webnovel

Your Presence

Ketika fisik sudah tidak mampu untuk bertahan lagi, harapan terakhir agar diri tak menggila hanyalah pada batin dan akal sehat. Namun, bagaimana jika akal sehat sudah mulai tak bisa diajak untuk berkompromi lagi? Adit, sebagai contoh dari sekian anak yang merasa kurang beruntung akibat menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga orang tuanya. Menjadi sasaran empuk kala sang Ayah dan Ibu tengah lelah karena perkerjaan mereka, bahkan membuat Adit sudah sangat lelah untuk terus bertahan di dunia yang begitu kejam untuknya. Nurani sudah menghilang, batin pun mulai berbisik agar enyah dari dunia yang kejam ini. Mengakhiri hidup mungkin, menjadi akhir kisah Adit yang begitu kelam. Agar ia bisa lepas dari kedua orang tua nya yang tak menginginkannya untuk terlahir ke dunia ini. Namun .... "Kalo mau bunuh diri jangan di sini, Aa ganteng!" Suara khas sang gadis yang terus menggema, mengganggu pikiran Adit hingga akal sehatnya perlahan kembali membaik. "Siapa dia? Mengapa aku selalu memikirkannya?" Akankah, Tuhan mempertemukan Adit dengan gadis yang berhasil mencegah dirinya untuk mengakhiri hidupnya itu? Atau, kah sebaliknya? Apakah Adit akan mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sejak berusia 5 tahun hingga sekarang?

AQUELLA_0803 · 都市
分數不夠
278 Chs

Double Date.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, Putri dan Oliv sudah berada di depan restoran. Menunggu Adit yang katanya akan menjemput mereka berdua. Setelah menunggu 10 menit, Adit datang dan menghentikan mobil-nya di depan restoran.

Ia menurunkan kaca mobil dan tersenyum manis kearah kedua gadis cantik itu. "Masuk," ucap Adit.

Putri dan Oliv pun masuk kedalam mobil, dan Adit pun mulai menyetir mobil menuju kontrakan, sang Kakak. Karena kedua gadis yang ia sayangi, ingin mandi dan menggunakan baju bersih untuk pergi jalan-jalan. Adit pun mengiyakan keinginan gadisnya, akhirnya pria itu harus mengantar dan menunggu kedua gadis tersebut.

Rumah kontrakan Oliv tidak jauh dari tempat kerjanya, Adit menghentikan mobil-nya di pekarangan rumah. Oliv turun dan mengajak Putri untuk masuk ke dalam, sedangkan Adit lebih memilih menunggu di dalam mobil sambil scroll aplikasi media sosialnya.

Setelah 20 menit menunggu kedua gadis itu keluar dari rumah kontrakan. Oliv dan Putri sudah terlihat rapi, dan wajah mereka sudah diolesi sedikit make up.

"Lah, kamu udah mandi, Yang?" tanya Adit.

"Udah, aku numpang mandi aja terus pinjem baju Kak Oliv. Soalnya kalau kamu anter aku pulang, jadi bolak balik nanti.." ujar Putri.

"Untung aja badan kamu sama kak Oliv sama, ehehe. Jadi bajunya muat," sambung Adit.

"Hooh, bersyukurlah kau adikku.." sahut Oliv masuk dan duduk di kursi penumpang.

Putri duduk di kursi samping kemudi, dan Adit pun menghidupkan mobil-nya. Mereka pun menuju tempat yang akan mereka tuju. Adit menghidupkan musik di dalam mobil-nya, ia memutar lagu yang berjudul melukis senja.

* Lagu melukis senja *

Aku mengerti perjalan hidup yang kini kau lalui...

Ku berharap, meski berat kau tak merasa sendiri...

Kau t'lah berjuang, menaklukan hari-harimu yang tak mudah..

Biar ku menemanimu, membasuh lelahmu...

Izin 'kan ku lukis senja..

Mengukir namamu disana..

Mendengar kamu bercerita, menangis tertawa...

Biarku lukis malam...

Bawa kamu bintang-bintang..

Tuk temani mu yang terluka, hingga kau bahagia...

Hoo, aku disini walau letih coba lagi jangan berhenti..

Ku berharap, meski berat kau tak merasa sendiri...

Kau t'lah berjuang, menaklukan hari-harimu yang tak mudah..

Biarku menemanimu, membasuh lelahmu...

Izin 'kan ku lukis senja..

Mengukir namamu disana..

Mendengar kamu bercerita, menangis tertawa...

Biar ku lukis malam...

Bawa kamu bintang-bintang..

Tuk temani mu yang terluka, hingga kau bahagia...

