webnovel

BAB 23 – MENIKAH

***

"Kamu sudah bangun?" tanya Yohanna saat melihat Jonathan mulai menggerakkan tubuhnya perlahan dan membuka mata karena sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar setelah Yohanna membukanya

"Apa aku tidur berjalan? Kenapa aku tidur disini?" tanya Jonathan

"Lebih tepatnya seorang pemabuk menerobos masuk dengan tubuh penuh bau alcohol" jelas Yohanna kesal tapi membuat Jonathan tersenyum

"Sayang… Morning Kiss" Sela Jonathan dengan senyum tanpa dosa setelah aibnya terbongkar

"Tidak tau malu" timpal Yohanna lalu meninggalkan Jonathan sendiri di kamarnya dengan cepat di susul Jonathan dan meraih pinggang Yohanna lalu menciumnya

"Uh.. mandilah dulu" tolak Yohanna langsung mendorong Jonathan menjauh dan turun ke lantai bawah.

Beberapa pekerja yang melihat kedua orang itu turun bersama dari lantai atas dan melihat pakaian Jonathan membuat wajah mereka memerah karena malu, tapi pembuat onar itu bahkan tidak peduli dan terus mengekor di belakang Yohanna.

"Sayang…" panggil Jonathan yang melihat Yohanna bersiap membuat sarapan tapi sepertinya Jonathan tidak akan melepaskannya begitu saja dan terus melekat di belakang Yohana sembari memeluknya setelah mengusir beberapa asisten rumah tangga yang tengah sibuk di dapur dan membersihkan ruangan.

"Morning Kiss…" ucapnya sembari tidak berhenti menciumi leher dan pundak Yohanna dari belakang

***

"Kamu tidak ke kantor?" tanya Yohanna yang mulai jengah dengan sikap Jonathan yang terus melekat

"Tidak"

"Apa kamu tidak ada pekerjaan?" tanya Yohanna lagi

"Ada"

"Pergilah ke kantor"

"Aku bisa bekerja dari rumah, sebentar lagi asistenku akan datang membawa dokumen-dokumen yang perlu ku tanda tangani" jelas Jonathan sembari memakan buah yang ada di hadapannya "Dan beberapa tanda tanganmu juga" lanjutnya tersenyum

Dokumen pernikahan mereka telah selesai dalam setengah hari, hanya perlu tanda tangan dari Yohanna dan mereka akan secara resmi menjadi suami-istri di mata Negara.

Yohanna tidak berpikir panjang tentang tanda tangan yang di maksud Jonathan, dia kembali focus pada layar Televisi dan menonton film yang sudah dia lewatkan penayangannya di bioskop karena Jonathan tidak bisa menemaninya pergi menonton dan melarangnya pergi bersama Jessi kala itu.

Tak lama kemudian Tony asisten Jonathan datang dengan membawa setumpuk dokumen dari kantor hasil dari rapat dari kantor cabang dan beberapa berkas lain juga dokumen pernikahan mereka,

"Sayang, ayo ikut ke ruang kerja" ajak Jonathan tapi Yohanna menggelengkan kepalanya pelan

"Pergilah, aku akan tetap di sini menyelesaikan filmku" timpal Yohanna malas melihat setumpuk dokumen yang di bawa Tony.

"Aku butuh beberapa tanda tanganmu"

"Selesaikan milikmu terlebih dahulu, aku akan melakukannya setelah kamu selesai memeriksanya" jawab Yohanna masih terfokus pada layar telivisi di depannya

Jonathan mengatur beberapa saham atas nama Yohanna dan menempatkan dia di posisi penting perusahaan walaupun pada kenyataannya Yohanna bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di kantor perusahaan.

"Berikan tanda tangan di sini, semua sudah selesai hanya perlu tanda tanganmu" ujar Jonathan dengan senyum menyodorkan beberapa dokumen perusahaan dan terselip dokumen pernikahan mereka di antara dokumen itu.

