webnovel

"When You Love Someone"

Arin wanita polos dan pendiam yang selalu gagal dalam percintaan, bertemu dengan Brian cowok dingin dan kaya raya. Dua karakter yang berbeda membuat mereka sulit menyatu seperti air dan minyak. Seiring berjalannya waktu mereka akhirnya menjadi dekat sebagi seorang teman. Hubungan mereka mejadi tidak jelas dan terjebak dalam hubungan 'Friend Zone'. Mereka harus berpisah dengan cara yang tidak baik dan kemudian dipertemukan lagi setelah 10 tahun lamanya. Apakah Kana dan Brian bisa kembali membangun hubungan pertemanan setelah 10 tahun berpisah? Apakah mereka akan memilih keluar dari hubungan 'Friend Zone' dan saling jujur terhadapn perasaan mereka masing-masing?

purplesnow_ · Urban
Not enough ratings
156 Chs

" At The end of The Beach " (1)

***

Arin duduk dihalte bus, sudah sekitar 15 menit dia menunggu tapi tak ada satupun bus yang lewat. Arin sedikit termenung dengan memainkan kakinya yang gesrekkan pada tanah pikirannya teralihkan saat mengingat kejadian dipantai tadi, membuatnya menghela nafas beberapa kali karena dadanya terasa begitu sesak. Hujan turun dengan sangat deras, membuatnya merasa sedikit kedinginan.

Arin terus menghela nafasnya sembari mengingat kejadian dipantai, pertemuannya dengan Brian yang berada dihadapanya tetapi malah pergi begitu saja dengan wajah dingin dan terlihat seperti tidak mengenalinya.

" dia itu cuman pura-pura nggak kenal atau emang udah ngga kenal gue .. huff .." gerutu Arin yang kesal saat memikirkan kejadi saat dipantai tadi, ia mulai menyesal apa yang ia lakukan.

" seharusnya tadi gue juga nggak usah nyapa aja .. cihh .. menyebalkan"

Tapi jika dipikrikan kembali, Arin tidak ingin ambil pusing entah apa yang terjadi dipantai. Lagi pula dirinya sudah berusaha menerima dan melupakan masa lalu. Masa lalu yang membuta harga dirinya hancur dan merasakan patah hati untuk pertama kali. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri unutk hidup dengan memikirkan diri sendiri dan tidak terjebak dimasa lalu.

***

Brian kini berada didalam mobil untuk berjalan menuju hotel tempat tinggalnya. Tapi pikirannya tak bisa berhenti memikirkan hal yang dipantai. Ekspresi wajah Arin terrus teringat dipikirannya. Persaraan bersalah yang terus mengusiknya dan akhirnya membuat Brian langsung memutar balikan mobil dan menginjak gas dengan kecepatan penuh untuk kembali ke pantai.

Karena hujan turun dengan deras membuat penglihatannya sedikit terganggu. Ia sudah berada didaerah sekitar pantai tempat dimana ia bertemu dengan Arin. Dari jarak yang cukup jauh. Brian melihat keberadan Arin dari balik kaca yang tertutup oleh air hujan. Disebuah halte bus, Arin terlihat sedang terduduk sendiri disana. Ia pikir, sepertinya Arin sedang menunggu bus. Segara Brian melaju mendekati halte tersebut. Berhenti tepat disamping Arin duduk.

Sambil membuka kaca jendela mobilnya. Terlihat wajah Arin yang kebinggungan.

" ARINN .. AYO MASUK ..!" ajak Brian yang mengeraskan suaranya karena sepertinya hujan mengganggu suaranya.

Tapi Arin tidak langsung merespon ajaknya, wajahnya masih terlihat linglung dan kebinggungan melihat Brian yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Tentu saja Arin sangat kebinggungan, kenapa tiba-tiba Brian berubah sikap setelah apa yang terjadi dipantai dimana Brian mengabaikannya begitu saja, tapi kini mengajaknya untuk memberikan tumpangan.

" AYO CEPAT MASUKK..!! hujannya deres .." ucap Brian yang meninggikan nada suaranya karena air hujan mulai masuk kedalam mobilnya.

" OH !? OHH ..!!". Jawab Arin pun segera berlari mendekati mobil Brian. Membuka pintu dan masuk kedalam. Sambil mengenakan sabuk pengaman, Brian pun segera melajukan mobilnya.

Mereka terdiam beberapa. Suasana menjadi canggung dan hening. Hanya terdengar suara hujan diluar. Arin masih membersihkan rambut dan bajunya yang terkena air hujan sambil mencoba berfikir apa yang harus ia bicarakan agar suasana tidak canggung.

" pakai ini ..!" ucap Brian.

Arin binggung dan terus memandangi tangan Brian yang menyodorkan sapu tangan kepadanya. Dengan ragu Arin mengambilnya.

" eh ? emm .. makasih ..". ucap ragu Arin. Melihat sikap Brian yang tiba-tiba berubah setelah apa yang dia lakukan padanya saat dipantai. Perasaan kesal yang seakan ditahan oleh rasa senang karena bisa bertemu tapi malah diabaikan. Sangat aneh dan semakin membuatnya kesal.

" lu mau pergi kemana ...?" tanya Brian yang memecahkan suasana sunyi didalam mobil.

" ehm ..?" Arin terkejut mendengarnya. Dengan wajah ragu. " ahh .. sebenarnya tadi itu gue mau cari makan malam, tapi busnya agak ada yang dateng, coba nyari ojek online nggak ada yang terima, mungkin karena hujan .." ungkap Arin tanpa sadar menceritakan semua apa yang ia alami sebelum naik kedalam mobil Brian, saat menyadarinya ia merasa menyesal sendiri saat melihat kearah wajah Bran dari samping tampak begitu datar seakan tidak mendengarkan ucapannya.

