Ketika tanpa disadari bahwa sebenarnya kita semua cuma menunggu waktu, yaitu waktu kematian datang dan banyak sekali cara yang ditempuh untuk melalui fase ini seperti Sukma yang kematiannya penuh misteri sehingga membuat rohnya terjebak di antara dua dunia dan orang sekitar menyebutnya dengan terror pocong.
"Virni apa usai sekolah nanti kamu ada acara tidak?" Tanya Icha dengan penuh semangat kepada Virni. "tidak sih, memang nya ada apa ya?" "kalau berkenan sih mau ajak kamu ke museum." "memang untuk apa ke museum?" Virni sangat keheranan mendengar Icha untuk mengajak nya ke museum. Virni berfikir. Mungkin saja Icha kesambet setan mana kok tidak ada angin tidak ada hujan mengajak nya pergi ke museum, padahal Icha sangat anti dengan benda purba, barang antik dan apapun yang berhubungan dengannya. "hey! Virni kok malah bengong!" bentakan Icha membuyarkan lamunan Virni. "oh-eh-iya-." "Virni kamu lupa ya tugas kita dari ibu guru untuk mengumpulkan cerita tentang kearifan lokal." um-eh-iya aku melupakan itu, terus kamu mau mengangkat cerita apa?" "aku masih bingung sih mau bikin cerita apa." "Ya sudah tidak apa-apa kita ke museum saja siapa tahu dapat inspirasi." "iya Virni kamu benar banget, ayo bergegas!" Icha pun menarik tangan Virni untuk segera mengajak nya berangkat Virni yang masih tampak malas meninggalkan tempat duduknya. "Icha tunggu dulu, kamu lupa ya kalau ini Kelas kita belum berakhir?!?" "ICHA! VIRNI! KEMBALI KE TEMPAT DUDUK KALIAN!!!!" tampak ibu guru sangat geram terhadap kelakuan Icha dan Virni yang seenak jidat nya di waktu jam pelajaran masih berlangsung. "SEBENARNYA APA SIH DALAM PIKIRAN KALIAN?!!?" dan terdengar gelak tawa lepas satu Kelas terhadap tingkah laku Icha dan Virni yang konyol. Nampak muka Icha dan Virni menjadi merah karena menahan malu yang amat sangat. "Icha nih semua gara-gara kamu!" "maafkan aku Virni,..." "SEMUANYA DIAM!!!! ibu guru kembali berseru karena sangat riuh sekali sudah didalam Kelas. Virni menoleh ke samping dan melihat muka bimo yang nampak konyol seraya meledek nya yang kemudian di balasnya dengan kepalan tangan oleh Virni." maafkan aku Virni, ya aku tahu kalau tugas tersebut masih 1 minggu lagi batas pengumpulan nya." "maka dari itu kamu sangat tergesa-gesa." Virni kembali menoleh ke arah Icha. "tapi waktu seminggu itu sebentar, lebih baik kita kumpulkan jauh hari sebelum batas pengumpulan." pinta Icha cemas. "kamu benar banget Icha." setelah itu mereka berdua pun diam guna fokus ke pelajaran yang tengah diterangkan oleh ibu Tisa yang merupakan guru bahasa Indonesia. Jam pelajaran berlangsung kian terasa lama amat sangat sehingga Virni dan Icha merasa jenuh dikarenakan bu Tisa cuma nulis di papan tulis dan suruh para muridnya untuk menyalin nya kedalam buku tulis masing-masing. Bu Tisa sebentar-bentar membalik badannya untuk melihat para muridnya satu-persatu, bila ada yang tidak memperhatikan ataupun tidak mengerjakan tugas tersebut maka akan menegur murid tersebut dengan suara lantang dan juga tidak akan segan-segan untuk melempar kapur tulis bilamana murid tersebut menghiraukan teguran nya. Bu Tisa sosok nya tinggi besar untuk ukuran seorang perempuan dengan pandangan tajam ke depan. Decitan kapur tulis yang beradu dengan papan tulis memekakkan telinga karena semua hanya terdiam untuk mengerjakan tugas menyalin tulisan tersebut. "KRIIIIIIIINNNNGG!!!" Akhirnya berbunyi juga bel tanda pelajaran usai dan para murid mulai merapikan peralatan nya serta memasukan kedalam tas nya masing-masing. Virni mulai bergegas keluar