webnovel

Your Secret Thorn

Rosseane Hwang, seorang pekerja kantoran yang terjebak dalam cinta yang rumit. Antara keberuntungan ataukah nestapa. Teman karibnya sejak kecil membuat pengakuan yang membuatnya menanggung beban yang berat. Antara tidak suka, kecewa, patah hati dan iba. Rahasia yang harus ia jaga dari keluarga mereka. "Ross, aku suka laki-laki..! " Sekilas ingatan 9 tahun lalu muncul di ingatanku. "Why? Waktu itu kamu memberitahuku?! Apakah Ross masih sanggup menyimpan rahasia teman karibnya, dimana ia juga dihadapkan dengan masalah percintaannya sendiri..?

Pirrossh · 现代言情
分數不夠
12 Chs

He Said too...

Waktu menunjukkan pukul 00.34...

Tanpa terasa kami sedikit berbincang dan hanya menatap pemandangan malam. Cuaca hari ini cukup bersahabat di kota yang bisa dibilang kecil ini.

El kemudian bertanya tentang hubunganku dengan jill.

"Hei, aku dengar dari Dave kau putus dari jill..?! Yah.. Nasib kita hampir sama.. !" Raut muka El agak ragu bertanya padaku, Dave merupakan sepupu Jill yang bekerja di perusahaan El

Aku melihat kearah El yg duduk disampingku. Sejenak memperhatikan wajahnya yang putih mulus tanpa cacat, hidung sempurna serta garis rahangnya yang maskulin dan mata besar yang tajam. Tapi sekilas saat dia tersenyum senang lesung pipi dibagian kanan pipinya terlihat manis seolah aku melihat lumba-lumba yang sedang terbang diudara. Kemudian aku tertawa kecil mengekspresikan ketidakhabis pikiranku.

"Kenapa kau melihatku sambil tersenyum seperti itu..!?" El bertanya padaku dan raut wajahnya tidak suka, El mengerutkan alisnya dan melihatku heran.

"Kau tahukan aku pernah suka padamu..ahaha?!" Aku bertanya dan menahan tawa.

"Kau pernah mengatakan padaku waktu aku membuat pengakuan kan.. Yah aku masih sedikit ingat.. " melihatnya aku tidak yakin El mengingatnya dengan jelas.

"Yang jelas sekarang aku tidak mau membicarakan Jill, dia sudah kucampakan di masa laluku..El"

"haaa dicampakan katamu? kau lucu sekali sok kuat....yah.. I see.., hidup terus berputar begitu juga waktu yang tidak bisa kita loncati. Yaps.. Itu pilihan hidupmu Ross..!" Jawab El sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Setelah pengakuanmu itu, bagaimanapun juga bukan berarti aku mendukungmu El.. !" sejenak aku terdiam dan memandang ke lampu kota yg kerlap kerlip tanpa melihat El.

"Mungkin juga, walaupun kau bercerita tentang mantan pacarmu yang baru saja putus atau bagaimana dirimu juga putus asa.., sejujurnya aku tidak tahu.. Apa aku harus sedih atau merasa simpati?! Yang jelas aku hanya mendukung sahabatku...bukan perasaanmu El, Maafkan aku!" Lanjutku.

"Aku mengerti Ross, kau mendengarkan pengakuanku dan bertahan sampai sekarangpun aku bersyukur itu kau Ross.. " El tersenyum lembut kearahku.

"Lucunya aku dulu pernah suka padamu waktu SMP tapi lama kelamaan aku sadar itu bukan cinta yang seorang wanita rasakan ke lawan jenis, hanya seperti obsesi seorang kakak yang protektif pada adiknya.., aku masih berharap kau pun begitu.."

Dengan ragu El menjawab, "Entahlah..., dulu aku sangat benci saat teman-temanku merudungku karena aku dibilang seperti patung. Saat itulah aku mengira kakak superhero. Dulu kau tomboy, pertama kali bertemu kukira pengeran kecil.. Haha!" El tertawa keras.

