webnovel

Rock The Boat

Rock The Boat

- Aaliyah -

.

Boy, kau tahu kau membuatku melayang.. Boy kamu benar-benar membuatku tinggi

Aku merasa seperti sedang mabuk.. Karena kau melayaniku secara teratur

Boy, kamu harus mengguncangku sebelum melayang lebih dalam lagi

Kau di sana sekarang memelukku erat.. Wah, mari kita bawa ke laut sekarang

===================

Yacht sudah disiapkan dan juga sudah dibersihkan secara cepat oleh pekerja ayah Kevin. Bahkan lemari pun sudah diisi bahan makanan yang mudah dibuat dan tentu saja berbagai merk minuman keras dari yang ringan hingga berat telah menyesakkan lemari dan lemari es.

Itu semua dikerjakan sejak sore. Maka, ketika mobil Kevin muncul di London Gateway Port, para pekerja sudah menghilang pergi meninggalkan yacht yang berkilau dan siap digunakan untuk bersenang-senang.

"Ayo, ladies..." Kevin keluar dari mobil, menggandeng Livie yang terus tersenyum.

Vince menggamit pinggang ramping Neva, berjalan menaiki tanggul dan meniti sebuah jembatan khusus untuk bisa sampai ke yacht.

Kapal yacht itu berwarna putih lumayan besar dan bisa memuat empat hingga lima orang dengan dua kamar tidur. Di bagian dek atas juga ada bak kolam jacuzzi kecil untuk dua orang.

Mata Livie dan Neva tampak takjub memandangi yacht dan segala interior di dalamnya. Mungkin baru kali ini mereka diajak ke sebuah yacht. Tak heran mereka terus menerus menghela napas takjub.

Mereka melewati lorong deck dan masuk untuk menjumpai sebuah ruangan yang mirip dengan ruang tamu namun hanya berukuran kecil, dan menemui sebuah tangga menuju ke bawah dan tiba di bagian dalam yacht, sebuah Lounge dengan interior yang didominasi warna coklat dan pastel menyapa mata.

Dua gadis itu saling berpandangan dan terpana. Ini adalah benar-benar pengalaman pertama mereka masuk ke sebuah yacht. Dalam pikiran mereka segera saja meletup impian bahwa Vince dan Kevin bisa menjadi kekasih atau bahkan suami mereka!

Yeah, keep dreamin', gals!

"Apa kalian ingin minum atau makan sesuatu?" tanya Kevin pada keduanya.

"Aku... rasanya belum begitu lapar," jawab Livie sedikit linglung.

Vince menggandeng tangan Neva dan duduk di salah satu sofa empuk di sana. "Ini yacht milik Kev."

Neva menoleh ke Vince. "Oh! Ini milik Kevin? Lalu, apakah aku bisa berkesempatan datang ke yacht milikmu, Vince?"

"Mungkin." Vince tak mau buru-buru berjanji, karena hasratnya lekas hilang pada satu perempuan saja. Dia susah menetapkan hati pada seorang perempuan dalam jangka waktu lama.

Angan Neva melambung seketika, mengira kalimat itu adalah sebuah harapan indah dari Vince baginya.

"Baiklah, aku akan mulai kemudikan kapal kecil ini dulu kalau begitu. Kalian bisa nyamankan diri kalian dulu di sini atau ambil saja makanan atau minuman di lemari dapur di sana." Kevin menunjuk ke sebuah ruangan yang bisa dipastikan bahwa itu adalah dapur.

Kevin pun beranjak ke bagian deck navigasi di atas, meninggalkan tiga orang di deck bawah.

Livie menoleh penuh takjub ke arah Vince. "Kev bisa mengemudikan yacht?!"

Vince duduk memeluk Neva dan menyahut ringan, "Tentu saja. Kami lebih suka mengemudikan ini sendiri daripada merepotkan orang."

"Kami?" ulang Neva sambil mencubit kecil tangan Vince yang sudah merayap nakal ke pahanya. "Maksudmu... kau juga bisa mengemudikan yacht punyamu sendiri?"

Vince terkekeh kecil. "Tentu aku bisa! Bukan hal yang sulit untuk dipelajari. Lagi pula... kalau ada orang lain... bukankah akan mengganggu keasyikan kita, sweetie? Hm?" Ia sudah mulai mengecupi leher putih Neva.

