webnovel

"Ku Tunggu Kau di Surga"

Nirmala, gadis berusia 20 tahun, dia pengidap penyakit leukimia. Dan divonis dokter umurnya tidak akan lama lagi. Dia adalah anak pengusaha kaya. Nirmala tinggal bersama ibu tirinya. Suatu hari Nirmala dijebak Lea sedang minum-minuman keras di sebuah bar, dan berfoto-foto mesra dengan seorang pria dalam satu ranjang. Hingga dia diusir dari rumahnya sendiri oleh Sony(papanya). Nirmala tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena kejahatan Lea. Dengan bantuan Bi Ijah asisten rumah tangga Nirmala, Nirmala bisa tinggal bersama Bibinya di kampung. Suatu hari dia bekerja terlalu keras membantu sang Bibi di persawahan. Hingga dia lemas, mimisan dan akhirnya pingsan. Sang Bibi membawanya ke dokter, kata dokter itu hanya faktor kelelahan. Seminggu kemudian, itu sering terjadi. Hingga kejadian itu terjadi beberapa hari kemudian. Dari pemeriksaan dokter dirumah sakit, Nirmala pengidap penyakit Leukimia akut. Disebuah pasar Nirmala bertemu dengan Kevin. Dari sanalah awal mereka kenal. Yang tiap harinya mereka selalu bertengkar, namun lama-lama kebencian itu berubah jadi cinta. Karena biaya pengobatan Nirmala yang mahal, dia memutuskan untuk bekerja sebagai penyanyi disebuah King Club terbesar di Asia Tenggara. Dengan memakai topeng Nirmala menutupi identitasnya. Nirmala bertemu dengan pemilik Club, Jack Wilson. Dia juga Pemilik perusahaan besar di beberapa kota. Jack jatuh cinta pada wanita yang berinisial Issabella itu? bagaimana kelanjutan kisahnya?

Iin_Romita · Teen
Not enough ratings
400 Chs

Keras Kepala

Bab 14

Kevin mulai kesal lagi dengan sikap kasar Nirmala. Memang dasar cewek keras kepala.

"Bisa gak sih pelan-pelan narik tuh sapu tangan. Sampai terkejut sendiri aku. Jadi nyesel bantuin," gerutu Kevin dengan Mengerucutkan bibirnya yang tipis. Meski begitu dia tetap terlihat tampan. Dengan sesekali menyibak sedikit poninya dikening.

Nirmala tidak menggubris ucapakan Kevin Dia pura-pura cuek saja.

"Kenapa? Nyesel tadi membawa aku klinik?" Lagi tanya Nirmala.

"Bukan begitu, abis kamu sih. Jarang-jarang loh aku bisa care sama cewek seperti itu. Kamu harusnya bangga karna kamu adalah gadis paling paling beruntung minggu ini?" Jelas Kevin merasa dirinya paling ganteng sendiri sejagat Maya.

"Haha. Coba kamu ulangi lagi? Maaf aku tadi ngak dengar kau ngomong. Kamu ngomongnya kecepatan!" Nirmala menarik nafas panjang.

"Dasar cewek paling menyebalkan yang pernah ku kenal!" Gerutu Kevin tak terkendali.

"Ya kamu yang nyebelin!" Lagi gerutu Nirmala tidakau dikalahkan.

"Oh ya, tuh tadi pacar kamu cemburu sama aku! Dia marah-marahin aku katanya dia gak mau aku deketin kamu!" Kata Nirmala, Kevin hanya mendengarkan tidak menjwab.

"Kamu dengarkan aku apa gak sih?" Tanya Nirmala memanyunkan bibirnya.

"Ya aku dengar cewek menyebalkan!"

"Siapa disini yang paling menyebalkan?"

Tanya Nirmala dengan melirik mata Kevin.

"Kamu!" Jawab Kevin segera.

"Gak. Kamu!" Nirmala tidak mau kalah.

"Sekarang aku jadi tidak yakin kalau kamu benar sakit tadi. Kamu pasti pura-pura biar bisa aku gendong?" Tanya Kevin

"Siapa yang pura-pura? Apa tadi kamu tidak tanya dokter saja? Supaya jelas?" Tanya Nirmala terakhir kalinya mendengarkan Kevin bicara. Lalu jalan terus meninggalkan Kevin disana.

Kevin berusaha untuk bersikap baik padanya. Dia menawarkan ingin mengantarnya pulang.

"Aku antar kamu pulang, aku khawatir sama kamu. Takut nanti pingsan lagi terus gada yang tahu," gerutu pelan Kevin dengan memalingkan wajahnya.

"Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri!" Jawa Nirmala dengan ketus , segera diae menghadang angkot lewat dari sana.

Dengan melambaikan tangannya, dia berhasil memberhentikan sebuah angkot. Kevin juga ikut naik kedalamnya.

Nirmala yang menyadari itu di fikir dia akan mengikutinya. Tapi siapa sangka dia salah duga.embiaynya malu sendiri.

"Kenapa kamu ngikuti aku?" Tanya Nirmala penuh percaya diri. Dia ingin tersenyum, tapi di tahan.

"Siapa yang ngikuti kamu? percaya diri banget kamu!" Jawab Kevin sewot.

"Kamu naik kesini juga bareng aku!"

"Aku mau balik kepasar, motorku tertinggal dipasar karena mengantarkannu," Kevin menjawab dengan wajah datar dan bibir menciut.

"Terserah saja apa kamu kamua!"

