webnovel

Bab 3

Rindi merutuki dirinya sendiri sekarang, tidak ada Nana sahabatnya membuat Rindi hanya duduk diam seperti patung sekarang. Tadi dia pergi bersama Stefano ke apartemen baru Jay. Ternyata arah ke apartement baru Jay melewati asrama Rindi.  Tempat tinggal Stefano juga tidak terlalu jauh dari asrama Rindi, jadi Jay minta tolong untuk menjemput Rindi sekalian. Di dalam sudah banyak tamu meskipun hanya teman dekat Jay tentunya. Rindi sekarang hanya mengedarkan pandangannya dengan kikuk, dia lupa kalau dirinya ini satu-satunya orang asing yang ada di ruangan ini.

Jay menghampiri Rindi lalu menyodorkan air mineral pada Rindi. Kepala Rindi mendongak dan kemudian dia tersenyum.

"Ini dari Stefano, Aku lupa kalau kita berbeda." Jay tersenyum memandang Rindi. Dengan ragu-ragu Rindi menerima air mineral dari Jay itu.

"Maaf ya, seharusnya Aku ingat kalau Kau berbeda dengan kami. Aku tahu Ayam itu boleh Kau makan tapi Aku tidak tahu itu di masak seperti apa," terang Jay lagi sambil menunjuk ayam goreng yang ada di meja makan.

Rindi mengikuti arah tangan Jay lalu kemudian dia tersenyum dan menepuk pundak Jay pelan.

"Tidak apa-apa, lagi pula datang di acara orang penting sepertimu saja Aku sudah merasa beruntung. Air mineral ini sudah cukup untukku," sahut Rindi masih saja tersenyum.

Perkataan Rindi benar adanya, dengan di undang datang keacara pindahan rumah ini saja Rindi sudah merasa senang. Karena Rindi hanya mahasiswa biasa yang beruntung bisa memiliki teman di Korea selatan ini.

Waktu berjalan sangat cepat, alarm di handphone Rindi berbunyi. Rindi dengan cepat mematikan alarm itu sebelum ada orang yang terganggu dengan suaranya. Stefano yang sedari tadi duduk di sebelahnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun melirik Rindi.

"Sudah mau pulang? Biar Aku antar," ujar Stefano kemudian kembali sibuk memasukkan potongan buah ke mulutnya.

Rindi menoleh kearah Stefano lalu dengan ragu-ragu dia menganggukkan kepalanya.

"Aku akan beri tahu Jay dulu." Stefano langsung beranjak dan berjalan menghampiri Jay yang sedang asyik mengobrol dan bercanda dengan teman-teman lain. Rindi melihat Stefano sedang berbisik pada Jay lalu kemudian terdengar suara ledekan dari Victor yang cukup membuat wajah Stefano memerah.

Di dalam mobil persis seperti saat menjemput Rindi tadi siang, Stefano hanya banyak diam. Laki-laki itu seperti orang bisu kalau di samping Rindi, padahal saat bersama teman-temannya tadi, Stefano termasuk laki-laki yang ceria. Bahkan banyak bicara kalau berada di dekat Victor. Rindi melihat ponselnya lagi, dia berpikir sejenak. Tangannya dengan reflek menghitung sesuatu. Rindi sedang merasa cemas sekarang. Stefano bisa merasakan itu, dia melirik Rindi sekilas lalu kemudian berdehem.

"Kenapa?" tanya Stefano.

Rindi menoleh kearah Stefano kemudian menggelengkan kepalanya menanggapi.

"Lalu kenapa Kau begitu gelisah, ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Stefano lagi.

Rindi masih diam saja dan hanya memandang laki-laki itu, dia ragu ingin mengutarakan kegelisahannya pada Stefano. Dia takut kalau Fano nantinya akan merasa tidak nyaman dengan apa yang Rindi risaukan sekarang.

***

Rindi sedang menyiapkan hal-hal yang dia butuhkan untuk melakukan pekerjaan paruh waktu. Rindi berhasil mendapatkan freelance sebagai penerjemah online, beruntung sekali Rindi termasuk siswa yang pintar. Bukan hal yang sulit untuk Rindi mendapatkan freelance pekerjaan yang sesuai dengan apa yang Rindi sangat kuasai.

Rindi mulai membuka laptopnya, dia membuka email dan membuka materi yang harus dia terjemahkan sekarang. Rindi tersenyum puas karena pembahasan yang harus dia terjemahkan salah satu hal yang sangat Rindi suka.

Hampir 1 jam bergelut dengan laptop dan juga memeras otak cukup keras. Dering ponsel Rindi membuat Rindi sedikit terkejut dan reflek memegang dadanya.