Livie memutar matanya melihat kelakuan Vince pada sahabatnya. "Aku ingin ke dapur dan melihat apa saja di sana." Lebih baik dia pergi dari ruang itu daripada melihat keduanya saling tindih nantinya.

Vince dan Neva tidak begitu peduli akan ucapan Livie karena mereka sudah mulai asyik bercumbu dan kapal pun telah bergerak ke arah lautan lepas.

Tangan Vince meremas gemas dada menggembung Neva seraya dia mulai rebahkan Neva ke sofa.

"Enghh... Vinnhh..." erang Neva ketika mulut Vince belum berhenti mencumbui lehernya dengan tangan yang terus meremas-remas dadanya. "Bukankah ini masih terlalu pagi untuk... mmrrghh... begini?"

Vince menyahut sambil terus mencumbui leher putih Neva. "Ummchh... justru ini... sudah terlalu... mmchh... larut untuk hal ini... mmcchh... sweetie..." Pria ini beralih mengelus paha mulus Neva.

"Hngghh... Vince kau nakal..."

"Apakah kau baru tau sekarang ini, sweetie?"

Di dapur, Livie sudah menemukan banyak bahan mentah, baik itu yang frozen maupun kering. Karena ia tak mungkin turut bergabung dengan Vince dan Nevada yang kini sepertinya sudah saling menindih dan berlomba mengerang, lebih baik dia membuat sesuatu. Ia juga tak ingin mengganggu Kevin di ruang navigasi.

Livie bermaksud membuat Currywurst, makanan sederhana dari Jerman. Sosis yang dipotong bulat-bulat yang dilumuri dengan bumbu kari dan saus tomat. Cukup sederhana saja, dan ditambah dengan kentang goreng batangan.

Setelah itu, ia membuat Spageti Bolognese, mumpung tersedia bumbu instannya. Ia akan mencampuri spageti itu dengan potongan daging udang yang sudah dia bersihkan kepala, kulit hingga ekornya.

"Eiii!" jerit Livie terkejut karena tiba-tiba pinggangnya dipeluk dari belakang. Tapi kemudian dia tersenyum setelah menoleh dan mengetahui bahwa pelakunya adalah Kevin. "Kau mengagetkanku, Kev!"

"Benarkah?" Kevin masih tetap dalam posisi memeluk. "Kalau begitu akan aku beri kompensasi atas kekagetanmu barusan. Mmmcchh!"

"Aww! Kev, kau curang!" Livie memegang pipi yang baru saja dikecup Kevin dengan wajah malu-malu.

"Haha, aku memang suka berbuat curang. Apa kau mau tau kecuranganku yang lain?" Pria ini malah makin mempererat pelukannya.

"Kev, jangan ngawur! Aku sedang masak! Nanti ini gosong!" Livie menepuk ringan punggung tangan Kevin.

"Sepertinya kau pintar memasak, hm?" Kevin menatap lekat wajah Livie dari samping.

"Hm... mungkin," jawab Livie sambil tersenyum dan meneruskan mengaduk spageti dan daging udang di penggorengan teflon.

"Pantas saja aku sampai melesat ke sini meninggalkan kemudi gara-gara bau harum makanan. Ternyata gara-gara kau..." Kevin menggosokkan ujung hidungnya ke pipi Livie.

"Hei! Jangan tinggalkan kemudi! Nanti kalau menabrak karang atau kapal lain bagaimana?" Livie tampak cemas menatap Kevin.

Pria itu bukannya kuatir seperti Livie, namun justru tersenyum-senyum nakal. "Biar saja menabrak. Nanti biar aku bisa meminta bayaran ganti rugi darimu."

"Kev! Jangan main-main! Bagaimana aku bisa membayar ganti rugi?! Aku ini—"

"Bagaimana dengan tubuh indahmu?" potong Kevin langsung, mengakibatkan pipi Livie merona. Gadis berambut blonde itu jadi tersipu-sipu dan menyodokkan sikunya ke dada Kevin.

Tak lama, keduanya pun makan dengan tenang di ruangan itu tanpa ingin kembali ke deck utama.

================

Aku ingin kau mengguncang perahu.. Kerjakan yang di tengah

Ubah posisi baru.. usap untukku..

Oh sayang, aku suka guncanganmu.. Sekarang kita bisa meluncur

Ayo lakukan dengan cepat.. Itu terlalu lambat

Cepat dan letakkan benda itu padaku

.

- Rock The Boat by Aaliyah -

Next chapter