"Yeah, that's in the past.. " jawabku singkat.

".... kadang aku berpikir, aku tidak suka melihatmu sedih, saat ini pun aku tidak suka. Aku ingin menghajar pria brengsek itu yang sudah melukai temanku yang paling berharga..! Apa kau senang?"

"Tentu saja aku akan sangat senang kalau kau menghajarnya untukku. Tapi bagiku bukan itu...."

"....pikiranku bukan hanya satu orang itu...kadang aku merasa lelah, tidak sepertimu. keluargaku dan kantorku penuh tekanan. Sedangkan kau sejak lulus SMA, cita-citamu dan perjuangan kerasmu sampai mimpimu terwujud seperti sekarang. Kau bebas menentukan pilihan hidupmu. It's Amazing.. I'm little proud of you. Aku bahkan bisa pamer pada teman-temanku... aku punya teman CEO yang tampan, sukses dan sedang naik daun ahaha..!"

Elvin Leon, umur 24 tahun dan sudah menjadi CEO Yourav, salah satu perusahaan game yang sedang naik daun. El memimpikan merintis perusahaannya sendiri sejak lulus dibangku SMA. Dia mulai menyukai dunia IT sejak kecil. Awal tahun kuliah bersama Dave, El merancang dan mengembangkan aplikasi game simulasi dating dan simulasi kehidupan imajiner menggunakan avatar , "Your Love Life Dream Av" Dan "Your Passion Life Av". Impiannya bahwa semua orang punya passion tapi tidak semua orang bisa memilih jalannya sendiri oleh karena itu El terinspirasi kehidupan orang-orang yg bekerja tanpa passion, untuk mengetuk mimpi mereka yang terpendam. El dan teman-temannya membuat semboyan perusahaan, "Choose your own path, the true you". Aplikasinya cukup sukses dan 2 tahun lalu El memenangkan tawaran investor asing untuk mendanai proyeknya. Aku tidak percaya El berhasil melakukannya. El yang kukenal ternyata mempunyai sisi kerennya juga.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan, aku juga mengalami masa sulit, seperti sekarang... dan rahasia yang entah kapan akan aku ungkapkan pada keluargaku.., Aku tidak yakin. Bahkan terkadang aku tidak yakin apakah diriku waras..it's complicated!"

"Terkadang aku terus bertanya, kenapa aku seperti ini. why i was born to be like this? a reason to live... it's not simple..." lanjut El yang terlihat muram

"Yeah, setiap orang punya situasi sulit masing-masing, tapi tidak semua orang menampakkannya. Dan masing-masing orang punya caranya sendiri!" aku berusaha membuat kata-kata yang tidak menyakitinya, tapi masih ada sedikit hal yang membuatku terus berpikir dan itu membuatku tidak nyaman.

"I'm glad to know you Ross, mungkin hanya kepadamu aku akan rela berkorban untukmu. Haha.. Kau bisa minta bantuanku saat kau butuh...i wish.. Aku bisa ada untukmu.. Yah walau mungkin kamu tidak pernah membutuhkannya.." El menyindirku.

Memang mungkin El beripikir aku selalu melakukannya sendirian dan bisa melakukannya sendirian.

"Saat situasi mendesak, aku yakin kau akan memilih kekasihmu dari pada aku! jadi jangan berkata seperti itu El! Kalaupun aku minta bantuanmu, bisa saja kamu akan menagihku kemudian. Aku tidak mau..! "

"Hmmm... Kau ini memang wanita independent sekali ya?! Pantas saja banyak yang sungkan padamu Ross.., cobalah agak terbuka sedikit dengan orang baru.., nasehat dariku..! "

"Dan satu lagi, apapun jangan kau pendam sendirian.. Karena itu seperti bom waktu Ross..!" El agak sungkan berbicara seperti itu dan tidak menatapku sama sekali, mungkin dia takut kalau aku marah.

