webnovel

Your Secret Thorn

Rosseane Hwang, seorang pekerja kantoran yang terjebak dalam cinta yang rumit. Antara keberuntungan ataukah nestapa. Teman karibnya sejak kecil membuat pengakuan yang membuatnya menanggung beban yang berat. Antara tidak suka, kecewa, patah hati dan iba. Rahasia yang harus ia jaga dari keluarga mereka. "Ross, aku suka laki-laki..! " Sekilas ingatan 9 tahun lalu muncul di ingatanku. "Why? Waktu itu kamu memberitahuku?! Apakah Ross masih sanggup menyimpan rahasia teman karibnya, dimana ia juga dihadapkan dengan masalah percintaannya sendiri..?

Pirrossh · 现代言情
分數不夠
12 Chs

He Said...

Sebagian dari diriku meronta, antara sedih, kasihan, marah dan menjijikkan. Bagaikan jari kaki yang tersandung sudut kaki meja dan bagaikan petir di siang bolong. Hari ini suasana hatiku sedang kacau, we broke up! Pacarku yang sudah 5 tahun bersama, tiba-tiba mengajak putus dan memberikanku undangan pernikahan!

Dalam hatiku berteriak "What the F...!" Aku ingin meninju wajah seniorku itu dan meludahinya jika aku bisa. Terlebih orang yang akan dinikahinya tengah hamil muda. Ternyata dia sudah bermain-main di belakangku..Omay..! Kupikir sangat lucu, bisa-bisanya pria yang kukenal sejak aku berkuliah itu, sosok yang pendiam dan dingin serta manusia langka yang tersenyum dengan matanya yang berbinar. Seorang dosen muda di universitas almamater kami, yang pernah menjadi seniorku dan yang pernah berkata manis tentangku. Kami memang bukan pasangan yang romantis, tapi bagiku hubungan kita cukup manis. Wajahnya terbilang tampan dengan garis rahang yang tegas, seorang senior teladan. Beberapa bulan ini memang hubungan kami tarik ulur dan putus nyambung karena ia sibuk dengan pendidikannya dan aku sibuk dengan pekerjaan pertamaku di perusahaan. Sejak dia diangkat menjadi dosen muda setelah menyelesaikan program masternya, Kami jarang bertemu.

Aku tak habis pikir..dia bertemu dengan wanita lain hingga hamil huh?!

"Rosseane, aku memang tidak pantas menerima maaf darimu!" Pria itu duduk berhadapan denganku di meja restoran cepat saji, restoran terbilang sepi dan hanya ada kami berdua mengingat restoran akan tutup 1 jam lagi, dan waktu menunjukkan jam 10 malam. Ia memandangku dengan wajahnya yang dingin, sama sekali belum menunjukkan penyesalan.

"....."

"Aku memberanikan diri menemuimu dan meminta maaf. Tapi, dalam hatiku masih tidak bisa melupakanmu. Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana saat dia menemui orang tuaku dan berkata bahwa dia hamil, situasiku sangat sulit..." Dia memandangku lagi, kali ini dengan wajah frustasi, rambutnya yang terlihat tidak rapi serta jambangnya yang tidak di cukur serta kantong matanya yang semakin menghitam.

"...omong kosong! kau akan menikah dan masih tidak bisa melupakanku, Haa?" jawabku ketus sambil tertawa sinis..kemudian aku menyindirnya lagi" kupikir aku kasihan terhadap calon istrimu, seorang suami yang masih merindukan mantannya?!"

"....." Dia tidak bisa berkata apapun, dan malah menunjukkan wajah penyesalannya.

"Baiklah, kukira tidak ada yang bisa kita bicarakan lagi! fakta bahwa kau tidur dengannya saat kau masih bersamaku?! kalau aku bisa, rasanya aku ingin memukul wajahmu! tapi sayangnya, aku ini orang yang baik! dan terlalu baik untukmu!"

pria itu masih tidak bisa berkata apapun, dengan wajahnya yang sekarang tertunduk dan tidak sanggup melihat raut wajahku yang murka.

