11 Aku Malu

Tandri meraih kedua tanganku dan memborgolnya di kepala ranjang. Aku mulai panik dengan tindakannya ini. Tidak, aku tidak mau di bobol dan di masuki. Aku sama sekali tidak mau.

______________________________________

Warning +18

Terdapat adegan dan kata-kata cabul.

______________________________________

Tandri si pria mesum ini menahan rahangku dengan jari-jari tangannya yang lentik dan kuat. Dia memaksaku untuk menatap wajahnya.

"Tandri jangan, aku mohon."

Tandri menatapku dengan wajah sendu dan sedikit membelai wajahku dengan tangannya, "Elen, puaskan aku."

Setelah mengatakan itu, Tandri menciumku tepat di area leher dan dagu. Dia sedikit menjilat, mengigit, dan mengisap leherku. Oh tuhan apa yang harus aku lakukan(!) Apa ini karma yang aku dapatkan karena membuli dia saat kecil dulu(?) Kalau aku tahu balasan Tandri akan seperti ini saat dia Dewasa, mungkin saat kecil dulu aku akan memperlakukan dia dengan sangat baik. Apa lagi, apa susahnya berteman dengan Tandri.

Aku sangat menyesal. Tuhan kembalikan masa kecilku dulu.

"Ahh.. Tandri." Kagetku pada apa yang aku rasakan di bawah tubuhku saat ini. Aku merasa ada benda bergetar yang di masukan di dalam tubuhku oleh tandri. Dan terasa sangat aneh.

"Ap–apa yang kamu masukan dalam anusku?"

"Hanya mainan seks." Jawab Tandri santai.

"Tandri keluarkan. Ini, ini terasa aneh."

"Ssttt... Diam dan nikmati saja."

Tandri si pria mesum ini membuka borgol yang terdapat di pergelangan kakiku, dan kemudian mengambil sesuatu yang aku tidak tahu apa kegunaannya. Dia menaruh sesuatu seperti karet yang di lapisi dengan rantai di bawah lututku dan menariknya ke arah kepala ranjang, sontak tindakan tersebut membuat kedua kakiku mengangkang lebar ke atas.

"Tandri..." Teriakku tidak percaya dengan tindakannya ini.

"Tidak perlu malu istri... Di sini hanya ada kita berdua."

Tidak perlu malu kamu bilang.

Tubuhku bugil tanpa busana bahkan tidak ada sehelai benangpun yang terdapat di tubuhku, tangan terborgol dan kaki yang mengangkang lebar dengan posisi berbahaya seperti ini kamu bilang tidak perlu malu(!!)

Kamu bajingan Tandri.

"Elen wajahmu memerah."

"Sialan, aku tidak akan ampuni tindakanmu ini. Aku akan memberitahu kedua orangtuamu dan melapormu di kantor polisi atas tindakan pelecehan seksual... (menangis)"

Aku berteriak marah padanya, bahkan saking takut akan di bobol olehnya, aku bahkan sampai menangis tersedu-sedu di depannya yang saat ini sedang menatapku dalam diam tanpa melakukan apa-apa.

"...(menangis)... Apa kamu akan menghukumku seperti ini? Aku minta maaf atas tindakan buruk yang aku lakukan padamu di masa lalu... (menangis) ..."

Tandri terkekeh pelan saat mendengar ucapanku barusan. Sungguh apa ada yang lucu dengan perkataanku barusan sampai membuatnya terkekeh(?)

"Bukankah penyesalanmu sudah terlambat! Sudah tiga belas tahun lamanya dan baru sekarang kamu meminta maaf padaku dengan tulus!"

Tandri menahan rahangku dengan sangat keras sampai membuatku merasa sangat kesakitan.

"Aa..sakit." Ucapku padanya.

"Hanya seperti ini saja dan kamu sudah merasa kesakitan?! Luar biasa sayang... Aku bahkan masi mengingat rasa sakit saat kamu memukuliku dan menendangku di sekolah dasar. Rasa sakit itu membuatku bangkit dan ingin melampauimu."

Tandri melepaskan cengkramannya pada rahangku dan kemudian mengambil posisi duduk di antara belahan pahaku yang saat ini terikat mengangkang lebar.

Tandri mengusap lembut wajahku dan berkata, "Tenang istri, rasanya tidak akan sakit." Setelah mengatakan itu, Tandri mulai membuka Res celana miliknya dan mengeluarkan miliknya yang sudah setengah menegang. Dia pun perlahan tapi pasti mulai mengocok miliknya sendiri sambil menatapku dengan cabul. Entah merasa kurang puas atau apa, Tandri membuka pakaian beserta celana yang ia kenakan, dan kemi berduapun bugil bersama.