"Aaa, seperti itu ya..bukankah dirimu juga menyimpan bom waktu?!" Tanyaku singkat

"....."

"Apa kamu masih ingat saat kita SMA? ingatan itu masih membuatku bingung..., bukannya aku aneh? terkadang aku hanya bertanya-tanya pada diriku dan sepertinya kau pun tidak tahu jawabannya bukan ?..dan sekarang kau pun masih mempercayaiku.."

"I don't know... i just want to tell you..."Jawab El singkat dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ross, aku suka laki-laki..!"

Suara El dan Ingatan 9 tahun lalu muncul di ingatanku seperti petir.

"Why? waktu itu kamu memberitahuku?" aku bertanya dan berusaha menatap wajahnya yang tidak mau bertemu dengan mataku.

"Still... aku tidak mengerti. Aku hanya berharap kau tidak memberi tahuku"

Hujan turun dengan derasnya. Jam pulang sekolah sudah berlalu sejak sejam lalu. Aku dan El tidak membawa payung dan Ibu El yang akan datang menjemput kami tidak kunjung datang. Sekolah kami sudah sepi, hanya ada Penjaga keamanan dan beberapa guru yang terlihat masih lembur serta murid yang ikut ekskul. Kami menunggu di depan lobi sekolah menatap ke luar jendela dan derasnya air hujan yang jatuh ke lantai beton.

"Apa bibi akan menjemput kita?"

Aku menyebut ibunya El dengan sebutan bibi. Ibuku dan Ibu El teman karib dan kamipun bertetangga, jadi terkadang kami berdua berangkat bersama dan pulang bersama, entah itu dijemput ayahku atau orangtua El atau saat hari cerah kami naik bus sekolah.

"Iya, hari ini ibuku yang menjemput. Ia pasti sedang menjemput adikku lebih dulu." Jawabnya.

"Okey, omong-omong tadi teman kelasku si chen bilang ada anak kelas 2 yang menyatakan cinta padamu, benarkah? Kekeke.. Kamu ini memang raja menolak.. Lalu bagaimana kali ini? " Tanyaku sambil tertawa geli

"Hmm...sudah pasti kau tau jawabannya..!" El menjawabnya dengan malas.

"Aa, sudah ku duga! Lalu siapa yang kau suka diantara anak perempuan se SMA? Ee atau kau suka anak SMA lain? Hmm... Pastinya kau minimal ada yang suka kan dihati? Atau memang seleramu yang aneh? Hahaha. "

"Aku, walaupun tampak seperti ini juga diam-diam suka dengan anak laki-laki, tapi kebanyakan bertepuk sebelah tangan..huu diriku menyedihkan!" Imbuhku.

"Ross, sebenarnya...soal itu..!" El ragu-ragu mengutarakan perkataanya.

"Hmm?! "

"Kau mungkin tidak percaya, tapi.. Beberapa saat ini aku menyadari sesuatu...! " El menghentikan perkataannya seperti sedang berpikir. Raut mukanya nampak tidak tenang dan gugup.

"Huh.. Tapi kenapa? "

"Soal itu, Aku suka laki-laki!"

Seperti aku salah dengar.

"Hah? Wha... What?! Apa karena hujan aku salah dengar?" Aku mengulangi pertanyaanku seolah memang aku salah dengar

"Ross, aku suka laki-laki!"

Bersama suara petir yang menyambar dan hening tiba-tiba serta hanya terdengar rintik hujan.

Aku menatap wajah El, kami saling menatap, aku mengerutkan kening dan diam seolah tak percaya. Aku tak tahu harus berkata apa. Apa aku harus sedih? Senang? Kecewa? Iba? Entah perasaan yang campur aduk ini harus aku ekspresikan bagaimana. Melihat wajah El yang dengan jujur berkata padaku dan seolah berharap. Berharap bahwa sahabatnya ini percaya padanya. El yang ku kenal selama ini, El... Laki-laki yang dianggap tampan se anak perempuan sesekolahan, termasuk aku...

