webnovel

Freeze Your Brain

Freeze Your Brain

- Heathers the Musical Ensemble -

.

Bekukan otakmu.. Berenang di es

Tersesat dalam rasa sakit

Tutup matamu rapat-rapat

Sampai kamu lenyap dari pandangan

Biarkan tidak ada yang tersisa

Bekukan otakmu.. Hancurkan tengkorakmu

Perangi rasa sakit dengan lebih banyak rasa sakit

Lupakan siapa dirimu.. Buka bebanmu

Lupakan dalam enam minggu

Kau akan kembali ke jalan.. Saat suara di kepalamu

Mengatakan kamu lebih baik mati

======================

Vince sudah sampai di ambang dapur ketika dia melihat Kevin sedang menindih Livie di atas sofa di sana dan giat memompa vagina gadis pirang tersebut.

Karena keduanya tidak banyak bersuara keras, Vince tidak tau bahwa di sana sedang terjadi aksi 'perjuangan'.

"Vin, kau lama sekali!" Neva sudah menyusul Tuan Muda Hong yang katanya akan mengambilkan minuman dingin untuk dia.

Tepp!

Vince sudah menangkap tubuh seksi Neva terlebih dahulu sebelum gadis sintal itu masuk ke dapur.

"Ayo kita ke kamarku saja, cantikku. Di sana pemandangan laut bisa dilihat dari jendela dan itu bagus sekali." Vince lekas menggendong Neva di depan perut sixpack dia sambil berjalan ke kamar yang biasa dipakai olehnya jika berada di Yacht Kevin.

"Tapi minuman-" Neva mengingatkan mengenai tujuan awal mereka ingin ke dapur.

"Di kamar ada kulkas kecil. Pasti ada minuman dingin juga di sana. Ayo. Aku tak sabar ingin berpetualang di atasmu." Vince terus melangkah ke sebuah kamar yang cukup luas dengan dekorasi kayu di berbagai sudut.

Neva memutar bola matanya mendengar ucapan seenaknya Vince yang sangat beraroma kemesuman. "Kau ini parah, Vin!" Ia memukul pundak lelaki Hong sambil terkekeh.

Sepertinya Neva paham kenapa Vince melarang dia masuk ke dapur meski dengan cara tersamar. Yah, dia bukan anak kecil lagi.

Mereka berciuman sembari Neva dalam gendongan Vince dalam perjalanan ke kamar.

Usai tiba di kamar tersebut, Vince merebahkan tubuh indah Neva ke tempat tidur.

Vince tersenyum diagonal sambil mengusap bibirnya menggunakan ibu jari secara seduktif. "Rasanya aku takkan melepaskan kamu hingga pagi, sweetie pussy..."

-0-0-0-0-

Vince benar-benar menepati ucapan dia semalam. Ia menempa penisnya ke dalam vagina Neva semalaman hingga matahari akhirnya muncul di langit timur.

Ia membiarkan Neva tergolek lemas tak berdaya di atas kasur, sementara Vince membilas tubuhnya di kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidur.

Sepertinya Neva sangat kelelahan karena seberisik apapun Vince di kamar mandi, tetap tidak mengusik lelapnya.

Gadis itu lelah dan sangat puas hingga tidur seperti mayat.

Usai mandi sebentar, Vince keluar dari kamar dan menjumpai Kevin yang sedang ada di ruang kontrol.

"Yo, bro!" Kevin menyapanya begitu melihat Tuan Muda Hong melangkah masuk ke kabin kontrol.

Vince menyodorkan sebuah kaleng bir dingin ke sahabatnya. Kevin menerima dan membuka pelan-pelan tutupnya, lalu menyesap sedikit.

"Sepertinya ada yang baru saja selesai bekerja keras semalam suntuk. Atau aku salah mendengar suara Siren?" sindir Kevin yang langsung mendapatkan pukulan ringan pada lengannya.

Vince terkekeh kecil setelah menyesap beberapa kali bir-nya. "Jangan samakan aku dengan kucing yang sedang sibuk di dapur tadi malam." Ia membalas sindiran sang sahabat.

Kini ganti Kevin yang terkekeh. "Aku dan Livie cocok. Kami sama-sama tidak begitu menyukai sebuah konser, maka... yah kau tau sendiri, kami lebih senang saling berbisik mesra menyuarakan aspirasi jiwa kami."