Aku yang sudah panik hampir mati, kini mulai berusaha melepaskan diri. Aku berusaha menarik paksa borgol yang berada di pergelangan tanganku dan tempat tidur. Tidak lupa aku mulai berteriak ketakutan dan meminta tolong. Akan tetapi percuma saja, itu hanya menghabiskan suara dan tenafaku, di rumah ini tidak ada seorangpun selain aku dan Tandri. Semua orang tengah sibuk dan bekerja di kantor.

Aku sangat panik.

Aku menangis tidak perduli dengan rasa malu lagi.

Tolong aku, kumohon siapapun itu.

Tandri mengeluarkan fibrator yang berada di dalam anusku dan menggantikannya dengan kepunyaannya yang besar, keras, dan tebal. Sontak akupun berteriak kesakitan, anusku masih terasa kering dan Tandri langsung memasukan miliknya begitu saja tanpa melakukan penetrasi lebih dulu. Jika hanya mau di andalkan fibrator yang Tandri masukan, aku rasa itu masih kurang.

Tandri memasukan miliknya perlahan dan siksaan yang aku dapatkan juga semakin mengerikan.

Selamat tinggal... Aku sudah di bobol.

Tunggu apa yang terjadi padaku, aku merasa sesak. Pernapasanku, aku kekurangan oksigan.

"Tandri... Tandri..." Aku berteriak dengan susah payah.

Aku melihat Tandri mengerutkan kening menatapku.

"Elen, apa yang terjadi. Apa kamu baik-baik saja?!" Kata Tandri dengan suara yang terdengar sangat panik.

"Aku... Sesak."

Tandri panik dan mengeluarkan miliknya yang sudah setengah jalan masuk dalam anusku. Tandri membongkar dos yang berada di bawah tempat tidur dan mengambil kunci borgol.

Sedangkan aku saat ini seperti ikan yang sudah kehilangan pasokan oksigen.

Tandri dengan cepat membuka semua borgol yang berada di tangan dan kakiku, dan kemudian membawaku ke dalam pelukannya.

Beberapa saat kemudian pernapasanku mulai kembali normal.

"Bodoh. Kenapa tidak bernapas." Ucapnya yang masih setia memelukku.

"Kamu yang bodoh...(menangis)... Kenapa memasukan milikmu tanpa memberi pelumas terlebih dulu...(menangis)... Rasanya sangat sakit."

"Maafkan aku."

Aku memeluk leher Tandri dengan erat sambil menangis.

"Sebaiknya kamu memukulku saja dari pada memperkosaku seperti ini..."

"Maafkan aku."

Hanya itu yang bisa di katakan Tandri.

Selama kurang lebih tiga puluh menit, aku masih memeluk Tandri dengan posisi aku mengangkang di atas pangkuannya tanpa ada niat untuk melepaskan pelukanku.

"Elen..."

"En..."

"Sampai kapan kamu akan terus memeluku seperti ini?"

Bukannya melepas pelukan Tandri, aku malah semakin mengeratkan pelukanku pada Tandri.

Alasanya kenapa(?)

Sialan, AKU SANGAT MALLUUUUU...!!!!!!!

AAAAAAAA... MAU DI SIMPAN DI MANA WAJAHKU.

Apa yang harus aku lakukan(?) Kami berdua saat ini dalam keadaan bugil, kulit dan kulit saling bersentuhan satu sama lain, dan milik Tandri juga sudah sempat memasuki goa sempitku, walaupun hanya setengah jalan saja. Tapi tetap saja itu sangat memalukan buatku.

"Elen?"

Panggil Tanrdi sekali lagi.

"Tandri..."

"En. Ada apa?"

"Aku malu."

Tandri, "..."

Tandri terkekeh pelan dan mengusap lembut kepalaku.

"Sebentar lagi bibi Gon akan datang membawa anak kita. Apa kamu akan tetap menempel padaku seperti ini? Bukankah lebih memalukan jika ada orang lain yang melihat keadaan kita saat ini? Ayo bangun."

"Tidak mau, tidak mau."

"Kenapa tidak mau?"

"Aku malu."

Tandri mencium leherku lembut, "Kenapa harus malu, kita berdua sudah sah dan menikah. Apa lagi ini bukan pertama kali kita melakukan ini."

Elen, "..."

"Kita sudah sering melakukan ini sampai Rembulan telah hadir dalam kehidupan kita. Jadi kenapa kamu masih malu."

Apa yang orang gila ini katakan(?)