"Cukup sampai disini! Aku lelah...! Selamat atas pernikahanmu dan selamat menjadi calon ayah! semoga kita tidak bertemu lagi, kalaupun kita bertemu.. jangan sapa aku dan akupun akan mengabaikanmu!" aku berdiri dari kursiku dan beranjak pergi meninggalkan meja kami.

"Aa.. satu lagi, tolong bayarkan minumanku..Jill!" aku pergi dengan perasaan kacau, seolah aku baik-baik saja.. alih-alih mengumpat dan menjambaknya, lebih baik aku pergi dengan tenang, untuk menghemat energiku yang seharian berurusan dengan klien kantor.

Jam 11 malam aku sampai dirumah, mengabaikan ibuku yang sedang asyik menonton tivi. Aku langsung menuju lantai 2 kamarku, mengurung diri di dalam kamar dan menangis, bahkan mungkin ibuku heran karena aku tidak menyapanya seperti biasanya.

Aku menangis cukup lama sampai mataku bengkak. Beberapa saat kemudian setelah aku berganti pakaian dengan piyama suara notifikasi smartphoneku terdengar..

Ting..

dholpin guy :

kau sudah pulang?kulihat lampu kamarmu menyala... mau mencari snack malam?!

Pesan chat dari Elvin Leon, my neighboor and also my best friend.

Pasti dia sedang bermasalah..., disaat seperti ini dia juga bermasalah, huh. Oke, lebih baik aku mencari udara segar dari pada meratap nasibku dengan lelaki brengsek itu.

Akupun membalas pesannya...

'Kau bermasalah lagi? Baiklah, tapi bawa ketempat dimana orang tidak peduli jika aku makan memakai piyama! 😑...

Jam menunjukkan pukul 12 malam.

Elvin sudah menungguku dengan mobilnya di depan rumah.

"mau kemana kau dengan piyama seperti itu?" tanya ibuku yang belum tidur dan masih menonton drama kesukaannya.

"Aah, Elvin mengajakku mencari udara segar. Sepertinya dia sedang kesal.." jawabku santai.

kemudian ibuku beranjak dan mengintip dari jendela, begitu dia mengenali mobil Elvin, ibuku hanya mengangguk dan kembali menonton tivi. Aku pun segera pergi menemui Elvin.

Ibuku? Apa dia sama sekali tidak khawatir, bagaimanapun Elvin yang notabene laki-laki membawaku pergi malam-malam.. tapi ibuku terlalu santai dengan Elvin. Yah, bagaimanapun juga Ibu tidak tahu rahasiaku yang sebenarnya.

Keluarga kami kenal dengan Elvin sejak keluarga mereka pindah dan menjadi tetangga kami. 18 tahun lalu, Saat itu umurku 7 tahun dan Elvin 6 tahun, kebetulan Ibu Elvin dan Ibuku dulu teman satu almamater. Ibuku tahu Elvin sejak kecil, begitu juga diriku.

Semenjak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah kami selalu satu sekolahan, semua orang yang kami kenal tahu bahwa kami teman karib. Beberapa bahkan bertanya pada kami apakah kami benar- benar teman? Mereka tidak percaya hubungan kami selama itu dan tidak memiliki perasaan satu sama lainnya.

Jika saja mereka tahu.. Pikirku dalam hati mengumpat.

"Kau menangis? Matamu bengkak! Masuklah Ross!" El keheranan, tapi tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan bertemu denganku.

Akupun segera masuk mobilnya, duduk lalu memasang sabuk pengaman. Aku tidak tahu El akan membawaku kemana kali ini.

"Kau bahagia sekali bertemu denganku. Kau tersenyum seperti lumba-lumba. Orang akan salah sangka kita pasangan kekasih..!" Sindirku pada El dan meliriknya.

"Yah, aku hanya merasa sangat disayangkan banyak gadis pasti akan terpesona olehmu" Lanjutku.

"Haha, apakah kau juga termasuk gadis-gadis itu?"El tertawa kecil.

"Aku tidak menampik, tapi kumohon jangan tersenyum padaku seolah kau bahagia sekali melihatku..!" Aku lelah dan menyandarkan kepalaku di kursi, berbicara sambil menutup mataku.

