webnovel

Bab 4

Menjalani kuliah dan part time menjadi penerjemah membuat Rindi semakin sibuk. Pelan-pelan dia sudah banyak beradaptasi dengan situasi dan suasana di Korea Selatan. Rindi bahkan sudah tidak kikuk ataupun ragu-ragu lagi melakukan semua kewajibannya sebagai muslim di Korea. Nana sahabatnya juga sudah tahu tentang Rindi yang memang berbeda darinya.

Kesibukannya itu tidak membuat Rindi tertutup secara sosial. Dia sering bertemu orang-orang baru berkat Jay. Laki-laki yang lebih tua 4tahun darinya itu sering kali mengajak Rindi untuk menghadiri acara-acara penting. Jay merasa nyaman saat berjalan bersama Rindi. Jay yang juga sudah pensiun menjadi idol itu sekarang dengan bebas bisa dekat dengan perempuan manapun. Terlebih lagi sepertinya Jay bisa move on dari Haejin karena mengenal Rindi yang begitu unik.

"Aku kuliah siang hari ini, besok Aku datang ke tempat kerjamu."

Rindi mengetik pesan singkat untuk Jay, dia kemudian menyimpan ponselnya di dalam tas. Rindi kemudian berjalan keluar dari kamar asramanya, dia membawa setumpuk buku yang harus dia kembalikan ke perpustakaan kampus hari ini.

Jarak asrama yang tidak terlalu jauh dengan kampus tidak membuat Rindi berlama-lama di jalan. Rindi sudah berjalan menuju perpustakaan sekarang. Setumpuk buku itu membuat Rindi sedikit mengomel, seharusnya dia tidak terlalu malas untuk mencicil mengembalikan buku-buku ini. Sekarang dia benar-benar kesusahan karena membawa banyak buku.

"Kalau saja Kau melihatku di depan tadi, seharusnya Kau tidak akan kesusahan membawa buku ini," ujar seseorang yang tiba-tiba mengambil alih setengah dari buku yang Rindi bawa. Kepala Rindi reflek menoleh ke asal suara dan senyum Rindi terukir begitu saja.

"Vic? Sedang apa Kau disini? Kau tidak ada kelas mengajar hari ini?" ujar Rindi yang langsung merasa terbebas dari barang bawaannya yang cukup berat.

"Aku ada mengajar siang ini, tidak lama hanya 2jam. Setelah itu bagaimana kalau kita ke studio Fano hyung? Dia sedang stres berat akhir-akhir ini, sepertinya kita bisa mengajaknya jalan-jalan sebentar," ujar Victor.

Rindi yang tadinya tersenyum langsung merubah ekspresinya menjadi sedikit kecewa.

"Kelasku di mulai siang ini sampai malam, dan Aku ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Bagaimana kalau besok siang saja Aku mampir ke studio Stefano. Kebetulan Aku akan ke kantor Jay untuk membantu sekretarisnya menerjemahkan beberapa berkas," sahut Rindi kemudian.

Victor membulatkan bibirnya sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Mereka akhirnya menuju perpustakaan bersama sembari mengobrol. Victor yang juga pensiun secara kebetulan menjadi seorang dosen di Universitas Rindi. Victor mengajar seni vokal sesuai dengan keterampilan Victor sebagai main vokal di grupnya dulu.

"Aku dengar Kau sedang stres akhir-akhir ini. Ada apa?"

Rindi mengetik pesan singkat pada Stefano, namun sedetik kemudian pesan itu Rindi hapus. Rindi terlihat ragu untuk mengirim pesan pada Stefano.

"Fano_ssi bagaimana kabarmu?"

Rindi kembali mengetik pesan pada Stefano, tapi lagi-lagi Rindi menghapus pesan itu. Rindi menghela napasnya berat, dia tidak bisa mengirimkan pesan itu untuk Stefano. Dia tidak terlalu dekat dengan Stefano jadi dia takut itu hanya akan membuat Stefano merasa risih kalau Rindi mengirim pesan sok akrab seperti itu.

Di studio yang sunyi Stefano sedang menggunkan headset miliknya. Tangannya tidak berhenti menekan piano di depannya, beberapa saat kemudian terlihat Fano menekan keras tuts piano miliknya kesal. Stefano merasa frustasi karena sudah beberapa hari ini dia tidak bisa fokus membuat lagu. Stefano mengacak rambutnya kesal, dia kemudian membuka headsetnya dan melemparnya kemeja begitu saja. Stefano mengambil segelas bir dingin dan meneguknya sampai tandas.

