webnovel

Paman Sekuriti baik hati

"Ibu ayo cepat kartun hachi mau mulai! " teriak seorang anakn berusia kurang lebih lima tahun kepada wanita paruh baya yang di pegang satu tangannya melintas di hadapan kai.

Dahi kai berkerut, mendengar nama hachi dia seketika mengingat celotehan anneth beberapa waktu yang lalu.

"Memangnya apa yang seru dari kartun itu? " tanyanya pada diri sendiri, "anneth bilang itu hanya kartun lebah madu yang mencari ibunya! "

"Pasti gambarnya hanya lebah yang terus menerus terbang saja,,, " lagi-lagi dia berucap.

Kai kembali melamun karena seperginya anneth dia belum menerima pelanggan baru, dia memandangi suasana sekitarnya yang telah sepi karena menjelang sore.

"Raka! " teriak seorang laki-laki di seberang jalan seraya melambaikan satu tangannya pada kai, orang-orang di desanya memanggilnya seperti itu sedari dia ditemukan oleh nenek yang mengasuhnya saat ini di depan halaman toko di pasar ini. Menemukannya menangis begitu kencang ketika subuh, hanya berbalutkan kain usang dan tersimpan di sebuah kardus.

Kai beranjak dari duduknya dan segera menghampiri laki-laki itu, dia seorang sekuriti yang berjaga di kantor pos.

"Ka tolong semir sepatu bapak "

"Baik, pak " ucap kai senang, dia melihat sebuah televisi di pos sekuriti tempat laki-laki itu berjaga.

"Paman, apa saya boleh menyemir sepatu disini? " tanya kai, "paman tidak perlu membayar saya, tapi apa boleh saya menonton film kartun dari televisi paman itu? "

Laki-laki paruh baya itu tertawa, "tentu saja, cepat bawa peralatanmu "

"Terima kasih paman " kai senang bukan kepalang, sebenarnya dia merasa begitu penasaran ketika anneth menceritakan tentang film kartun itu. Tapi dia tidak boleh memaksakan diri karena di rumah nenek tidak ada televisi, hanya ada sebuah radio usang peninggalan kakek yang selalu mereka putarkan dongeng setiap hari.

Dia dengan cepat berlari mengambil barang-barang miliknya, karena begitu antusias ingin melihat seperti apa kartun itu. Yang dia tahu hanyalah cerita tentang gatot kaca atau angling drama yang sering dia dengar bersama nenek setiap malam, atau cerita tentang si cepot yang selalu membuat neneknya tertawa.

"Kamu mau nonton film apa ka? " tanyanya.

"Kartun hachi paman " jawab kai penuh semangat.

"Baiklah " dia menekan tombol televisi dan secara ajaib menyala dengan sendirinya.

"Itu di stasiun televisi mana ka? " tanyanya lagi.

Kai menganga, dia tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan paman sekuriti yang dia semirkan sepatunya.

"Saya tidak tahu paman " kai berwajah polos, "itu film kartun lebah madu paman, cuma itu yang saya tahu "

Lagi-lagi paman itu tertawa, "coba paman cari,, " dia menekan tombol yang berada di televisinya.

Selama menunggu kai memulai pekerjaannya, dia ingin cepat-cepat melihat seperti apa kartun hachi itu.

"Nah, ka hanya ada ini film kartunnya "

Kai yang duduk dibawah lantai mendongakkan kepalanya ke arah televisi yang terletak di atas meja.

"Tadi kamu bilang kartun lebah madu kan? "

"Iya paman " kai melebarkan senyumannya.

"Iya ini kartun yang kamu cari " dia lalu membawa walkie talkie miliknya.

"Kamu nonton saja dulu kartun itu, semir sepatunya setelah saja " pundak kai ditepuk d

pelan olehnya, "paman mau patroli keliling kantor ya, jadi bantu paman jaga pos ini! "

"Siap paman! " kai berkata seraya menyimpan telapak tangan kanannya di keningnya dengan posisi memberikan hormat.

