webnovel

Your Secret Thorn

Rosseane Hwang, seorang pekerja kantoran yang terjebak dalam cinta yang rumit. Antara keberuntungan ataukah nestapa. Teman karibnya sejak kecil membuat pengakuan yang membuatnya menanggung beban yang berat. Antara tidak suka, kecewa, patah hati dan iba. Rahasia yang harus ia jaga dari keluarga mereka. "Ross, aku suka laki-laki..! " Sekilas ingatan 9 tahun lalu muncul di ingatanku. "Why? Waktu itu kamu memberitahuku?! Apakah Ross masih sanggup menyimpan rahasia teman karibnya, dimana ia juga dihadapkan dengan masalah percintaannya sendiri..?

Pirrossh · 现代言情
分數不夠
12 Chs

Perpisahan

Rosseane POV

Suatu Pencapaian besar, akan selalu ada rintangan di depan. Tiap orang akan ada masa jatuh dan bangun. Begitu juga jalanku menuju Australia. Untuk sekarang rintangan yang menunggu adalah izin dari Ayah Ibuku. Tapi yang paling sulit itu mungkin Ayahku. Ayahku sangat konservatif, dia seorang dosen di Universitas Swasta dan sangat protektif pada 3 anak perempuannya. Aku adalah anak bungsu sementara 2 kakak perempuanku sudah berkeluarga dan menetap di luar kota. Hanya tinggal aku dirumah. Ayah tidak suka kalau aku bekerja terlalu keras karena aku anak perempuan. Ayahku berpikir bahwa seorang anak perempuan yang kelak menjadi seorang istri tidak boleh mementingkan karirnya lebih dari keluarganya. Itu seperti Ibuku, walaupun ibuku suka sekali berdagang kue, semenjak aku masuk taman kanak-kanak. Ibuku berhenti berjualan dan fokus mengurus rumah serta diriku dan kakak-kakakku, itupun karena Ayahku yang bersikeras bahwa ia sanggup menopang dan mencukupi semua kebutuhan keluarga kami semenjak Ia diangkat menjadi dosen tetap di kampusnya. Walaupun begitu ibuku masih tetap menerimanya dan tidak menyesali keputusannya menuruti perkataan Ayah. Namun semenjak kami bertambah dewasa, bahkan kakak-kakakku serta diriku yang jarang dirumah, terkadang membuat Ibuku terlihat kesepian.

Menatap wajah ibuku, antara aku ingin menangis dan juga keegoisanku semakin memuncak. Memperhatikan wajahnya yang sudah keriput dan rambutnya yang sudah semakin beruban. Aku memantapkan hati berbicara pada ibuku.

"Ibu.., aku.. emm,.." kata-kataku seolah tertahan di leherku. Aku menelan ludah. Lalu berusaha berbicara sekali lagi.

"Aku akan pergi ke Australia..?!" Aku mengungkapkan niatku pada ibuku saat kami sedang bersantai di hari minggu yang terik. Aku duduk di sofa bersebelahan dengan ibuku.

"…." Ibuku tidak berkata apapun, dia masih menikmati buah semangkanya dan menonton acara TVnya.

"I.. I am sorry… , maaf karena tidak memberi tahu ibu rencanaku.." Aku melihat Ibuku yang tadi seolah mengabaikanku dan tidak mau dengar.

"When..?" tiba-tiba ibuku bersuara namun tidak melihat kearahku.

"…." Aku rasanya ingin menangis

"Kapan kamu pergi?" kali ini ibuku bertanya sambil melihat wajahku.

"Satu bulan, dan paling cepat 2 minggu. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku disini dulu… I.. I am sorry.." aku hanya bisa menunduk

"…."

"Maaf, karena meninggalkan ibu sendiri.." Lanjutku

"Okay, it's okay! I can't stop you..dear. Pada akhirnya kamu akan tetap pergi, ya kan? tapi mungkin Ayahmu akan susah dibujuk…"

" yeah, I know..,benarkah ibu baik-baik saja?" jantungku berdegup kencang, rasanya aku ingin memeluk ibuku tapi aku urungkan.

"Tidak apa-apa, aku akan membantu membujuk ayahmu.."

"Thankyou.. thankyou so much..!" Aku mengangguk dan kali ini langsung memeluk ibuku, air mataku menetes.

"hey, hey.... it's okay. I will support you!" Ibuku menepuk dan mengelus punggungku.

"Kau harus menjaga diri baik-baik, jangan paksakan diri terlalu keras. Okay?"