"Oh ayolah Ross, aku memang bahagia melihatmu. Kita sudah 1 bulan tidak berbincang kan?"

"Sepertinya kita sedang dalam situasi yang sama, kupikir kau menemuiku karena punya masalah.., apakah aku benar?" Aku masih menutup mataku sambil berbicara.

" Yah, bisa dibilang begitu... Em.. Ross, kita sudah berteman sejak kecil, kau bahkan tahu rahasiaku dan masih menjaganya sampai sekarang. Aku menyayangimu seperti saudaraku sendiri. Kau tahu itu kan? Aku tidak peduli perkataan orang tentang kita. Tapi aku berterimakasih padamu, karenamu aku bisa bertahan sampai sekarang.."

"Begitukah? Tapi sampai kapan kau menyembunyikan dari orang terdekat kita El?" Tanyaku, kali ini aku melirik wajahnya dari samping yg sedang fokus mengemudi. Raut muka El sedikit berubah menjadi muram..

"Entahlah, aku masih belum bisa memastikannya... "

"Mungkin kau terlalu nyaman dengan keadaan yg tenang seperti sekarang.. "

"Kau ada benarnya Ross, bisa jadi hari yg tenang suatu saat badai akan datang.. Iya kan?" El menoleh padaku dengan sedikit tersenyum dan meragukan jawabannya. Mata kami bertemu.

"Ahaha, hubungan pertemanan kita mungkin yang unik..! Ada baiknya kau punya teman perempuan sepertiku yakan? Para wanita yang menggodamu pasti berpikir duakali mendekatimu, haha!" Aku tertawa agak keras sambil menggelengkan kepala.

"Jika kau butuh bantuan, mungkin sesekali kau bisa memanfaatkanku." El agak menyombongkan diri karena ia punya beberapa kelebihan.

"Ooho, kau tidak boleh menarik kembali kata-katamu, aku sudah mendengarnya!"

Elvin tersenyum, kemudian kita sampai di tempat tujuan, Elvin memarkirkan mobilnya di depan minimarket 24 jam.

"Baiklah, kita parkir disini saja, kau tunggu disini, aku akan beli snacknya.. Kita nanti jalan kaki ke taman bukit, hanya 100 meter... " El kemudian keluar dari mobilnya.

Beberapa saat kemudian, El keluar dari minimarket membawa sekantong plastik penuh makanan dan minuman kecil.

"Keluarlah tuan putri, kita jalan kaki kesana 100 meter..!" El membukakan pintu untukku.

"Hah?! Kau ini tidak asyik sama sekali.. " Jawabku sambil melirik El.

"Yah kau tahu, tidak ada tempat parkir di dekat sana, hanya disini tempat parkirnya toh dekat... Kita bisa jalan-jalan malam sambil melihat lampu kota... Bukankah romantis?" El tersenyum kecil sambil melirikku.

"Harusnya kau pergi dengan kekasihmu saja, kenapa mengajakku?! Mau meledekku karena ditinggal lelaki brengsek, huh?!"Aku bergumam kesal.

"Jangan marah ross... Lihatlah seliling jalan, dari atas bukit bukankah lampu kota nampak indah?! El dan aku berjalan beriringan, jalan setapak beton taman yang tidak begitu lebar hanya sekitar 1,5 meter. Sekeliling terdapat pohon dan tanaman bunga yang masih mekar berwarna warni serta beberapa orang dan pasangan kekasih yang sepertinya juga sedang menikmati suasana taman bukit.

Akhirnya kami pun duduk di bangku kayu yang cukup panjang sambil menatap lampu kota.

Suasana yang begitu tenang, jauh dari kota yang bising dan segala suasana yang tergesa-gesa. Angin berhembus membuat tengkuk leherku terasa dingin. Aku pun merapatkan jaketku dan memakai hodieku menutupi kepalaku.

"Suasana seperti ini, sangat langka di kota.. !" Gumamku sambil melihat lampu kota dan gedung yang terlihat kecil diatas bukit.

Kami hanya diam, tidak menginterupsi keheningan milik kami masing-masing sambil menikmati udara malam dan pemandangan kota untuk beberapa saat..