***

Kedua gadis itu menikmati lagu yang diputar oleh, Adit hingga lagu tersebut habis. Adit fokus menatap kearah depan, karena ia tidak ingin mencelakakan kedua gadisnya. Setelah cukup lama diperjalanan, Adit menghentikan mobil-nya ditempat Parkir sebuah restoran bernuansa out door.

"Udah nyampe, Dek?" Tanya Oliv.

"Udah, Kak. Buruan turun," jawab Adit yang turun dari dalam mobil.

Adit menggandeng kedua tangan gadisnya, memasuki cafe yang bernuansa out door. Adit mengajak mereka berdua untuk duduk di tepi cafe, karena pemandangan pantai sangat indah disana. Terlihat disana ada seorang pria tampan tengah meminum Jus yang ia pesan, sambil menatap kearah pantai.

"Damar?" ucap Oliv yang bingung kenapa ada Damar disini.

"Udah nyampe, ayo duduk.." jawab Damar.

"Maksud kamu?" Tanya Oliv.

"Aku ngajak Kak Damar buat gabung sama kita, Kak. Gak tega aja liat Kakak sendirian, emang mau jadi nyamuk? Nah, karena adek mu yang baik hati ini gak tegaan. Akhirnya, aku ajak kak Damar. Mumpung dia libur.." Jelas Adit.

"Tap---," ucapannya terpotong.

"Gapapa, aku bosen dirumah terus. Makanya waktu diajak adik kamu, aku mau.." sahut Damar.

Putri hanya diam dan masih tetap berdiri di samping, Adit. Pria itu menarik tangan Putri dan Oliv agar segera duduk.

"Capek tau berdiri terus, Kak Oliv juga lagi hamil, gak boleh kecapekan.." ucap Adit.

Damar terkekeh mendengar ucapan, Adit. Makanan dan minuman pun sudah mulai diletakkan. Damar, sudah lebih dulu memesan makanan untuk mereka, tentunya sudah memberitahu Adit terlebih dahulu.

Kedua gadis cantik itu terkejut saat melihat, bervariasi makanan ada di meja yang mereka duduki. Putri dan Oliv menatap kedua pria tampan yang tengah mengulum senyum mereka saat melihat ekspresi kedua gadis cantik tersebut.

"Banyak banget, emang siapa lagi yang bakal dateng?" tanya Putri yang heran.

"Cuma kita berempat kok," balas Adit.

"Ya ampun, ini makanan banyak banget loh.." sahut Oliv.

"Gapapa kali, biar berat badan kalian naik.." jawab Damar.

Hah..

Demi apa pun kedua pria ini mulai menyebalkan, Putri dan Oliv menatap mereka berdua dengan tatapan tajam.

"Gak perlu banyak-banyak, makan 1 piring aja udah kenyang banget. Dikira perut aku dan Kak Oliv tangki air," ujar Putri.

Adit dan Damar, tak bisa menahan tawanya lagi. Kedua pria itu tertawa terbahak, sehingga aura ketampanan mereka semakin terpancar 'kan. Para gadis yang tengah duduk di pantai dan berada di cafe, langsung jatuh cinta saat melihat ketampanan kedua pria tersebut.

"Mulai deh caper," ketus Putri yang melahap paha ayam.

"Tau nih, caper banget. Mentang-mentang ganteng," sahut Oliv memakan kepiting yang ada dihadapannya.

Adit dan Damar, menghentikan tawa mereka karena merasa risih saat ditatap oleh gadis lain. "Dih tu cewek kenapa ganjen banget, liatin aku sampe mata mau copot dari tempatnya..." gumam Adit.

"Tau tuh, yang itu tuh pamer TT. Gede sih, tapi ngilu liatnya.." sambung Damar.

Plak!

Cangkang kepiting dan tulang ayam berhasil mengenai kepala kedua pria tampan tersebut. Damar dan Adit langsung mengelus kepala mereka yang terkena lempar cangkang dan tulang ayam.

"Mata jangan kegatelan, liat yang glowing langsung diliat. Dasar mesum.." ucap Putri.

"Tau tuh, dasar cowok mesum. Liat TT besar langsung melotot tu mata.." sahut Oliv.

"Heheh rezeki gak boleh ditolak.." ujar Adit.

"Iya, rezeki gak baik kalau ditolak. Apalagi gratisan," sambung Damar.

Kedua gadis itu hanya diam dan lanjut makan. Damar dan Adit hanya terkekeh pelan melihat kedua gadis itu terlihat cemburu.

'Please, Oliv. Kamu bukan siapa-siapa, Damar. Terserah dia mau ngapain, itu bukan urusan kamu..' batin Oliv.

Mereka makan dengan tenang, dan semua makanan pun dihabiskan oleh kedua gadis cantik tersebut. Setelah selesai, mereka berempat memilih untuk bermain di pantai.

"Katanya makanan gak bakal habis, taunya ludes semua.." gumam Adit yang masih bisa di dengarkan oleh Oliv dan Putri.