Stefano terlalu fokus dengan lagu-lagunya, sedangkan orang tua Fano selalu saja mendesak supaya Fano segera menikah. Bukan hal aneh memang, terlalu banyak rumor yang menyebar kalau Stefano itu guy. Selama dirinya di dunia hiburan dan sampai pensiun seperti sekarang, Fano belum sekalipun kedapatan memiliki kekasih. Infotainment terkenal di seluruh Korea paling malas kalau meliput kisah cinta Stefano Chan yang tidak ada ceritanya sama sekali.

Kali ini orang tua Stefano sudah tidak mau menunggu lagi. Beberapa hari lalu Stefano sengaja di giring pulang dan di kenalkan dengan perempuan yang Stefano saja enggan melihatnya. Bukan tidak cantik tapi Stefano tidak suka cara berpakaian gadis itu yang terlalu seksi. Stefano kabur di tengah-tengah perjodohan dan memilih menyembunyikan dirinya di dalam studio sekarang. Teman-teman Stefano datang bergantian untuk menemaninya, tapi tetap saja Fano masih merasa tertekan dengan teror orang tuanya.

***

"Makan ini, hyung sangat suka daging bakar kan," ujar Victor sambil meletakkan sepotong daging di mangkuk Stefano.

Kepala Fano mengangguk menanggapi Victor, dia tanpa ragu memasukkan potongan daging itu ke mulutnya.

Stefano memang pecinta daging, dari dulu dia selalu berpikir menambah stamina dan melepas lelah itu sangat tepat dengan cara makan daging. Stefano juga sangat menyukai makanan halal, seperti Rindi. Walaupun dia tidak spesifik menyukai makanan yang mana, tapi setiap kali dia tour dulu. Stefano dan kawan-kawannya selalu memilih restaurant berlabel halal, dimanapun itu.

"Hyung, sebenarnya Kau kenapa harus tinggal di studio?" tanya Victor yang sebenarnya tidak terlalu paham kenapa dia harus kabur dari rumahnya.

Stefani memandang Victor sebentar lalu kemudian sibuk makan lagi. Stefano menghela napasnya pelan, dia kembali mengaduk-aduk makanannya.

"Kalau Hyung tidak bisa cerita juga tidak apa-apa, Aku tahu Hyung pasti belum siap cerita sekarang," sambung Victor lagi yang kemudian memasukkan sepotong Ayam goreng ke mulutnya.

Stefano tertawa kecil melihat Victor, laki-laki di hadapan Fano ini selalu saja lucu saat makan. Victor juga selalu menjadi penghibur untuk Fano.

"Makan yang banyak, Kau pasti banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar di kampus," ujar Stefano mendekatkan semua makanan pada Victor. Kepala Victor mengangguk-angguk mengiyakan sambil sibuk mengunyah makanannya.

Stefano sedang menscroll ponselnya pelan, dia jarang bermain sosial media. Tapi hari ini dia begitu ingin membuka sosial medianya, dia membaca postingan orang-orang yang banyak Stefano tidak kenal. Lalu Stefano berhenti pada postingan Jay yang memfoto pagar asrama Rindi.

Stefano mengerutkan keningnya bingung, kenapa juga Jay harus berada di depan rumah Rindi. Kalau media sampai tahu pasti ini akan menjadi hal yang menghebohkan.

"Aku sudah lama tidak bertemu gadis itu," gumam Stefano yang kemudian mengklik nama yang Jay tandai itu.

Fano meyakini itu media sosial milik Rindi. Benar dugaannya, itu memang medsos milik Rindi. Melihat foto profil Rindi yang lucu dengan rambut bobnya. Stefano menyunggingkan senyum mahalnya.

"Dia lucu juga," lirih Fano.

Jari Stefano tidak berhenti bergerak , dengan alami dia justru ingin banyak tahu tentang Rindi. Stefano berhenti pada postingan Rindi yang membuatnya mengerutkan kening.

"Laguku? Dia suka lagu ini, berarti dia kenal padaku sejak awal. Tapi kenapa dia biasa saja tidak seperti fans yang lain," tanya Stefano bermonolog.

Sedari awal Stefano memang heran, dari mana pun Rindi berasal. Sudah pasti Rindi akan kenal pada member lain, grup Stefano bukanlah grup yang abal-abal. Grupnya sudah sampai manca negara, tidak mungkin kan kalau Rindi tidak mengenali mereka semua. Tapi kenapa Rindi datar-datar saja dan bahkan seperti tidak antusias saat mereka bertemu.

***