kelas yang segera disusul oleh Icha. "Icha aku mau ke kantin dulu, lapar banget nih." "sama. Aku juga sangat lapar." sahut Icha sembari menyibakan rambut panjang lurus nya dengan tangan kanannya. Setibanya di kantin mereka langsung mencari penjaga kantin sekolah tersebut. "nah itu dia bi Rasti." celetuk Virnie yang melihat bi Rasti tengah mencuci piring. "bi nasi soto nya dong dua." "waduh neng sudah habis." "ya sudah kalau gitu nasi pecel dua." timpal Virni lagi karena perutnya sudah bergumam-gumam dari tadi. "habis juga neng." sahut bi Rasti seakan dengan pandangan lemas. "waduh apa dong bi yang masih? Soalnya lapar banget nih." jawab Virni ikutan lemas sembari membenarkan kacamatanya yang sedikit tertutupi poninya. Virni berambut lurus dengan rambut pendek demimor dan juga berponi ala Cleopatra. "tinggal es dawet saja neng." sahut bi Rasti lagi. "oke bi es dawet dua kalau gitu, abis mau gimana lagi daripada tidak ada." Virni dan Icha mulai menarik kursi guna mau duduk menunggu pesanan datang. Tidak berapa lama bi Rasti mengantarkan es dawet pesanan Virni dan Icha ke meja nya. Virni dan Icha mulai menyantap nya sesuap demi sesuap kedalam mulutnya." kita pergi ke museum apa?" "museum mana lagi? Memang nya ada banyakah museum di kota kita ini???" "ya memang cuma itu saja sih." "dasar kau Vir, ada-ada saja." timpal Icha sambil tersenyum. Setelah melahap habis es dawet tersebut, Virni dan Icha mendatangi bi Rasti untuk membayarnya. "Jadi berapa bi semuanya?" "empat ribu neng." Virni seraya mengulurkan tangannya ke bi Rasti guna memberikan uang es dawet tersebut. "wah kamu baik sekali Vir, terima kasih ya sudah di traktir." "iya sama-sama." baru saja keluar mereka dikejutkan oleh sesosok makhluk tinggi besar dengan muka konyol yang tak lain adalah Bimo, entah Kenapa Bimo sangat senang sekali menjahili Virni dan juga Icha ketimbang menjahili yang lainnya. Mungkin saja ini disebabkan Icha yang sering bertingkah aneh bila mulai panik atau terlalu bersemangat serta Virni yang mudah sekali kaget. "apaan sih kau Bim!" "huahahahaha." tawa lepas Bimo memecah kesunyian dan di wajahnya terlihat aura kepuasan., "aku tahu bahwa kalian pasti merencanakan sesuatu." minggir sana kamu Bim." hardik Icha seraya menyingkirkan Bimo dengan tangannya karena dari tadi menghadangnya." pokoknya aku akan ikuti kalian kemanapun pergi." " idih kamu ini sangat menyebalkan sekali!" seru Virni sangat jengkel sekali terhadap Bimo. Dengan terpaksa Virni dan Icha pun membiarkan Bimo mengikuti mereka. Virni, Icha dan Bimo bergegas juga ke halte di depan sekolahan untuk segera menuju ke museum dengan menggunakan jasa bus. Setelah beberapa saat akhirnya tiba juga bus jurusan yang dimaksudkan dan mereka segera menaiki bus tersebut, namun setelah Virni, Icha dan Bimo duduk serta pintu bus mau tertutup ada seseorang lagi yang mau naik sehingga pintu pun terbuka kembali. "eh Vir, bukankah itu Sukma?" "mana sih Cha?" "itu yang barusan naik itu." "kok aneh ya cha?" "aneh bagaimana sih Vir?" "mukanya pucat banget, sepertinya sakit." "iya kamu bener Cha." setelah itu Virni dan Icha pun diam karena Sukma duduk tepat di depan Bimo. Virni dan Icha berseberangan dengan Bimo yang segaris dengan sopir, kursi ke lima dari depan. Sukma merupakan anak satu sekolahan dengan Virni dan Icha serta Bimo namun beda Kelas meski sama-sama kelas 3 SMA nya. Sukma merupakan anak dari bi Rasti yang di kantin sekolah. Sukma merupakan anak yang sangat tertutup meskipun begitu dia adalah murid yang sangat pandai dan selalu menyabet