Otakku yang sudah tidak waras atau emang Tandri yang tidak lagi waras(!)

Aku mengangkat wajahku dan menatap Tandri.

"Apa yang kamu bicarakan?"

Tandri menatapku lekat, aku merasa dia seperti sedang mencoba menahan senyum.

"Rembulan itu anakku?" Kataku bingung, "Sejak kapan aku memiliki anak!"

Pada saat pikiranku masih melayang dengan kebingungan. Tanpa aku sadari Tandri sudah mengangkat bokongku dan memasukan miliknya kembali dalam anusku yang ketat.

Elen, "Tandri apa kamu sudah... Aaaaa! Tandri sialan, ini sakit..."

Aku mencoba menghindar dan berdiri dari pangkuannya. Dan luar biasa dengan sigap dia kembali membuatku terduduk di pangkuannya.

Sensasi yang aku rasakan saat ini.

Aku ingin mati.

TANDRI KEPARAAATTT... PRIA MESUM GILA.

Tandri membaringkanku di tempat tidur dengan posisi miliknya yang masih tertanam sempurna di dalam tubuhku.

"Sialan kamu Tandri... Aku benar-benar akan melaporkanmu..."

"Silahkan sayang."

"Bajingan, pembohong, kamu sengajakan mengatakan itu agar aku tidak waspada padamu, dan kamu dengan jahatnya mengambil ke untungan dari ku. Kamu pria... Aaaa! Tandri lebih pelan."

Tandri si pria mesum ini tengah memompa masuk keluar dari dalamku. Guncangan yang di berikan padanya sangat biadap.

Desahan-desahan erotis tidak henti-hentinya keluar dari mulutku. Sungguh aku merasa otakku telah di cuci bersih olehnya dan...

Aku merasa perlakuannya saat ini padaku terasa sangat enak.

Benar... Sungguh rasanya sangat enak, sampai membuatku ingin menangis.

Aduh kembalikan otakku yang polos dan jernih.😭

"Elen, apa rasanya enak?" Ucapnya dengan suara serak dan tidak lupa dengan kondisi pinggulnya yang masih bergoyang.

"Enak... Rasanya enak." Kataku dengan susah payah.

Tandri tersenyum manis, "Benarkah..."

Aku menatap Tandri yang sedang bekerja keras di atasku. Wajahnya, lehernya, dan tubuhnya yang di penuhi keringat, entah kenapa terlihat sangat seksi di pandang.

Ibu, otak anakmu ini sudah tidak lagi suci.

Tandri mengubah posisi tubuhku dengan sangat cepat dan kemudian kembali menusukku dari belakang.

Aku meraih kepala ranjang agar aku jadikan pegangan tanganku, rambutku saat ini sudah di basahi keringat, kedua kakiku sudah gemetar, dan mulutku tidak henti-hentinya mengeluarkan suara cabul.

Entah berapa lama kami berdua melakukan itu, yang aku tahu aku jatuh pingsan, kemudian aku kembali tersadar, dan aku masih melihat Tandri menyetubuhiku tanpa ada niat untuk berhenti. Dan aku pingsan lagi untuk kedua kalinya.

Sialan benar kamu Tandri (╥﹏╥)

Mesummu sudah sampai ke tingkat akut dan tidak dapat lagi tertolong.

Kamu bahkan menyetubuhi orang yang tidak lagi sadarkan diri. Bukankah itu mesum yang tidak dapat lagi tertolong(!)

Aku... Aku tidak dapat lagi berkata-kata atas kemesuman Tandri.

.

.

.

Bersambung . . .

Selesai pengetikan pada hari–

Minggu, 29 – 11 – 2020

Pukul, 11.02 wita

_______________________________

Author, : Kasian Elen, dia sangat tersiksa."

(´ ▽`)..o♡

Elen, "Author sialan" (╯°□°)╯︵(\ .o.)\ (Aaaaa...!!) "Tulis novel yang benar sedikit... Ubah...aku ingin menjadi Seme."

┻━┻ ︵ヽ(`Д´)ノ︵ ┻━┻

Tandri, "Kamu tidak cocok istri."

Author, "Benar kata suamimu... Kamu terlalu pendek dan kecil untuk menjadi Seme."

Elen, "Ubah jalan ceritanya. Ubah aku menjadi pria tinggi dan tampan." ヽ(`Д´)ノ🔥

Author, "Tidak segampang itu Bambang."

Elen, "▄︻̷̿┻̿═━一 - - - -

Author, "..."

Tandri, "..."😳

Author, "💃Aaaaa....!!! Elen keparat. Aku akan menyiksamu."

avataravatar
Next chapter