webnovel

Kembalinya Marionette

Jack menatap ke arah Bramastyo yang masih berdiri mematung di depan Audi. Ingin rasanya dirinya berlari ke luar dari ruang kerja atasannya mengingat hawa di sekitar mereka begitu mencekam. Namun, jiwa pengabdian yang sudah mendarah-daging dalam dirinya, membuat Jack tidak juga merubah posisi berdirinya.

Tsk. Mengapa suasana menjadi semakin mencekam? Jack merapatkan kedua telapak tangannya satu dengan yang lain.

"Diakah Marionette?" Audi kembali bergumam, membuat Bramastyo yang berdiri tidak jauh darinya menatap tajam gadis itu. Sosok perempuan yang dulu pernah hadir di mimpinya beberapa hari yang lalu kini hadir kembali di hadapannya, bukan lagi di dalam mimpinya.

Marionette? Siapa lagi itu? Mengapa gadis ini menyebutkan nama-nama aneh?

"Siapa Marionette?" tanya Bramastyo sambil setengah berbisik. Ia juga tidak melepas pandangannya dari sosok yang melayang dari kejauhan dengan gaun perak yang melambai-lambai.

Audi mendelik. "Kau juga pernah mendengar nama itu?"

"Bukankah kau baru saja menggumamkan namanya?"

"Benarkah?"

Tiba-tiba angin yang sangat dingin kembali berhembus di ruangan itu. Dalam sekejap ruang kerja Bramastyo berubah menjadi padang rumput luas. Langit tidak lagi cerah melainkan gelap, karena awan hitam menutupi hampir seluruh langit yang bisa dijangkau penglihatan ketiga orang itu.

Sosok perempuan bergaun perak yang disebut Audi sebelumnya, terlihat datang dari kejauhan, melayang anggun menuju ke tempat di mana Audi berdiri. Bramastyo merasa dirinya sedang berada di negeri asing yang penuh dengan ilmu sihir.

Perempuan bergaun perak itu menatap tajam ke arah Audi. Ia tampaknya tidak mengetahui jika ada orang lain selain gadis yang tengah berdiri di depannya. Apakah mungkin keberadaan Bramastyo dan Jack tidak terdeteksi olehnya?

"Mengapa kau mengusirku dari tubuhmu?" Suara Marionette melengking, menusuk telinga.

Audi melotot marah ke arah Marionette. "Mengapa kau justru memarahiku? Aku yang seharusnya bertanya padamu? Mengapa kau merasuk ke dalam tubuhku? Memutar-mutarkan ingatanku dengan ingatan seseorang yang tidak kukenal dan tidak aku ketahui asal muasalnya." Audi terus saja mengomel, memarahi Marionette.

"Kau sendiri yang menyerahkan dirimu padaku," jawab Marionette enteng.

"Aku tidak pernah menyerahkan hidup dan diriku untuk siapa pun! Hidup dan badanku hanya milikku! Bukan untuk dimasuki roh jahat sepertimu!" Audi berteriak marah. "Enak saja kau! Bicara jangan asal bicara. Aku tidak pernah bertemu denganmu dan juga tidak pernah mengenalmu!"

Marionette tertawa melengking, membuat Bramastyo dan Jack menutupi kedua telinga mereka yang tiba-tiba terasa ditusuk puluhan jarum. Sakit dan perih.

Audi pun menutupi kedua telinganya.

"Kau harus bersedia meminjamkan tubuhmu padaku!!" Marionette berseru sambil mengangkat telunjuknya ke depan. Tiba-tiba tubuh Audi terangkat ke atas lalu mengambang sebentar. Marionette kemudian memutar jari telunjuknya searah jarum jam beberapa kali, diikuti dengan tubuh Audi yang mengikuti ke mana jari telunjuk itu berputar.

Teriakan Audi membuat Bramastyo mengutuk sosok perempuan aneh yang masih melayang-layang di udara. Di saat seperti ini, Bramastyo baru menyesali dirinya yang tidak lagi mengasah kemampuan bela dirinya.

Marionette menghentikan gerakannya dan tubuh Adelia langsung jatuh ke tanah. Wajah Audi memerah menahan sakit dan pusing sekaligus. Ingin rasanya ia berlari ke arah Marionette dan langsung menarik rambut panjang perempuan itu hingga perempuan itu jatuh terguling persis seperti dirinya.

Kepala Audi terasa berputar cepat membuatnya merasakan mual yang hebat. Tangan kanannya sibuk memijit kening, sedangkan tangan kiri menutup mulutnya. Melihat keadaan Audi yang demikian, membuat Jack ingin berlari ke luar ruangan untuk mengambil sebuah baskom besar untuk diberikannya kepada Audi.

Namun sayangnya, Jack hanya melihat sebuah bejana yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri, lalu meletakkannya di dekat Audi dan berdiri sedikit menjauh dari gadis itu.