gelar juara satu. Sukma selalu menyibukan dirinya dengan membaca buku dan belajar, maka dari itu wajar saja kalau Sukma begitu pandai. "woe! Kalian tumben diam saja!" bentakan Bimo mengagetkan Virni dan Icha yang sedang menikmati lamunan nya terhadap Sukma. "diam bimooooooo!!!" timpal Virni dan Icha bareng an. Setelah itu cuma terdengar raungan mesin bus saja yang terdengar serta hiruk pikuknya lalu-luntas. Beberapa saat kemudian sampailah di musium yang tertulis "Musium Traditional Ponorogo." bangunanya cukup luas dan berada di area perkotaan jadi sangatlah mudah untuk akses ke tempat ini. Ponorogo sendiri merupakan kota se karisidenan dengan Madiun akan tetapi sangatlah ramai dibandingkan dengan Madiun sendiri karena disaat hari-hari besar selalu saja ada event. Contohnya seperti satu muharam ini yang disebut juga satu suro Ponorogo selalu menggelar lomba Reyog yang para peserta nya bukan hanya dari kota Ponorogo sendiri melainkan dari berbagai penjuru Indonesia. Hari raya Idul fitri juga digelar pasar malam yang banyak pula dihadiri oleh berbagai penjuru kota di Jawa Timur maupun Jawa tengah untuk berdagang mainan, baju, menyewakan wahana seperti tong stand, rumah hantu, circus, dll. "Vir ayo masuk! Malah bengong saja nih anak." "eh-maaf." "ada apa sih Vir?" "ngga-ngga ada apa-apa!" Virni dan Icha pun mulai memasuki museum dengan pintu raksasa nya. "hey tungguuuu!" "Virni dan Icha menoleh kebelakang ke arah suara tersebut yang tidak lain adalah Bimo." duh nih makhluk ngikut saja." celetuk Virni dengan kesal." kalian ini tidak setia kawan!" "lagian siapa juga yang ngajak!" sahut Icha dengan geram. Setelahnya mereka ber tiga melanjutkan jalannya dan berhenti setelah melihat "seni tradisional" yang disitu terpajang reyog, jaranan, gajah-gajahan, barongan, dll. "bagaimana Cha kamu sudah mendapatkan inspirasi?" "belum nih Vir...." "kalau gitu kita ke ruangan lain saja." "ayo kalau gitu." Virni dan Icha bergegas meninggalkan tempat ini untuk menuju keruangan lain yang memajang benda lainnya. "Alat Traditional" terhentilah sejenak mereka di ruangan tersebut guna melihat-lihat lagi. Namun tidak juga mendapatkan inspirasi juga. "aduh Cha sudah mondar-mandir belum juga menemukan sesuatu untuk bahan tugas kita." "tinggal satu ruangan lagi nih. Pusaka tradisional." "tunggu apa lagi ayo bergegas kesana." "ayo!" Virni dan Icha tengak-tengok karena dari tadi tidak melihat Bimo lagi. "eh Vir kamu tidak lihat Bimo?" "iya dari tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Sudah biarin saja dia rese juga." "iya juga sih." sesampainya di ruangan tersebut Virni dan Icha tersentak kaget dengan mata terbelalak. "Cha it-itu bukanya Sukma?" "loh... Bukannya tadi dia di belakang kita? Kok bisa dia sudah berada di ruangan ini." "iya dari tadi juga kan kita tidak melihat dia lagi." "terus dia ngapain ya memandang aneh keris tersebut?" "mana kutahu sih Cha." Virni dan Icha mencoba mendekati Sukma yang tengah memandang keris tanpa henti. "eh Sukma ya." Virni mencoba memulai percakapan. Namun Sukma cuma menganguk pelan. Hal ini menambah rasa penasaran Virni dan Icha juga diliputi dengan rasa takut. "Sukma juga mau cari bahan tugas sekolah ya?" Icha mencoba juga bertanya kepada Sukma namun dibalas dengan gelengan pelan. "WHOA!" Virni dan Icha di kagetkan oleh Bimo yang menepuk pundaknya dari belakang sehingga Virni dan Icha berbalik dan memukul Bimo. "ngapain sih Bim kamu iseng banget!" Bimo seperti biasanya yang tertawa sangat kencang sekali penuh dengan kepuasan." kalau tidak