Alih-alih aku marah, aku hanya bisa berkata apa yang terlintas dipikiranku saat itu.

"Sejak kapan? Siapa orang itu...?!" Tanyaku tanpa tersenyum sedikitpun.

"Itu... Itu.. Entahlah, sebenarnya aku baru sadar akhir-akhir ini. Dan .. Itu.. Em... Aku sudah kenal dia saat olimpiade matematika kelas 2. Sejak itu kami berteman dan aku baru sadar akhir-akhir ini.. Aku bingung harus menjelaskannya bagaimana..." El terbata-bata menjelaskan situasinya.

"Aku tidak tahu juga harus bagaimana menanggapimu, itu situasimu dan aku tidak mau berspekulasi lebih jauh. Juga sepertinya aku butuh waktu lama untuk mencerna semua perkataanmu itu...maaf... !"

"Harusnya aku yang meminta maaf padamu, aku tahu.. Kau mungkin masih bingung, kecewa atau marah tapi hanya kau satu-satunya yang bisa kupercaya. Bahkan orangtuaku tidak tahu rahasia ini. Jika aku tidak memberitahumu.. Mungkin aku bisa gila.. Maafkan aku Ross, kau mendengar sesuatu yang tidak mau kau dengar.! " Wajah El muram seketika dan juga kecewa. Akhir-akhir ini memang El seperti banyak beban dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ternyata selama ini, hal itu yang ia pikirkan.

".... " Aku tidak menjawab apapun, hanya juga berpikir bagaimana perasaanku yang hancur. Dulu aku dengan PDnya bilang bahwa aku suka padanya. Cinta monyetku ternyata seorang penyuka sesama jenis. Entah aku kecewa atau marah dan bahkan iba melihat wajahnya dan ekspresinya yang seolah depresi. Entah dia harus berpikir sendirian dan tidak tahu bagaimana semua itu terjadi. Sahabatku yang paling dekat denganku. Dan akupun tidak mau menyakiti perasaannya dengan kata-kataku.

Apakah aku masih menyukainya?

Dalam benakku bertanya, apa aku masih menyukainya? Atau ini adalah kasih sayang orang terdekat seperti kasih sayang kakak pada adiknya?

Nyuut..

Hatiku seperti disayat belati setelah El mengucap kata itu.

Aku masih tidak mau percaya bahwa terkadang kenyataan itu menyakitkan.

Drrtt.. Drrtt....

'When i set fire to the rain'

Hpku berdering lagu adele..menyadarkanku dari pikiranku yang panjang..

Telepon dari Feya teman sekelasku.

"Feey, haloo.. Kenapa? "

.....

....

"Aa.. Aku lupa... Eh kamu dimana? Sudah pulang? Aku masih di lobi sekolah menunggu jemputan!"

...

"Ooh, masih di gedung olah raga? Ya sudah nanti aku menyusul kamu saja, sekalian mengerjakan tugas dari bu Ma.

...

"Ooh, okey aku nanti kesitu.. Tunggu ya.. ! "

Tut..

Aku menutup telepon

El masih diam..

"Uhmm.. El, aku lupa kalau ada janji dengan Feya. Aku tidak jadi ikut pulang denganmu. Aku harus membatu Feya di gedung olahraga. Jadi nanti tolong sampaikan ke ibumu. Aku juga akan telepon ibuku. Okey.. ?Aku buru-buru.. Maaf! " Aku bangkit dari kursi di lobi dan dengan menyesal buru-buru meninggalkan El setelah dia menjawab okey. Telepon Feya menyelamatkan rasa canggung itu dan aku buru-buru menemui Fey. Seolah aku melarikan diri dari situasi, tapi aku memang ingin melarikan diri.

hatiku masih belum bisa lega, rasa sakit itu muncul ketika teringat ucapan El yang seperti mimpi buruk dan kutukan bagiku.

"Why..? Why.. He told me that!"