Jarak turun dari rumah ke pasar lebih dekat dari pasar rumah Nirmala.

"Aku turun disini, kamu hati-hati ya!" Pesan Kevin pada Nirmala. Tidak berapa lama, Nirmala juga ikut turun dipasar agak jauh dari tempatnya pingsan tadi.

"Aduh aku lupa sepadaku," kata Nirmala memukul jidatnya sendiri.

Nirmala akan berniat mengayuh dengan santai dan pelan, sebenarnya dia belum kuat untuk itu. Tiba-tiba sepada itu terasa berat untuk dia mengayuhnya.

"Aduh berat banget, seperti gak jalan aja sepeda ini. Apa aku yang terlalu lemah," Gumamnya sendiri, lalu menoleh kebelakang ternyata Melihat Kevin menahannya.

Dia berhenti mengayuh, dan menurunkan kakinya. Dengan gemas dia mulai memarahinya.

"Heh! Bisa lepaskan gak tuh tangan dari boncenganku! Berat tau! dasar cowok pengganggu!" Umpat Nirmala kesal.

"Pasar cewek kepedean! Siapa juga yang mau nahan loe! Sekarang turun dari sepeda! Cepet!" Suruhnya dengan nada kesal.

"Gak mau!" Jawab Nirmala kesal juga.

"Corry ya cewek aneh! Kalau loe naik sepeda trus loe ngguling kejalan raya bahaya tau buat orang lain! Aku gak nguatirin loe! Tapi kasian orang lain juga!" Kata Kevin dengan emosi.

"Tapi gimana dong. Aku mau sekalian bawa pulang ini sepeda kerumah, biar besok aku bisa jualan bawa sepeda ini lagi," jelas Nirmala.

"Emang kalau gak jualan besok beneran kamu gak bisa makan ya?" Tanya Kevin emosinya diatas rata-rata. Baru kali ini dia menemukan cewek paling menjengkelkan.

"Ya makan sih!"

"Nah, itu kesehatan juga perlu dijaga. Gak cuma kerja aja. Tubuhnya tu perlu di kasih istirahat. Udah tau sakit tapi keras kepala!"

"Sudah dong, dari tadi kamu ngomong terus apa gak capek tuh mulut!"

"Apes banget sih harus ketemu loe lagi. Sebenarnya aku gak mau ya tapi aku harus nganterin kamu pulang. Pake sepeda ini! Kamu akan ku bonceng kerumahmu!" Ajak Kevin mengambil alih sepeda bututnya. Dan menyuruh Nirmala naik diboncengannya.

Nirmala nurut aja, Karena hari ini dia harus segera pulang. Melihat kondisinya yang tidak baik hari ini tidak mungkin dia kuat mengayuh sepeda itu sampai depan rumahnya.

Nirmala bersyukur bertwmu pemuda ini, meski banyak ngomong, cerewet, pemarah, ngeselin, dan banyak sifatnya yang tidak dia suka. Dibalik semua itu ternyata dia mempunyai hati yang baik.

Nirmala senyum-senyum sendiri mengingat dari pertama bertemu mereka harus berdebat dulu.

"Namamu siapa?" Tiba-tiba pria itu bertanya namanya, Nirmala diam. Dan Kevin mengira dia tidak mau jawab.

"Aku ganti pertanyaannya, rumahmu mana?" Tanya Kevin dengan tidak ramah.

"Desa Sumber Rame gang Kamboja." Jawab Nirmala singkat.

Selepas itu mereka tidak mengucapkan kata apapun. Nirmala memegangi pinggulnya, Kevin melihat jari-jarinya merapat diperutnya. Senyum bahagia muncul saja dari bibirnya.

Entah mengapa hari ini Kevin bahagia bersama wanita itu, meski menyebalkan ada sesuatu yang ingin lebih dia ketahui darinya.

Kevin masih memikirkan hasil laboratorium Nirmala, sakit apa dia sebenarnya, dari awal berjumpa wajah itu terlihat tidak sehat. Meski Nirmala mengatakn tidak apa-apa pad dirinya.

Sampainya di kamar, Kevin tetap diam hanya melihat nama-nama yang ada didepan gang-gang.

"Uda turun disini aja!" Kata Nirmala yang langsung melompat dari boncengan sepeda yang tidak terlalu tinggi.

"Heh! Bisa gak kalau kamu mau turun bicara dulu! Menyebalkan sekali sih!" Lagi-lagi Kevin kesal dengan tingkah Nirmala yang mengejutkannya.

"Rumahku udah dekat, jadi aku turun disini aja!"

"Gak, aku mau nurunin kamu tepat depan rumah!" Ucap Kevin masih peduli terhadap keselamatan Nirmala.

"Gak usah!"

"Cepat naik lagi!"dengan wajah cemberut Nirmala terpaksa menuruti Kevin yang super galak.

"Itu depan pohon mangga rumah aku, ayo kita masuk. Akan ku kenalkan kamu sama Bibiku," Suruh Nirmala pada Kevin.

Waktu itu sudah sore, terlihat seorang Bibi mondar mandir depan pintu yang terbuat dari papan kayu tidak dicat. Cat-cat papan sudah memudar terkena air hujan.

Sang bibi melihat Nirmala menghampiri seorang pria membonceng Nirmala. Dengan perasaan tenang Bibi Asih tersenyum karena yang dikhawatirkan akhirnya pulang juga.

"Nirmala kemana saja kamu Nak! Ini sudah sore kamu baru pulang, Bibi aSih khawatir? Dan ini siapa?"