebuah cinta buta dan tuli yang menjungkir balikkan kewarasan dia, meski itu artinya... TABU, karena seseorang yang dia cintai, adalah sesorang yang tidak seharusnya dia kejar. ============================================ Novel ini sarat akan ADEGAN DEWASA. Tolong bijaksana dan bijaksini dalam memilih bacaan. Novel ini hanya utk para pendosa, bukan utk orang2 suci tanpa dosa, apalagi utk anak2. Krn novel ini justru menceritakan bagaimana cara membuat anak... /PLAK!/

Tags
2 tags
Chapter 1Who Is It

Who Is It

- Michael Jackson -

=============

If love is blind... I'll find my way with you...Cause I can see myself, not in love with you...

Suara mendayu manja melantunkan lagu dari Tiffany terus saja membelai pendengaran semua orang di ruangan seluas 20 x 30 meter berpenerangan remang-remang. Hanya bagian panggung saja yang terang benderang.

Memang itu di sebuah kafe yang mengusung live music di setiap penghujung minggu. Jum'at, Sabtu, dan Minggu adalah jadwal tetap bagi para penyanyi lokal.

Sabtu malam ini telah tampil biduanita ternama kafe tersebut. Dia biasa mengisi jadwal malam Minggu, momen paling ramai di kafe itu.

"Ruby! Ayo, nyanyikan yang lebih hot!" teriak salah satu pengunjung sembari acungkan gelas bir di tangan kanan ke arah panggung.

Biduan bernama Ruby pun tersenyum usai menuntaskan lagu mellow tadi. "Baiklah, saya akan coba bawakan lagu apik yang saya harap disuka semua di sini."

Ruby berbisik sebentar ke pianis di dekatnya. Sang pianis mengangguk, lalu main mata memberi kode pada pemain drum di belakang, tak jauh darinya.

Tak lama lagu Toxic milik Britney Spears mulai dibawakan mengambil versi jazz. Suara Ruby terdengar manja merayu. Para pria bertepuk dan bersorak senang.

Apalagi ketika tubuh ramping Ruby bergerak menggeliat menawan, terkadang memamerkan paha indah dia di balik gaun terusan warna merah yang berbelahan paha tinggi.

Gadis itu bernama panggung Ruby. Tak ada seorangpun yang mengetahui nama aslinya, pun pemilik kafe atau bahkan para pemain musik yang kerap mengiringi dia di panggung.

Tidak, kalian tidak perlu meliarkan imajinasi kalian membayangkan Ruby adalah gadis muda berumur awal dua puluh, bertubuh sangat sintal dengan payudara memenuhi pakaiannya.

Tidak, jauhkan angan-angan mesum kalian,

Ruby hanyalah gadis di pertengahan tiga puluh tahun. Meski begitu, tubuhnya masih terawat dengan baik. Pinggangnya masih ramping tersambung oleh lengkungan indah pinggul yang tidak berlebihan meski kentara jelas.

Ukuran dada? Dia bukan wanita yang menyimpan melon atau semangka di kantung dadanya. Payudara dia berukuran normal dan tidak berlebihan. Walaupun begitu, takkan ada yang tega dan keji mengatakan payudara Ruby tidak menarik.

Tentu saja masih menarik meski bukan seukuran semangka. Dadanya masih mencuat kencang dan pasti akan terasa pas jika ditangkup oleh telapak tangan.

Urusan kecantikan, kalian bisa membayangkan siapapun yang kalian anggap cantik, karena memang dia rupawan serta mempesona dengan segenap garis wajah yang ia miliki. Tak mungkin ada orang mengatakan dia wanita berwajah buruk kecuali kalian dengki atau buta.

Ruby adalah wanita yang ingin kalian ajak mengobrol akrab sembari berpautan tangan di atas ranjang. Dia menyenangkan, sekaligus menggairahkan dalam aspek yang unik.

Keindahan Ruby menjadikan dia sebagai biduanita paling dinanti-nanti penampilannya di kafe tersebut.

Malam ini pun demikian adanya. Kafe sudah berjejal dipenuhi para pengunjung yang sebagian besar adalah lelaki yang datang dan terkadang rela berdiri hanya untuk menatap Ruby saja, persetan seperti apa suara dia.

Sungguh amat beruntung bahwa disamping penampilan aduhai dari sang biduanita, suara Ruby juga bersaing indah dengan performa dia sendiri.

Ia fasih membawakan lagu-lagu berjenis pop dan jazz. Ia cukup meliukkan sedikit pinggulnya, maka para penonton pria akan mengerang meski itu ada di sudut-sudut gelap kafe yang dipenuhi asap rokok hingga kita akan bergumam, ini kafe atau lembah mistis berkabut?