Dia memandangi sebuah gambar hidup berwarna-warni yang berada di dalam televisi yang dia lihat, semuanya membuat kai takjub. Bahkan dia dapat melihat orang-orang masuk kedalamnya dan menawarkan sebuah produk shampo atau makanan yang membuat air liurnya menetes.

"Pantas saja semua teman-temanku suka menonton televisi " ucap kai pelan.

"Kamu suka juga menonton televisi? " tanya paman sekuriti yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Kai tertawa kecil, "suka paman, tapi saya tidak punya televisi "

"Lalu kamu suka nonton dimana? " tanyanya pada kai.

"Saya pernah melihatnya dari jendela rumah teman saya, tapi televisinya tidak berawarna seperti milik paman ini. Kalau saya bosan mendengar radio, saya pergi ke rumah teman dan mengintip acara di televisi dari jendela rumahnya yang tidak memakai tirai " jawaban kai itu secara mendadak membuat sesak di hati laki-laki paruh baya, dia terenyuh mendengar cerita dari anak kecil yang di usianya harus bekerja keras mencari uang hanya untuk makan. Dia rela tidak bermain hanya untuk mendapatkan uang dua ribu rupiah, bahkan untuk menonton televisi saja dia sampai harus mengintip di sebuah jendela rumah orang lain

Hatinya sakit, begitu sakit merasakan hal yang dialami kai. Ini seperti sebuah sakit yang timbul dari luka yang tidak berdarah.

"Nanti kalau kamu mau nonton datang saja kesini " dia mengusap pundak kai dengan lembut.

"Dan semirkan sepatu paman setiap hari " lagi-lagi dia berucap, "karena paman sering keliling kantor jadi sepatu paman mudah kotor! "

"Siap paman! " pekik kai dengan rasa senang yang lagi-lagi tidak dapat dibendungnya.

Dia kembali melanjutkan menonton kartun yang sudah membuatnya begitu penasaran sampai dengan selesai selama tiga puluh menit. Dia terdiam seketika setelah kartun yang ditontonnya selesai.

"Paman, hachi itu sama denganku " ucap kai.

Kali ini dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda menyemir sepatu paman sekuriti yang sudah begitu baik memberikannya kesempatan untuk menonton televisi.

"Dia ditinggalkan orang tuanya, sama seperti aku " lagi-lagi kai berkata.

"Dan sama seperti aku banyak sekali orang-orang yang membantu dan menyayangiku seperti nenek " dia bicara sambil terus fokus pada sepatu yang dia pegang.

"Berarti kamu adalah anak yang sangat beruntung " ucap paman sekuriti, "ada nenek yang menyayangimu dan semua penduduk desa ini "

"Kamu juga anak yang baik dan pintar, paman yakin suatu hari nanti kamu akan jadi orang yang sangat sukses! "

"Paman doakan saya " ucapnya, "karena saya ingin menjadi orang pintar yang dapat membuat gambar bergerak seperti hachi tadi! "

Tawa paman sekuriti menggelegar, "tentu saja kamu akan dapat meraih cita-citamu asal kamu belajar dengan baik! "

Kai tertawa senang dan mulai membayangkan tentang masa depannya nanti.

Dia berjalan menyusuri jalan sambil membayangkan kartun hachi yang di tontonnya tadi, semua yang dilihatnya membuat dia tidak dapat move on dari apapun yang selalu dia ingat adalah kembali pada keinginannya membuat sebuah kartun bergerak.

"Kenapa aku menjadi ingat dengan anneth " kai berhenti di depan sebuah pagar rumah di depannya.

"Aku ingin bercerita denganmu anneth, aku juga sudah menonton kartun kesukaanmu " tawa kai muncul setelah dia bicara sendiri.

Dia memandangi di balik pagar rumah yang jauh di dalam sepi dari pemilik rumah, hanya satu harapannya dia dapat bicara dengan anneth menceritakan keseruannya menonton kartun favoritnya.

Rupanya kai telah terbiasa pada kehadiran dan celotehan anneth yang membuatnya begitu kesepian ketika sahabat barunya itu pergi meninggalkannya

Next chapter