Juni, tahun ini
Hari pertama bersama Bara,
Seorang yang sudah cukup lama dikenal tapi tak pernah ada sapa menyapa diantara kita. Aku mengenalnya, dan dia juga mengenalku. Bermula dari perkenalan hari itu lewat seorang kawan. Sudah mulai ada bincang" tapi tidak banyak, basa-basi seperti membahas soal kuliah atau semacamnya.
Hari kedua bersama Bara,
Mungkin karena akibat dari kita berdua yang memiliki selera humor yang sama, yang demikian membuat sedikit demi sedikit percakapan yang awalnya hanya basa-basi belaka itu menjadi percakapan yang sesekali dihiasi sebuah tawa.
"Lho, kok bisa ya?" Tanya hati. Ah itu manusiawi kataku membela diri.
Mirisnya, Obrolan yang awalnya biasa biasa saja itu mulai larut dengan tawa yang lepas dari aku maupun dia.
Diajak jalan-jalan, makan bersama, menonton video lucu bersama, membicarakan hal aneh,hingga berburu senja meski waktu itu salah titik. Betapa tidak, tempat yang didatangi ternyata merupakan tempat terbit sang Dineschera yang dalam bahasa Sansekerta artinya matahari itu. Dan mengakhiri hari dengan menepis dinginnya puncak malam itu dengan saling bertukar pikiran dan berbagi cerita masing-masing.
Aku bercerita tentang pacarku dikampus, diapun sebaliknya. Kita berdua memang berhasil dibegokan dengan keadaan, sadar ada yang punya. Tetap saja pukul acuh dengan keadaan. Dasar kita!
Hari ketiga, bersama Bara
Lagi dan lagi..dia menawarkan bagaimana kalau hari itu kita kembali ciptakan temu? Begoknya, dengan tidak memikirkan apa-apa tawaran itu langsung saja kusetujui.
"Oke, boleh juga". Kataku.
Temu pun jadi hal paling seru yang paling ku tunggu mulai saat itu, jadi hal yang tanpa kusadari sejak itu menjadi hal yang betapa ingin ku lakukan tanpa ada jeda, tanpa ada spasi, tanpa ada yang menghalangi.
Hari keempat, bersama Bara.
Masih terus terjadi temu..hari demi hari. Bukannya bosan malah semakin menggebu. Maunya ingin bertemu lagi dan lagi, tanpa ada yang namanya cukup apalagi henti.
Seperti biasa, diajak jalan, makan bersama dan mengobrol. Tapi yang menjadi istimewa dalam obrolan sejak itu ialah, ada senyum sekaligus tawanya yg menghiasi percakapan tersebut.
Hari selanjutnya, bersama Bara
Bara main kerumah. Bersama dua kawannya, nyarisnya salah satunya merupakan mantan pacarku dibangku sekolah menengah atas. Obrolan kami pun kurang asyik waktu itu, mungkin dibatasi dengan menjaga image masing-masing atau memang sedang menjaga hati satu sama lain. Entahlah!. Menurutku tidak begitu penting, yang penting aku bisa melihatnya dan menyaksikan langsung candanya sudah cukup menyenangkan. Dihari itu juga Bara mengabari bahwa besoknya dia harus balik karena ada urusan kampus yang harus dia selesaikan.
Hari keenam, bersama Bara.
Di pelabuhan laut kota ini. Sedikit sedih banyak takutnya. Takut bagaimana jika selepas hari ini tidak ada lagi temu antara kita? Apakah bisa aku tanpa dia?.
"Nanti aku kembali". Bujuknya. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain mengiyakan kata-katanya itu walau dengan perasaan ragu.
Hari ketujuh, bersama Bara.
Dia mengabari, sudah sampai tujuan katanya. Berbagai pesan berupa jangan sampai lupa makan, jangan lupa senyum hingga kata love you untuk setiap hari sering kuterima. Bara memang berhasil. Dia berhasil mengetuk ruang rasa milikku sendiri.
Genap seminggu bersama Bara, sudah mampu kusimpulkan bahwa cinta itu tidak perlu yang namanya Timeline atau batas waktu, dia tidak mengenal dengan dan kepada siapa dia jatuh, namanya juga cintah mampu membego-begokan siapa saja yang mau bermain-main dengannya.
Beberapa hari selanjutnya, pulangnya Bara.
"Aku kembali". Untuk kedua kalinya kamu berhasil, Bara.
Raguku kemarin sudah berhasil kau buat yakin. sudah genap yakinku bahwa aku, sudah jatuh hati.