Semua karena Ruby. Itu gara-gara dia. Anggap saja itu dosa dia jika para pengunjung terancam akan memiliki penyakit paru-paru pada dekade mendatang.

Tak terasa jam sudah hampir menunjuk ke jarum 2. Waktunya pertunjukan disudahi. Pemilik kafe memang tegas agar kafe selesai jam 2 pagi setelah buka dari jam 8 malam.

Ruby sudah merampungkan 10 lagu. Sebelum dia naik panggung, ada band anak muda terlebih dahulu yang mengisi acara. Kemudian sang biduanita naik panggung mulai jam 10.

Di panggung, biasanya Ruby beramah-tamah dengan pengunjung. Mengobrol disela-sela lagu. Hingga terkadang maksimal ada 20 lagu dia dendangkan secara santai diiringi piano, petikan gitar, serta drum yang dimainkan ala jazz pop.

Jam 1 malam biasanya pihak kafe sudah mulai berbenah. Pengunjung paham dan berangsur pulang.

"Ruby, sepertinya kau punya fans baru." Manajer kafe setengah berbisik padanya sambil dagu menunjuk ke sebuah meja. Mereka sedang berkumpul di meja bartender. Lampu kafe juga mulai dinyalakan walau tidak semuanya.

Sang biduan turutkan pandangan ke meja tersebut. Mata besarnya mendapati sesosok pria yang duduk tenang menikmati bir yang hampir habis.

"Jangan beri nomerku lagi, Bos." Ruby menyentuh punggung tangan bosnya. "Yang dulu sudah cukup merepotkan hingga aku musti berganti kontrakan 2 kali."

Si Bos terkekeh. "Iya, maaf. Aku terlalu teledor waktu itu. Baiklah, tenang saja. Identitas dan alamatmu aman."

"Oke, aku pulang dulu, Bos." Ruby menepuk bahu bosnya, dan berpamitan pada musisi pengiringnya. Ia sempatkan melirik lelaki di meja tak jauh dari bartender. Tersenyum sekilas, kemudian melenggang pergi.

Ia keluar dari kafe lewat jalan belakang dimana mobilnya terparkir. Riasan sudah dihapus, sehingga dia bisa sedikit menyamar agar tidak dikuntit penggemar.

Tak perlu terheran akan kebiasaan para penggemar yang terkadang tidak rasional dan berbuat di luar harapan para idolanya.

Dulu, di awal-awal Ruby mulai menjadi biduanita, banyak lelaki yang bertingkah bagaikan anak sekolah baru mengenal cinta. Menguntit, menempel, serba ingin tau, dan bahkan mengintip Ruby dengan berbagai metode yang memalukan.

Namun, itu semua sudah menjadi sejarah yang akan membuat wanita pertengahan tiga puluh itu akan tergelak kecil jika mengingatnya.

Bisa dikatakan, akhir-akhir ini para penggemarnya sudah lebih tertib dan menghargai privasi Ruby jika di luar kafe. Wanita lajang itu sekarang bisa lebih nyaman menjalani hari-hari dibanding tahun lalu.

Sesampai di apartemen sederhana, ia hempaskan tubuh ke sofa sebelum beranjak ke kamar nantinya.

Membuka tas kecil, mengeluarkan dompet, dan menghitung lembaran uang yang menjejali di sana sebagai bayaran hari ini, Ruby tersenyum puas. Bos kafe selalu baik, melebihkan bayarannya jika kafe penuh sesak.

Hampir 2 tahun dia menggantungkan hidup dari kafe tersebut. Tadinya dia menyanyi di kafe lain yang lebih kecil, namun dia merasa seperti sapi perah saja, seminggu 4 kali, namun bayaran minim. Untung saja dia bertemu dengan pemilik kafe yang sekarang yang menawarinya penghasilan lebih banyak dengan jam lebih sedikit.

Setelah memasukkan kembali dompet ke tas kecil, dia teringat pria tampan yang tadi duduk sendiri di meja depan panggung. Dia sadar pria itu mengaguminya meski tak banyak bicara. Tapi dari tatapannya yang lekat memandangi Ruby, ia tau pria itu terpesona.

Tergelak kecil, Ruby pun bangkit dari sofa untuk berjalan ke kamarnya. Ia ingin bermalas-malasan di hari Minggu seperti biasanya.