iseng gitu napa sih!" Bimo malah tambah terpingkal dibuatnya, entah apa di benak Bimo yang selalu saja jahil. Virni dan Icha kemudian berbalik lagi ke arah Sukma namun sangatlah terkejut seakan tidak percaya terhadap pandangannya sendiri seraya mengucek matannya." lah Vir kemana perginya dia?" "aneh banget tuh anak kok pergi tanpa pamit." "apaan sih yang kalian bicarakan?" "Bim kamu lihat dia pergi kemana tadi?" "dia siapa sih Vir? Kamu ini aneh banget." "itu Sukma Bim." timpal Icha dengan nada aga tinggi." Sukma siapa?" "Sukma siapa lagi sih Bim kalau bukan anaknya bi Rasti!" "oh Sukma itu....kasih tahu ga ya?" "dih kamu ini menyebalkan sekali!" "DIA SUDAH MATI!!!" HAH MATI?!? "huahahahahha!!!! Kena deh!!!!" "sudah ah males ngomong sama kamu!" Virni dan Icha bergegas meninggalkan Bimo yang masih saja tertawa terbahak. "Sukma sebenarnya pergi dari rumah dan tidak kembali sejak satu tahun lalu." "Sudahlah kamu jangan mengarang cerita hoax dong Bim." "aku berkata yang sebenarnya Vir, Kali ini aku tidak bohong." "Sudahlah aku tidak percaya kata-katamu!" "Vir sepertinya Bimo tidak berbohong Kali ini." "sudah Cha! Kamu jangan percaya begitu saja sama dia, sekali pembual ya tetap pembual!" setelah sekian lama juga tidak mendapatkan yang dimaksud, mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Rumah mereka terbilang berdekatan karena rumah Virni cuma sebelahan sama rumah Bimo, untuk Icha rumahnya seberangnya rumah Virni. Dalam perjalanan mereka hanya diam saja entah apa yang ada dalam benak mereka. Setibanya di halte bus hari Sudahlah sangat sore menjelang petang dan bus pun sudah lumayan jarang jadi mereka harus rela sabar menunggu. Baru saja Virni mau duduk di halte sudah dikejutkan lagi oleh Sukma yang tiba-tiba saja muncul di sampingnya. "Sukma! Kamu ngagetin saja, tadi kemana saja kok pergi begitu saja?" "iya Sukma kamu kok tahu-tahu pergi gitu." namun lagi-lagi Sukma cuma membalasnya dengan senyum yang berat seakan enggan untuk tersenyum namun memaksakan diri. Bimo cuma tolah-toleh saja memandang bergantian Virni dan Icha. "kalian ini ngomong apaan sih? Jangan bercanda seperti itu, ga lucu tau!" "kamu ini yang apaan! Kami ngobrol sama Sukma." "sudah hentikan Vir ! Jangan menakutiku, aku tidak takut!" "siapa juga yang nakutin kamu Bim." "sudah Cha jangan drama ah!" "eh Vir kemana lagi tuh Sukma?" "iya Cha kok tuh anak misterius banget, sebentar ada sebentar menghilang." "iya Vir. Kok jadi penasaran ya?" "ayo Cha jangan mulai lagi!" "besuk kita cari informasi tentang Sukma." "ampun deh Cha, kamu selalu saja begini." "aku ikut! Kan biar bagamainapun juga aku ini laki-laki, jadi aku juga bertanggung jawab atas keselamatan kalian." "badan sih laki-laki, tapi hati perempuan!" "hihihihihi" "jangan meledek gitu dong." "baik tapi ada syaratnya." "apa itu Vir syaratnya?" "pertama kamu harus berjanji tidak jahil kepada kami dan siapapun juga. Kedua silahkan Cha." "kedua kamu harus berjanji melaporkan kepada kami setiap dapat informasi baru. Ketiga kamu harus berjanji tidak akan mengacau lagi. Keempat silahkan lanjut lagi Vir." "Keempat atau yang terakhir kamu harus berjanji merahasiakan hal ini sampai kami bisa mengungkap apa sebenarnya yang terjadi." "walau terasa berat bagiku namun akan Ku usahakan." bagus nah tuh bus nya sudah kelihatan." mereka bertiga kemudian berdiri karena takut tertinggal oleh bus tersebut. Bus tersebut berhenti di halte kemudian membuka pintunya yang berdecit" ckiiiittttt. "Virni pun masuk yang diikuti oleh Icha dan Bimo setelahnya. Virni