"You silent bastard. Hahah!" Vince menyerah bila disindir mengenai suara-suara yang biasa dia timbulkan bersama pasangan bercintanya bila mereka sedang tinggi-tingginya.

"Vin, apa rencanamu?" tanya Kevin sambil menatap laut di depan mata yang terbentang luas dan bebas.

"Bagaimana kalau kita singgah di Paris?"

"Kau yakin?"

Vince mengangguk.

Maka, rencana perjalanan ke Paris pun telah ditetapkan.

"Kau ingin merapat di Calais atau Le Havre?" tanya Kevin.

Vince berpikir sejenak. Lalu dia mengambil keputusan. "Le Havre saja. Dari sana lebih mudah ke Paris."

"Oke."

Livie masuk ke ruang kontrol sambil membawa beberapa piring yang berisi roti bakar selai. "Oh, hai Vince! Tidak kusangka kau bangun sepagi ini. Kuat juga kau rupanya."

Vince terkekeh.

"Jangan remehkan jiwa singa dia, sayank..." Kevin mengolok-olok sahabatnya sambil menarik pinggang Livie sehingga perempuan blonde molek itu duduk di pangkuannya. "Wah, kau benar-benar istri yang baik, datang sambil membawakan sarapan."

Livie mencubit perut Kevin. "Siapa yang istrimu? Enak saja." Dia julurkan lidah ke Kevin. "Ini bukan hanya untukmu saja. Aku buat banyak, jadi ini untuk kita semua, dasar kau terlalu percaya diri."

Kevin terkekeh sambil mengambil setangkup roti bakar selai yang ada di depannya. Mereka bertiga mengobrol santai di ruang kontrol.

"Kalian asik sekali..." Neva sudah muncul di ruang itu dengan bikini merah.

Vince meraih tubuh Neva dan mengecup bibir sang gadis. "Kau sudah mandi? Ingin berjemur?"

Neva dengan santai duduk di pangkuan Vince sambil lingkarkan lengannya di leher Vince. "Aku ingin berenang atau berendam kalau memungkinkan. Ada kolam kah di sini?" Tangannya ikut mencomot setangkup roti bakar buatan Livie.

"Kalau kau bisa menerima ide mengenai berendam di Jacuzzi, maka itu berada di belakang sana." Kevin menunjuk ke arah buritan yacht.

"Aww! Jacuzzi! Aku sangat menerima ide itu!" Neva berseru girang. "Liv, ayo kita berendam sejenak di jacuzzi! Ambil bikinimu, dahling!"

"Oke!" Livie ikut bersemangat. Ide jacuzzi itu terlalu diluar ekspektasi mereka berdua.

Dua gadis itu segera berhambur ke buritan untuk lekas merasakan nyamannya jacuzzi. Kini tinggal Kevin dan Vince lagi di ruang tersebut.

"Dasar perempuan... begitu ada yang enak-enak, langsung lupa dengan kita," sungut Vince.

Kevin tergelak kecil. "Biarlah mereka menikmati yang ingin mereka nikmati. Kenapa kau tidak bergabung saja dengan mereka di jacuzzi. Itu lumayan besar kok untuk menampung lima orang lebih."

"Nah~" Vince menggeleng. "Aku sedang tidak mood."

Baru saja Vince berbincang dengan Kevin mengenai hal-hal kecil remeh, tiba-tiba ponsel di saku celana dia bergetar. Vince meraih ponsel itu dan di layar terpampang nama sang ayah, Benetton Hong.

"Ya, Pa?" sapa Vince begitu sambungan dia terima.

"Vin?" Suara sang ayah ada di seberang sana. "Kau di mana?"

"Aku..." Vince berhenti sejenak sambil memandang Kevin, mungkin membutuhkan bantuan jawaban dari Kevin? "Aku sedang bersama Kev."

"Papa sudah tiba di London." Tuan Benetton menyahut di sana.

"O-oh... oke, Pa. Kuharap Papa baik-baik saja selama perjalanan." Vince mengangguk ke Kevin yang bertanya dengan bahasa isyarat.

"Dan Papa bersama dengan ibumu," sambung Tuan Benetton.

Vince menelan ludahnya tanpa dia sadari.

===================

Tersesat dalam rasa sakit

Kebahagiaan datang

Ketika semuanya mati rasa

Siapa yang butuh kokain?

Bekukan otakmu

.

- Freeze Your Brain by Heathers the Musical Ensemble -

Next chapter