"Keluarkan saja isi perutmu jika itu akan membuatmu merasa lebih baik," bisik Bramastyo yang diam-diam sudah berada di belakang Audi, memijat tengkuk Audi, merangsang agar Audi mengeluarkan isi perutnya.

Jack harus mengalihkan pandangannya sementara Audi terus mengeluarkan isi perutnya, dengan Bramastyo yang terus memijat tengkuknya.

"Apakah kau masih bersikeras menolak kehadiranku di tubuhmu?" Marionette menatap tajam Audi.

Audi masih terus memuntahkan isi perutnya walau sekarang yang ke luar tidak sebanyak sebelumnya.

"Jawab pertanyaanku!" seru Marionette sambil kembali mengangkat jari telunjuknya.

Namun, sebelum tubuh Audi kembali terangkat ke udara mengikuti gerakan jari telunjuk Marionette, Bramastyo langsung mendekap erat tubuh Audi dari belakang. Ia tidak mengijinkan Audi kembali tersiksa seperti tadi. Jika pun gadis itu harus merasakan hal yang sama, maka dirinya akan menemani gadis itu.

Entah karena tubuh Bramastyo yang lebih berisi dibandingkan Audi yang berperawakan kecil dan ramping, atau karena ada kekuatan tersembunyi dalam tubuh Bramastyo yang menyebabkan Marionette tidak lagi bisa menggerakkan jari telunjuknya sesuai keinginannya.

"Sialan! Aku tidak punya urusan denganmu, jadi menyingkirlah dari tubuh gadis itu!" geram Marionette menatap Bramastyo dengan penuh amarah.

"Aku tidak akan pernah mengijinkanmu menyiksa adikku lagi!" balas Bramastyo sambil mempererat dekapannya

Tawa Marionette meledak seketika. "Kau memang bodoh! Bukankah gadis itu sudah mengatakan padamu jika dia bukanlah adikmu? Mengapa kau masih mempercayai omong kosong itu?"

Bramastyo bergeming. Pikirannya mulai terpengaruh oleh perkataan perempuan itu.

"Dia bukan adikmu. Adikmu sudah mati!" Perkataan Marionette bagai petir menyambar Bramastyo. Ia melepaskan tangannya dari tubuh Audi, dan saat itu juga, tubuh Audi mulai terangkat ke udara.

"Tuan Muda!!!!" teriakan Jack membuat Bramastyo kembali sadar dan melompat tinggi berusaha meraih kembali tubuh Audi.

Beruntung tubuh Audi belum terangkat begitu tinggi, Bramastyo berhasil meraih kaki Audi. Dengan susah payah, Bramastyo menarik turun tubuh Audi dan dengan cepat ia kembali memeluk pinggang Audi yang kini jatuh pingsan.

"Kauuuu! Berani sekali kau mencampuri hal yang bukan urusanmu!"

"Mungkin dulu bukan urusanku, tapi sekarang menjadi urusanku!" Bramastyo menatap balik Marionette. "Tinggalkan tubuhnya! Jangan mencoba kembali untuk merasukinya!"

Marionette tergelak dan tertawa panjang. "Itu hanya terjadi dalam mimpimu! Aku tidak akan pernah meninggalkan gadis itu. Dia adalah pilihan yang tepat untukku membalas dendam!" Mata Marionette berubah menjadi merah seperti kobaran api.

Bramastyo masih mendekap Audi yang belum sadarkan diri, hingga dirinya merasa sudah kembali menjejakkan kedua kakinya ke tanah.

"Enyah kau dari sini!" usir Bramastyo dengan suara lantang dan membahana. Suara Bramastyo ternyata mampu menggulung Marionette hingga sosok perempuan bergaun perak itu terpelanting jauh meninggalkan mereka bertiga.

Keadaan ruangan Bramastyo dengan cepat kembali ke keadaan semula. Tubuh Audi yang pingsan, terkulai lemah dalam pelukan Bramastyo. Jack segera menyiapkan kembali sofa yang digunakan untuk membaringkan Audi sebelumnya.

"Siapa perempuan tadi?" Jack membantu membetulkan posisi Audi, lalu menyerahkan selimut kepada Bramastyo.

"Gadis ini sebenarnya siapa?" Bramastyo menatap lekat wajah Audi setelah menutupi tubuh Audi dengan selimut yang diberikan Jack kepadanya.

"Atau mungkin Nona Adelia bukanlah Nona Adelia?" Jack mengutarakan pendapatnya.

Bramastyo bergeming. Ia tidak menyanggah pendapat asistennya itu. "Mungkin. Lebih baik kita menunggu Adelia sadar dulu. Masalah ini lebih baik kita rahasiakan. Jangan sampai papa dan mama tahu sebelum kita mengetahui kebenarannya."