tengak-tengok mencari tempat duduk yang kosong dan dia mendapatkan tempat duduk tersebut paling belakang yang memang banyak yang kosong karena bagian tengah dan depan sudah terisi semua. Virni dan Icha merasa heran dikarenakan sudah duduk kok bus yang di tumpanginya belum juga berangkat. Apalagi Bimo dia tampak gelisah yang terlihat dari tingkah lakunya dan ekspresi muka nya. "WHAAAAAAAA.....!" "Ada apa Cha?" Tanya Virni ikutan kaget juga mendengar Icha yang duduk disampingnya histeris yang kemudian diikuti oleh seluruh penumpang bus mengarahkan pandangannya ke Icha dengan muka kesal. "maafkan aku Vir....." "kamu Kenapa kok teriak sampai segitunya?" "tuh lihat sendiri siapa." Virni kemudian mencoba untuk memiringkan badannya supaya dapat melihat apa yang baru Icha lihat barusan karena memang Virni duduk dekat jendela jadi tidak heran jika dia tidak melihat apa yang di lihat Icha. Mata Virni terbelalak sangat lebar dibuatnya dan pandangan mengarah kepada satu titik dengan penuh kengerian dan keheranan. Virni melihat sesosok orang yang sangat dikenalnya yaitu Sukma dengan penuh tanda tanya Virni kembali menegakkan tubuhnya kembali untuk berhenti melihat Sukma. "Cha kok aneh sekali ya itu Sukma kok selalu saja mengikuti kita rasanya." "kan tadi juga sudah bilang Vir. Sudah biarkan saja." Pikiran Virni menjadi tidak karuan dan ini biasanya Icha lah yang mengalaminya namun sekarang Virni lebih tidak menentu. Apalagi Sukma lagi-lagi duduk di depan Bimo yang berseberangan dengan tempat duduknya. Entah Kenapa ini bus terasa berjalan sangat pelan sekali atau mungkin saja dikarenakan karena mengalami ketakutan dan kegelisahan yang amat sangat. Bukan cuma itu saja melainkan semua terasa bergerak dengan sangat pelan sekali serta diliputi hawa dingin yang sangat mencekam di tengah kebisingan. Di depan terlihat terowongan ini akan menambah suasana seram didalam bus apalagi sudah malam hari seperti ini. Sedikit demi sedikit moncong bus mulai ditelan terowongan tersebut hingga sepenuhnya bus berada didalam terowongan. "CLAAAARRREKKK CKIIIIIEEETTT...!!!!" "AAAAAAAAAARRRGGGGHH!" semua penumpang bus berteriak sekencang-kencangnya karena bus tersebut tiba-tiba saja berhenti. Tampak seseorang mendekati sopir dan menanyakan suatu hal yang menyebabkan bus berhenti mendadak. Pak sopir tersebut kemudian beranjak dari tempat duduknya dan membalik tubuhnya ke arah penumpang. "HARAP SEMUANYA TENANG YA.... SAYA AKAN CEK MESIN!" sopir tersebut memberi intruksi kepada seluruh penumpangnya agar supaya tidak terjadi kepanikan masal. "gimana mau tenang nih! Sudah gelap gini yang terlihat seperti bayangan!" "tolong kamu diam Vir. Jadi tambah parno nih!" "maaf Cha habis berhenti ditempat seram gini." "lihat itu Vir Sukma kok terlihat jelas ya? Padahal yang lain kan cuma samar seperti bayangan." Virni kembali mencoba memiringkan badanya hingga melalui Icha dan melihat Sukma dengan pakaian putihnya yang sangat jelas dan lama kelamaan rambut panjang Sukma seperti tertarik keatas semua dan membentuk gumpalan kain putih----bukan itu bukan rambutnya lagi melainkan kain putih yang diikat, Sukma dengan tiba-tiba menoleh ke arah Icha dan Virni. "POCOOOOONNGGG!!!!!" Icha dan Virni berteriak dengan serentak yang diikuti dengan menutup matanya dengan kedua tangannya. Begitu pula Virni yang langsung dengan segera kembali ke posisi duduknya sambil memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian sopir kembali ke tempat duduknya dan berusaha menghidupkan mesin bus tersebut. "ckiekekekekek.... Ckiekekekekek..... Bruuuummmmmm...." akhirnya