" kaya gue ngerepotkan lu .. lu bisa turunin gue dimana aja kok .." ucap Arin yang entah mengapa merasa kesal saat melihat sikap dingin Brian, ia hanya bisa mengela nafas menahan emosinya, harga dirinya terluka kembali. Dadanya terasa sangat perih dan membuat matanya terasa panas seakan air mata mulai menggenang disana. Memandang luar jendela yang saat ini hujan deras. Dan suasana kembali menjadi hening.

Hingga akhirnya Brian menghentikan mobilnya. Arin masih terdiam melihat luar kaca jendela mobil. Ia binggung saat melihat suasana diluar. Ia pikir Brian akan menurunkkannya dijalan, tapi ternyata ia malah berhenti disebuh restoran.

Brian yang sudah melepaskan sabuk pengaman, binggung melihat Arin yang masih melihat keluar jendela. " nggak turun ..?" tanyanya.

" oh ..?!! ohhh .." Arin yang sentak terkejut, wajahnya yang binggung sambil melepas sabuk pengaman, mengikuti Brian yang sudah keluar dari mobil terlebih dahulu. Arin mengikuti Brian, ia keluar dari dalam mobil.

Walaupun hari sudah malam, restoran ini terlihat cukup ramai oleh pengunjung lokal maupun turis yang sedang menikmati makanan khas bali dengan suasana tempat yang terlihat seperti alam bebas. Sorot lampu yang sedikit padam menambah ketenangan pada restoran ini. Terlihat sederhana dan nyaman. Tapi tidak untuk Arin dan Brian. Mereka saling terdiam dan tak berani melihat satu sama lain karena terlalu canggung.

" kenapa malah kesini ?" tanya Arin yang masih binggung dengan sikap Brian yang terus saja beruba-ubah tanpa bisa ia tebak, seperti sebuah teka-teki sulit diserial detectif. Wajah yang selalu datar tapi sikapnya selalu bertolak belakang.

" katanya mau makan, gue juga belum makan apapun " ucap Brian dengan tenang tapi hal itu malah membuat Arin merasa bersalah dengan apa yang sudah ia memikirkan hal buruk tentang Brian.

Mereka saling terdiam tanpa berani menatap satu sama lain karena ini terlalu canggung untuk mereka. Tidak lama kemudian dua pelanyan datang sambil meletakan makanan diatas meja. Dan mereka mulai memakan dengan kesunyian ditempat yang cukup ramai dengan orang-orang yang sedang berbincang-bincang.

Setelah selesai makan, Brian menunggu Arin yang masih berada didalam. Arin sedang pergi ke toilet. Sudah sekitar 5 menit Brian berdiri didepan pintu masuk restoran. Terdiam memandangi bulan yang tampak terang diatas langin malam. Padahal hujan sempat turun tapi bulan masih tetap bersinar dilangit dan ditemani oleh bintang.

" Brian .. kenapa malah lu yang bayar makanannya ..?" tanya Arin yang datang dari belakang. Tapi Brian tak menjawab pertanyaannya dan hanya menengok kearahnya lalu kembali mendengakkan kepalanya keatas.

" gue jadi gak enak, lu udah kasih gue tumpangan sekarang lu juga yang bayar makanannya .. hufff .. gue ngak suka berhutang budi sama orang lain .. " ucap Arin sembari merundukkan kelapanya.

Brian menengok ke arah Arin yang menundukkan kepalanya. Entah mengapa ia merasa hatinya sakit saat mendengra Arin menggapnya seperti orang asing.

" nggak apa-apa, nggak usah dipikirin ... " ucap Brian yang terus memandang bulan yang tampak begitu terang, sambil mencoba menenangkan pikirannya.

" waoh .. kenapa disini bintangnya banyak banget yahh ... nggak kaya di Jakarta .." ucap Arin tampak begitu terpesona dengan penampakan bulan yang ditemani ribuan bintang yang begitu bercahaya dilangit.

" di Jakarta itu banyak lampu dan gedung pecakar langit, makanya nggak kelihatan .. " jelas Brian dengan singkat dan jelas.

" emm begitu ya, emm kalau di Kanada ? apa disana banyak bintang ..?" tanya Arin sambil melihat kearah Brian, yang entah mengapa saat melihat wajah Brian tampak samping. Wajah yang sudah lama ia tidak pernah ia lihat dan semakin ia melihatnya semakin Arin tidak bisa mengendalikan dirinya.

" nggak juga, di Kanada gue jarang keluar saat malam hari " jawab Brian.

" ahhh .. gitu yaahh ..".

Keheningan kembali mengelilingi mereka.

" kalau gitu gue pergi duluan yaa" ucap Arin yang sudah tidak sanggup berada dalam suasana yang canggung ini. rasa seperti terkunci diruangan kosong dan pengap.

" biar gue antar .." ucap Brian.

" nggak usah, gue bisa sendiri, gue udah banyak ngerepotin lu .." ucap Arin.

Mendengar penolakan Arin yang sudah terlalu kelewatan menggapnya seperti orang asing membuatnya semakin kesal. Kemudian Brian pun memutuskan untuk berjalan duluan menuju tempat parkir karena tidka ingin melampiaskan emosinya pada Arin.

Melihat Brian yang pergi begitu saja membuat Arin kebinggungan dan berfikir mungkin Brian benar-benar tidak mengelak ucapannya dan pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan.

" cih .. dia benar-benar nggak berubah, selalu aja pergi tanpa salam .. Huff .." gerutu Arin yang kemudian ia pun mulai kembali berjalan menuju jalan raya yang jaraknya cukup jauh dari tempat restoran berada.

***