webnovel

Your Secret Thorn

Rosseane Hwang, seorang pekerja kantoran yang terjebak dalam cinta yang rumit. Antara keberuntungan ataukah nestapa. Teman karibnya sejak kecil membuat pengakuan yang membuatnya menanggung beban yang berat. Antara tidak suka, kecewa, patah hati dan iba. Rahasia yang harus ia jaga dari keluarga mereka. "Ross, aku suka laki-laki..! " Sekilas ingatan 9 tahun lalu muncul di ingatanku. "Why? Waktu itu kamu memberitahuku?! Apakah Ross masih sanggup menyimpan rahasia teman karibnya, dimana ia juga dihadapkan dengan masalah percintaannya sendiri..?

Pirrossh · 现代言情
分數不夠
12 Chs

Perasaan Dia

EL POV

Malam itu di taman, aku masih ingat dengan jelas bagaimana Ross mengungkapkan perasaannya padaku. Bagaimana ia tersakiti oleh tindakanku. Bagaimana aku hanya mengungkapkan segalanya pada Ross. Ross satu-satunya sahabatku sejak kecil dan mengerti semua tentangku. Akupun mengira bahwa aku sudah mengenal Ross lebih dari siapapun, ternyata aku salah. Nyatanya aku tidak tahu apapun tentangnya.

Malam itu, baru kali ini aku melihat Ross menangis karenaku, mungkin aku menyakiti hatinya lebih dari Ross putus dengan kekasihnya. Aku tidak tahu apapun, setelah kita disibukkan oleh masing-masing pekerjaan. Aku tahu kami jarang bertemu, aku merasa bersalah seperti aku hanya memanfaatkan Ross untuk kepentinganku saja dan aku tidak mementingkan perasaannya juga.

Seperti saat waktu itu, bagaimana aku mengungkapkan rahasia besarku pada Ross. Aku sangat ketakutan dan Ross tiba-tiba pergi dariku. Ditinggalkan oleh orang yang berharga bagi kita sangat menakutkan seperti mimpi buruk. Ross yang tiba-tiba berhenti tersenyum padaku, namun itu tidak berlangsung lama. Tapi akhirnya Ross masih menjadi sahabatku sampai sekarang, aku sangat bersyukur. Tapi sepertinya aku membuat kesalahan lagi. Bom waktu yang dibicarakan Ross, Entah kapan akan meledak juga. Aku membawa bom waktu bersamaku. Aku juga tidak mau kehilangan orang-orang yang menyayangiku. Aku memang egois. Aku juga tidak mau kehilangan Ross. Orang yang selalu membuatku nyaman terlepas dari semua rahasiaku. Aku hanya akan memberi waktu Ross untuk berpikir, dan Ross akan kembali padaku lagi seperti waktu itu.

"Pak.. Pak...! Pak Leon..!"

"Hah.. ya..ya! Maaf sekretaris Wen, aku sedang tidak fokus.." Aku tersadar dari pikiranku yang panjang.

"Ah iya Pak, dari tadi saya memanggil anda, hari ini ada jadwal wawancara karyawan baru 30 menit lagi. Saya hanya mengingatkan jadwal dan nanti Jam 1 siang ada makan siang bersama Pak Vincent dari perusahaan pengiklanan."

"Baiklah, terimakasih.. dan untuk nanti siang, Dave yang akan menemui Pak Vincent. Aku sedang tidak enak badan dan setelah Wawancara nanti kalau ada yang penting, tolong serahkan pada Dave saja." Aku menyuruh Sekretaris Wen menghandle semua kepada Dave. Dave sekarang menjadi wakilku. Kami memang mendirikan perusahaan ini bersama dan terkadang aku menyerahkan tugas yang merepotkan padanya.

"Tapi Pak Leon...., em.. Pak Dave sedang ada pertemuan dengan investor dari Perusahaan yang kemarin pak, nanti pasti waktunya akan mepet..!" Sekretaris Wen terlihat gugup dan khawatir.

"Tidak perlu khawatir sekretaris Wen, kau siapkan saja semuanya. Dave pasti akan tepat waktu. Dia yang lebih pandai melobi orang. Toh aku juga sudah menggajinya 2 kali lipat. Aku sedang tidak enak badan dan aku ingin istirahat di rumah.." Aku memegang batang hidungku dan memijitnya sedikit, mataku lelah karena semalaman di depan layar monitor. Hari ini aku tidak bersemangat bekerja.

"Apa saya perlu menghubungi Dokter Rian Pak?"

"Tidak perlu, lanjutkan saja persiapan wawancaranya, aku akan segera kesana.."

"Baiklah kalau begitu pak, saya akan menyiapkan semua.."