You May Also Like

Lolos dari Mantan, Diculik oleh Saingannya

Selama tiga tahun terakhir, Ariana Ari Harlow telah memberikan segalanya untuk suaminya. Mereka menikah karena saudara perempuannya memilih untuk lari pada malam pernikahan, karena ia percaya rumor bahwa Nelson Corporation bangkrut. Ari mencintai Noah sejak usia 16 tahun, ia pikir ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Namun, dia tidak tahu bahwa saudara perempuannya telah menggali perangkap untuknya, dan ini bukan awal kehidupan baru, melainkan neraka baru baginya. Ia terpaksa menghentikan pendidikannya sebagai dokter karena Nyonya Nelson yang terhormat tidak bisa memiliki tangannya tertutupi darah. Ari menyetujuinya. Untuk Noah, ia menjadi istri yang sempurna yang merawat mertua dan suaminya. Namun, yang menanti dia tidak lain hanyalah penghinaan, suaminya malu padanya dan ibu mertuanya berpikir bahwa saudara perempuannya, Ariel, lebih cocok untuk anaknya. Namun, Ari bertahan. Dia berpikir suatu hari dia akan dapat menghangatkan hati suaminya. Namun dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya! Patah hati, Ariana memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, tapi entah bagaimana dia malah terlibat dengan Nicolai. Musuh dan saingan suaminya. Mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun Nicolai tampaknya tidak peduli dengan rintangan yang menumpuk di hadapan mereka. Bahkan, dia bertekad untuk masuk ke dalam kehidupan Ari dan membakarnya. Dalam keadaan mabuk, suatu kali dia memegang lehernya mendekat ke dinding pub kumuh, “Kau boleh menyangkal sebanyak yang kau mau, putri, tapi kau menginginkanku.” Matanya melirik dada Ari yang naik turun dan matanya semakin gelap, merahnya tampak tak terkendali, posesif seolah dia ingin mencabik jiwa dari tubuhnya dan menyematkannya ke dalamnya sendiri. “Taruhan jika kupandang, kamu akan basah untukku.” Panas membara di pipi Ariana saat dia mendengus, “Diam.” “Buat aku,” kata Nicolai saat dia menumbukkan bibirnya di bibirnya. Ciumannya membakar jiwa Ariana, dan kehangatannya menyengat kulitnya setiap kali mereka bersentuhan. Ia berpikir bahwa kesalahan terbesarnya adalah terlibat dengan Nicolai. Namun, Ari segera menyadari dengan cara yang sulit, Secara harfiah, diinginkan oleh mimpi buruk seindah itu jauh lebih buruk daripada sebuah kesalahan. Dan situasi menjadi rumit ketika suaminya menemukan kebenaran tentang segalanya. “Temak hatiku, Ari,” kata Noah saat dia menempatkan moncong pistol di mana hatinya berada. “Karena hidup tanpa kamu adalah hidup yang tidak kuinginkan, jadi tembaklah aku atau kembalilah. Aku memohon padamu.” Sekarang Nicolai telah memberinya pilihan, akankah Ari jatuh cinta dengan dia dan melompat ke dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya? Atau akankah dia kembali ke suaminya, Noah, yang telah ia cintai sejak ia berumur 16 tahun? Dan akankah Ariana menghindari bahaya yang mengintai dalam kegelapan, menunggu dia untuk melakukan kesalahan dan kehilangan segala sesuatu yang berharga baginya? Akankah dia menemukan kunci dari semua rahasia yang mengikat dirinya dengan Noah dan Nicolai serta takdirnya yang rumit? ******* Potongan: “Ini semua tentang uang, bukan? Ambil itu dan hilang,” Dia berteriak sambil melemparkan kartu hitam ke wajah Ariana. Ariana tidak percaya dengan telinganya ketika dia mendengar suaminya atau calon mantan suaminya menghina dia seperti ini. Tiga tahun. Ariana Harlow memberikan Noah Nelson, tiga tahun dan namun ketika dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya yang lebih tua, Ariel—— ini yang dia katakan kepadanya. “Saya akan menceraikanmu,” Ari menyatakan dan pergi. Dia pergi tanpa sepeser pun tetapi Ari tersandung ke Nicolai. Musuh dan saingan suaminya, pangeran Mafia kota Lonest, bajingan terkenal karena kecenderungan kekerasannya. Pertemuan malang itu meletakkan dia di jalur Nicolai, dan begitu saja dia menatapnya. Pertama kali mereka bertemu, Nicolai memintanya untuk mengundangnya makan malam. Kedua kali mereka bertemu, dia memberinya sejuta dolar. Ketiga kali mereka bertemu, dia menyatakan, “Kamu akan terlihat bagus di pelukanku, bagaimana menurutmu putri?” ********

fairytail72 · Urban
Not enough ratings
415 Chs
Table of Contents
Volume 1 :Fetish
Volume 2 :OBSESSION