" Yeah.. I will …"

"Dan bicara dengan Ayahmu baik-baik, Ayahmu terkadang orang yang keras kepala. Tapi terkadang ia juga tidak terduga suasana hatinya.."

Beberapa saat kemudian, suara mobil Ayah yang terparkir di garasi terdengar.

"Sepertinya pertemuan dengan para profesor berjalan cepat. Kamu harus segera memberitahunya. Ayahmu tidak suka jika mungkin kau memberitahunya mendekati hari keberangkatanmu…" Ibuku melirikku

"yeah…" Aku menggingit kuku-kuku jariku karena cemas.

'how should I tell him?'

Suara pintu terbuka. Ayahku muncul dengan membawa tas dan langsung menuju dapur mengambil air minum dan duduk di meja makan. Entah raut wajahnya sedang cerah, mungkin pertemuan dengan para profesor berjalan lancar.

Aku menghampiri Ayahku di meja makan. Di susul ibuku di belakangku. Ibuku menyela dan mengambil semangka potong dikulkas menawarkannya pada Ayahku. Lalu ibu juga duduk di sampingnya.

Akupun juga duduk di meja makan saling menghadap.

"Ayah.. emm… I want to tell you something important."

"important?" Ayahku menatapku heran

"it's… it's about my work..!"

"Really?what work?" Ayahku mengerutkan dahinya dan masih heran dengan anaknya yang tiba-tiba menghampirinya. Ayahku melirik pada ibu, dan ibu hanya tersenyum.

"Aku akan pergi ke Australia Ayah?!" dengan penuh kemantapan aku mengucapkannya.

"Really? When? Dan berapa lama?" Ayahku menoleh pada ibuku, ia pasti membatin bahwa ibuku sudah tahu.

"itu.. itu paling cepat 2 minggu lagi.."

"…."

"Dan untuk berapa lama, itu tergantung kontrak kerja di sana. Menurut seniorku, kemungkinan bisa sampai 3 tahun bahkan lebih.."

"…." Ayah diam.

Ayahku mungkin agak shock. Karena mungkin ia mengira aku hanya beberapa minggu di sana.

Tapi kemudian ia tampak tenang.

"So,how old are you now?"

"Umur? Tentu saja 25, apa ayah lupa?"

"Okay..!" ayah menjawab singkat

"….." aku masih bingung

"tapi jika kamu kembali dari sana, belum membawa calon suami, apapun jika kamu kembali… Ayah yang akan mencarikanmu pasangan hidup. Dan kamu tidak boleh menolak!"

"Sayang! Itu .. itu agak….!" Ibu menyela dan protes pada Ayahku.

"Dia sekarang sudah 25 tahun, jika ia disana lima tahun umurnya 30 tahun. Aku tidak mau anak perempuanku hidup sendirian kelak, atau terlalu tua untuk menikah..!" Ayahku sepertinya bersikeras.

Ibuku seperti ingin mengatakan sesuatu pada Ayah tapi mengurungkannya.

"But.. but..?!" aku ingin menyela dan membela diriku. Ayahku terlalu ketat aturan. Walaupun itu untuk kebaikanku, tapi menikah sebelum umur 30 itu sepertinya terlalu sulit. Tidak ada seorangpun yang tahu kita akan menikah umur berapa kan..? atau bertemu pujaan hati namun kita juga tidak tahu itu jodoh kita atau bukan? Takdir terkadang juga bisa mengecoh rencana kita.

"O..okey… I got it! Ya aku mengerti, tentu saja aku juga ingin menikah diumur yang tepat Ayah, jadi Ayah tidak perlu khawatir, aku pasti akan bertemu jodohku kelak. Ayah hanya perlu mendoakan yang terbaik untukku!"

"Tentu saja, Ayah dan Ibumu ini selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak dan cucu-cucuku..!"

"Kau harus menjaga diri baik-baik! jangan terlalu bebas disana. Ada Waktunya saat kamu harus berhenti dan bernapas. Jangan memaksakan diri. Ayah dan ibu akan senang jika kamu kembali secepatnya..!" lanjut Ayahku bicara panjang lebar.

"of course! I will miss you all then..!" mataku panas seperti air mataku ingin keluar

Aku mendekati ayahku dan memeluknya dari samping yang masih duduk.

"Thank you… thankyou very much..!"

Hari ini suasana Ayahku memang tidak terduga. Aku hanya perlu mengabari kakak-kakakku. Dan juga tidak kalah penting temanku Elvin.