Sekretaris Wen pergi dan menutup pintu ruang kantor yang penuh dengan kertas bertumpuk dan 2 layar monitor besar dan peralatan komputer lainnya di meja. Aku bekerja semalaman untuk mencari bug di program gameku dan aku belum tidur sama sekali. Pikiranku sedang sangat penuh dan tidak bisa fokus, pekerjaanku juga menjadi lebih lama selesai.

Drrtt.. drrtt... teleponku berdering tertulis Harry. Aku malas menerima telepon darinya. ia sudah menelponku sangat banyak, sejak tadi malam. Kali ini aku mengangkatnya.

"Ah, halo..halo! Leon.. kau mengangkatnya. Tolong dengarkan aku, mari kita bertemu dan membicarakannya baik baik okay!" Harry berbicara terburu-buru. Aku hanya diam dan mendengarkannya.

"Bukankah kita sudah membicarakannya kemarin! Sudah jelas, Kau hanya memanfaatkanku sebagai mesin ATM. Kau bahkan punya kekasih yang cantik. Mengapa berbohong! kau tidak harus menjadi kekasihku agar aku memberimu uang. Sudahlah lupakan saja. Kembalilah ke jalanmu sendiri. Kita bukan kekasih yang seperti itu. Aku hanya iba padamu. Semua sudah berakhir!" Aku berbicara dengan sedikit santai, terkadang aku juga ingin tertawa pada diriku sendiri. Banyak yang ingin memanfaatkan entah itu uangku, wajahku atau prestasiku baik itu laki-laki ataupun perempuan. Aku jadi tidak mudah percaya dengan orang.

"Hei.. Hei Leon, tungg...!" Belum Harry selesai bicara aku menutup teleponnya dan langsung memblokir nomornya.

"Arrrggghhh.... Shiit!" Aku melempar kertas yang ada di mejaku. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Aku harus menuntaskan pekerjaanku dan melupakan sejenak masalahku yang membebani pikiranku.

Setelah wawancara dengan karyawan baru yang melelahkan. Aku pulang ke apartemenku. Dan menyerahkan semua pekerjaanku pada Dave. Dave yang menelponku dan protes serta marah-marah sudah biasa aku terima, namun aku tidak mengambilnya ke hati. Kami teman yang sudah sedikit pengertian kalau menyangkut soal pekerjaan.

Sore hari di apartemenku aku hanya tidur sampai sore, karena aku belum tidur semalaman karena lembur pekerjaan. tiba-tiba handphoneku berdering.

"Halo! kakak... kakak sudah pulang bekerja? ibu sudah menyiapkan makan malam. Bagaimana kalau kakak menyempatkan pulang sebentar? tapi kalau kakak sibuk, ya tidak apa-apa.. besok ibu dan aku akan menjenguk kakak di apartemen.." Adikku Jeany berbicara di telepon dengan semangat. Mungkin dia merindukan kakaknya yang jarang pulang. walaupun jarak apartemenku dengan rumah hanya 1 jam dengan mobil tapi aku terkadang sibuk dan jarang pulang.

"Jeany, Ah baguslah, hari ini aku tidak sibuk, sebentar lagi aku akan pulang.. okay. sampai ketemu di rumah. Kau ingin kubawakan apa dari sini?"

"Tidak usah, kakak pulang pun aku sudah senang! okey aku dan ibu serta Ayah tunggu di rumah.." Jeany menutup teleponnya sebelum aku menjawab. Aku dan Jeany bukan saudara kandung. Jeany lahir dari rahim ibuku dengan Ayahku yang sekarang. Aku kehilangan Ayahku saat umur 3 tahun dan Ibuku menikah lagi saat usiaku 6 tahun dan pindah rumah menjadi tetangga Rosseane.

Banyak hal yang terjadi. Aku tidak bisa melupakan masa kecilku. Masa kecilku yang sulit, sampai bertemu dengan Ross waktu itu. Aku dulu seorang bocah yang lemah dan selalu diganggu oleh teman-temanku. Sering sekali aku dikira perempuan karena wajahku seperti boneka saat masih kecil dan rambutku agak panjang. Bahkan teman ibuku juga mengira aku perempuan saat pertama kali bertemu. Berbeda denganku, Ross saat masih kecil seperti anak laki-laki. rambutnya dipotong sangat pendek, kulitnya menjadi coklat karena sering terkena matahari saat bermain. ia juga lebih suka bermain dengan anak laki-laki di komplek perumahan kami. Ross menjadi penyelamatku saat aku di bully teman dan kakak kelas di sekolah, bahkan saat aku hampir dibawa orang yang tidak di kenal. Rosslah yang menolongku. Dia seperti pangeran yang keren saat muncul dan menolongku. Kalau aku ingat bagaimana wajahnya aku ingin tertawa terbahak. Tapi ialah penyelamatku dan aku berutang budi padanya. Dan sampai sekarang aku belum bisa membalas budinya. Yang aku lakukan sekarang hanya menyakiti hatinya. Apakah aku harus meminta maaf padanya?