bus tersebut menyala juga yang diikuti helaan nafas lega oleh para penumpangnya. Icha mulai menurunkan kedua tangannya yang dipakainya untuk menutup kedua matanya tadi setelahnya mencoba membuka matanya pelan-pelan namun dia tidak lagi melihat sosok mengerikan tersebut lagi bahkan Sukma pun hilang bak ditelan bumi. "eh Vir suk... Sukma tidak ada." "yang benar saja kamu Cha." "kalau tidak percaya coba lihat saja sendiri." "tidak.... Tidak.... Aku tidak mau lagi." "WAAAAAA!!!" Icha dikejutkan oleh Sukma yang berjalan dari belakang ke depan sepertinya dari toilet bus. "wah kamu ini kacau Cha, tuh Sukma." "I-iya." walau begitu tetap saja Icha merasa ada sesuatu yang janggal didalam diri Sukma. "hey kalian ini apa-apaan! Teriak-teriak saja!" pekik Bimo kesal karena ikutan kaget juga dibuatnya. Namun Icha dan Virni tidak balik menjawab seruan Bimo. "Vir kamu lihat keanehan di Bimo juga Ga?" "dari dulu Bimo memang aneh." "aku serius Vir." "aku juga serius. Kan Bimo memang begitu." "bukan itu Vir yang kumaksudkan." "lantas..." "aku merasa kok Bimo tidak melihat Sukma ya?" "ma-maksudmu?" "waktu di museum dia berkata tidak ada Sukma." "iya kamu benar." "kita juga satu sekolahan dengan Sukma namun kita tidak mengetahui berita atau informasi apapun terhadap Sukma." "nah itu dia Cha aku juga heran." "aku merasa cuma kita saja yang melihat Sukma." "bisa jadi Cha." "tapi kenapa cuma kita???" "aku juga tidak tahu Cha, kita coba cari tahu besuk." Icha terus saja kepikiran Kenapa cuma dia dan Virni saja yang bisa melihat Sukma. Kalau memang Sukma sudah meninggal kok tidak ada kabar mengenai hal tersebut sama sekali. Terus apa maksud Sukma sesalu saja mendatangi Virni dan Icha ini merupakan suatu teka-teki besar yang harus dipecahkan. Sebentar lagi Virni dan Icha serta Bimo sampai di halte dekat rumahnya. "woi! Jangan tidur! Sudah mau sampai!" "apaan kau sih Bim." Virni kembali kesal dibuatnya karena Bimo. "CKIIIIIIITTTT..!" "KRAAAASSSSS.!" bus pun berhenti Bimo, Virni dan Icha beranjak turun dari bus tersebut dan masih lagi berjalan melewati lorong gang lima ratus meter lagi untuk sampai dirumahnya. Begitu berada dimulut gang perasaan Icha dan Virni tidak karuan namun Bimo sepertinya tenang saja. "itu-itu apaan Vir?" Tanya Icha seraya menunjuk di sudut gang serta Virni pun mencoba mengarah kan pandangannya ke arah yang dimaksudkan oleh Icha. "duuuuhhh.... Jangan lagi deh....." "kalian ini ada apa sih!" "itu Bim di sudut gang itu...." Bimo mencoba melayangkan pandangannya ke arah yang ditunjukan oleh Virni yang merupakan sesuatu seperti bungkusan kain. "POCOOOOOONG!" Virni dan Icha kembali teriak serentak namun Bimo terlihat tidak bergeming. "Pocong apaan? Itu cuma karung yang ditumpuk, tuh coba lihat yang bener." Virni dan Icha mengucek matanya kemudian mencoba memandang ke sudut gang kembali dan alhasil benar apa yang dikatakan Bimo, itu merupakan cuma karung entah berisi apa dan ditumpuk mungkin saja sampah." iseng banget sih tuh orang naruh karung disitu." celetuk Virni jengkel banget. "lagian kok buang sampah disitu sih." "kalian saja yang terlalu parno dari tadi!" akhirnya sudah sampai juga di rumah setelah seharian dalam perjalanan yang sangat melelahkan dan menegangkan. "Vir, Bim aku duluan ya." Icha pun membuka pintu pagar rumahnya dan mulai masuk menuju pintu rumahnya. Virni dan Bimo nampak berjalan bareng menuju rumahnya setelah menyeberang mereka pun berpisah untuk menuju rumah masing-masing yang memang letaknya cuma bersebelahan saja.