Mereka hanya diam dan tak merespon ucapan, Adit. Damar mengulum senyumnya, entah kenapa ia benar-benar bahagia hari ini.

"Kayanya lagi ngambek, Dit.." sahut Damar.

Saat Putri tengah berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menabrak tubuh gadis cantik itu. "Sorry," ucap orang tersebut yang tengah mengulurkan tangannya.

Putri menatap wajah orang tersebut dan terkejut saat ia mengenal orang yang menabraknya. Gadis itu lebih memilih untuk berdiri sendiri dan melanjutkan jalannya. Adit dan Damar yang melihat dari kejauhan penasaran, siapa orang yang menabrak Putri tadi. Oliv, menatap lekat wajah orang tersebut.

Orang yang menabrak Putri, menatap kepergian gadis cantik itu dalam diam.

'Aku menemukanmu,' batin orang tersebut.

.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.36 WIB, mereka berempat duduk di dekat pasti sambil menunggu sunset. 3 menit lagi mata hari akan terbenam, dan saat tinggal beberapa detik lagi mereka menghitung mundurnya dari 5-1. Saat mata hari sudah terbenam, Adit mencium pipi kanan, Putri dan Damar mencium pipi kiri, Oliv.

"Aku akan tetap mencintaimu," bisik Damar.

Oliv langsung tertegun saat mendengar pernyataan, mantan kekasihnya. Ingin rasanya menangis, namun ia tidak ingin terlihat cengeng.

"Jangan tinggalkan aku ya," bisik Adit ke telinga, Putri.

Gadis itu langsung membeku dan tak sanggup untuk melihat kekasihnya. Bagaimana bisa dia berjanji tidak akan meninggalkannya dalam keadaan tubuh yang tidak sehat ini.

"Jawab sayang," sambung Jun.

Putri menghela napas dengan pelan, kemudian menatap Adit sambil tersenyum manis, "Aku tidak akan meninggalkan mu.." jawab Putri.

Adit tersenyum dan merangkul kekasihnya, mereka menikmati suasana malam hari di pantai. Setelah cukup lama diluar, mereka berempat memilih untuk pulang. Damar meminta izin untuk mengantar Oliv dan tentunya disetujui oleh Adit.

Beberapa menit di perjalanan, mobil Adit berhenti di pekarangan rumah sewa kekasihnya. Sebelum turun Putri menyalami tangan Adit dan mengecup punggung tangan pria tampan tersebut.

"Makasih ya, kalau udah sampe rumah kabari. Hati-hati di jalan.." ucap Putri.

Adit mengusap rambut Putri dengan sangat lembut. "Rumahku masih di kompleks ini sayang, jadi jangan khawatir.." balas Adit.

Putri mengangguk dan keluar dari dalam mobil, ia melambaikan tangan kemudian dibalas oleh, Adit. Pria itu menyetir mobil-nya menuju rumah kedua orang tuanya.

.

Kediaman Tuan Dimas.

Ceklek

"DARIMANA SAJA KAMU? BARU PULANG JAM SEGINI!" bentak Tuan Dimas.

"Ada urusan penting tadi, Pa. Makanya baru pulang," jawab Adit sambil menundukkan kepalanya.

Plak!

Satu tamparan berhasil mengenai wajah, Adit. Ia menatap ayahnya dengan tatapan kecewa. Kenapa ia harus mendapatkan orang tua yang kejam seperti ini? Kenapa disaat kedua orang tuanya sedang dalam keadaan mood yang buruk, menjadikan anaknya sebagai pelampiasannya? Kenapa Tuhan tidak adil pada Adit dan Oliv? Mereka sudah merasa tertekan mendapatkan orang tua yang selalu berbuat kasar pada mereka. Namun, Adit dan Oliv masih memiliki hati nurani, mereka tidak akan membenci kedua orang tuanya yang telah membesarkan mereka.

"MASUK KE DALAM KAMARMU! BESOK KAU HARUS KEMBALI BEKERJA!" sambung Tuan Dimas dengan nada yang penuh amarah.

Adit hanya diam sambil memegang pipinya, Tuan Dimas menarik tangan anaknya dan mendorongnya masuk ke dalam kamar. Sang ibu hanya memilih diam dan menatap datar anak bungsunya.

"Udah tau sakit masih juga kelayapan, besok tu kamu harus kerja! Gak ada lagi kata-kata libur!" tegas Tuan Dimas.

Tuan Dimas keluar dari kamar anaknya, sedangkan Nyonya Winda mendekati anaknya. "Jangan jadi anak pembangkang kalau kamu ingin hidup tenang," ujar Nyonya Winda dan langsung menutup rapat pintu kamar Adit.

'Aku harus kuat,' batinnya.

.

To be countinued.