"Haish...siapa si ngagetin aja," ujar Rindi kemudian langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat nama yang tertera sebelumnya. Sampai-sampai Rindi mengucapkan salam seperti dia mengangkat telepon Bibi atau Pamannya. Karena sejauh ini hanya mereka ataupun Nana yang sering menghubunginya via telepon.

"Kau bicara apa?" terdengar suara yang tidak asing lagi untuk Rindi.

Rindi menjauhkan ponselnya dan membaca nama yang tertera di layar ponsel miliknya.

"Fano_ssi, maaf Aku tadi tidak melihat nama siapa yang menelponku. Dari mana Kau mendapatkan nomorku?" sahut Rindi balik bertanya pada Stefano.

"Kau sibuk? Aku ada di depan asramamu sekarang," sahut Stefano yang kontan membuat Rindi membulatkan matanya tidak percaya.

"Kalau Kau sedang tidak sibuk, keluarlah sebentar," sambung Stefano lagi lalu kemudian mematikan panggilannya sepihak.

Rindi mengerutkan keningnya tidak percaya sekarang.

Rindi semakin tidak percaya saat Fano meninggalkan dirinya yang masih berdiri tegak di depan asrama. Stefano datang hanya mengantarkan belanjaan yang Stefano beli secara pribadi. Bahkan Stefano membelikan belanjaan itu dari Asian Mart dan membeli semua bahan makanan berlogo halal. Rindi memandang kantong kresek bertuliskan Asian Mart itu dengan kening mengkerut.

"Ini ucapan maaf dariku mewakili Jay Hyung, dia mungkin lupa kalau Kau tidak boleh makan makanan seperti saat di pesta pindahan rumah itu. Ini Aku jamin semuanya halal."

Perkataan Stefano tadi masih Rindi ingat dengan jelas. Bukan apa-apa bagaimana Stefano bisa tahu kalau produk halal banyak di Asian Mart. Rindi senyum-senyum sendiri sambil masuk kedalam asramanya.

3jam sebelumnya

Victor melirik Jay yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Dia kemudian dengan gesit merampas ponsel Jintae dan membaca pesan yang Jay kirim untuk Rindi.

"Hyung? Kau suka perempuan Indonesia itu?" ujar Victor dan membuat semua penghuni ruang tengah apartement Jay itu memandang Victor dan Jay sekarang.

Stefano bahkan berdehem dengan sendirinya seakan ada yang mencekik lehernya secara tidak sengaja sekarang.

"Jangan mengada-ada, Vic. Aku hanya sekedar minta maaf padanya, dan asal Kau tahu namanya Rindi bukan perempuan Indonesia," terang Jay kemudian merebut ponselnya lagi.

Stefano di senggol Namsuya saat sedang mendengarkan penjelasan Jay pada Victor.

"Sepertinya bukan Jay Hyung yang suka pada perempuan itu," bisik Namsuya pada Stefano kemudian.

Stefano memandang Namsuya kemudian mengangkat alisnya sebelah bingung.

"Kau tidak tahu atau belum sadar, Hyung?" tanya Namsuya semakin random.

Stefano mendengus kesal karena sama sekali tidak mengerti apa yang Namjsuya coba katakan padanya sekarang. Namsuya terkikik pelan karena melihat ekspresi kesal Stefano.

"Dia muslim? Pantas saja dia sama sekali tidak menyentuh makanan di sini waktu itu," ujar Victor yang sempat membaca pesan Jintae untuk Rindi.

Kepala Jay mengangguk mengiyakan, Jay kemudian duduk di sebelah Stefano yang pura-pura sibuk dengan ponsel padahal telinganya sedang memasang radar paling peka hari ini.

"Dia tidak bisa sembarangan makan di Korea ini, dia mahasiswa baru dan belum terlalu paham seluk beluk dan budaya disini. Bodohnya lagi Aku ini melupakan hal terpenting itu," ujar Jay lagi.

Kepala Stefano mengangguk-angguk memahami perkataan Jay yang seakan menjadi informasi untuk dirinya.

"Asian mart hyung, Aku dengar itu tempat belanja bagi para muslim yang tinggal disini. Aku kenal salah satu keluarga dari Indonesia yang selalu menceritakan tempat itu," ujar Jipyong tanpa beralih dari psnya. Hebatnya dia bisa menimpali pembicaraan Jay dan yang lain.

"Jangan curang, Jason_ssi! Awas saja Kau," teriak Jipyong kemudian kembali asyik bermain PS bersama Jason.

Stefano tersenyum simpul sambil terus memandang ponselnya, dan Stefano tidak menyadari sedari tadi Namsuya juga senyum-senyum memandangi dirinya sedari tadi.

***