Yohanna bahkan tidak curiga sama sekali dengan cepat menandatangani semua tanpa melihat isinya. Setelah menyelesaikan semua dan meletakkan dokumen itu dengan cepat Jonathan memasang sebuah cincin di jari manisnya

"Terima kasih istriku" ucapnya dengan senyum bahagia, Yohanna sudah tidak kaget mendengar ucapan Jonathan memanggilnya 'Istriku' tapi dia terpaku dengan cincin yang melingkar pada jari manisnya.

"Apa ini?" tanya Yohanna setelah tersadar dari keterkejutannya

"Cincin, bukankah kamu memintanya semalam?" jawab Jonathan

"Kamu belum sadar dari mabukmu?" selidik Yohanna menatapnya curiga

"Kamu sendiri yang mengatakan seharusnya aku menyiapkan cincin saat melamarmu" jelas Jonathan

"Aku belum menjawab apakah aku setuju atau tidak" elak Yohanna segera

"Jadi apakah kamu menerima atau menolaknya aku tidak peduli, cincin itu sudah terpasang di jarimu" kata Jonathan cuek sembari mengangkat bahunya

"Yang benar, kamu bertanya dan aku akan menjawab. Bukan seperti ini"

"Jadi apakah kamu akan menolakku?" tanya Jonathan serius menatap Yohanna lekat

"Aku…" jawab Yohanna terbata tidak bisa melanjutkan apa yang akan dia katakan "Joe..kita mungkin tidak bisa terus seperti ini" lanjutnya mulai takut

Laki-laki di depannya ini akan menjadi sangat buruk jika amarahnya meluap

"Jadi kamu benar-benar menolakku?" tantang Jonathan lalu berdiri membuat Tony yang berada di belakangnya pun ikut waspada bersiap jika harus menampung semua luapan amarah Bosnya itu.

"Dengarkan aku dulu, kamu tidak bisa memaksa semua yang kamu inginkan tanpa bertanya pendapatku" jelas Yohanna mengabaikan film yang sedang dia tonton yang kini menunjukan adegan berdarah saling menembak tapi keadaannya sekarang mungkin lebih parah dari adegan di layar itu

"Jika kamu menolakku, kita akan bertemu di pengadilan" kata Jonathan lalu melangkah pergi meninggalkan gadis yang baru beberapa menit lalu menjadi istrinya

Yohanna hanya mematung mendengar itu, Tony tidak mengikuti Bosnya pergi tapi tetap tinggal melihat Yohanna mematung. Lalu menyerahkan dokumen yang baru saja Yohanna tanda tangani.

Berupa surat Perjanjian Nikah. Beberapa asset yang sudah di balik nama atas nama Yohanna sebagai hadiah pernikahan juga sertifikat pernikahan mereka.

Sepertinya dia juga baru saja paham apa yang baru saja terjadi setelah melihat reaksi Yohanna. Bosnya mendaftarkan pernikahan secara sepihak.

"Apa yang sudah dia lakukan" gumam Yohanna gemetar "Apa yang sudah aku lakukan" lanjutnya melihat tanda tangannya di sertifikat pernikahan itu.

~~

Beberapa hari Jonathan tidak kembali, setelah kejadian siang itu mereka seolah terpisah dinding yang tidak bisa di tembus.

Tidak bertemu selama beberapa hari membuat mereka berdua sangat canggung saat Ayah Yohanna mengajak mereka makan malam bersama.

"Kalian datang terpisah?" tanya James Ayah Yohanna melihat mereka menaiki mobil berbeda

"Saya dari kantor langsung kesini, akan terlambat jika harus pulang menjemput Yohanna" jelas Jonathan tidak ingin orang lain menghetahui bahwa mereka tinggal terpisah beberapa hari ini.

"Apa kalian sedang bertengkar?" tanyanya lagi setelah mengamati wajah putri satu-satunya dengan curiga sama sekali tidak melihat kearah Jonathan, walaupun Jonathan bersikap normal.

"Bukankah kita disini untuk makan?" sela Yohanna cuek mengabaikan mereka berdua.

"Ya… kita makan terlebih dahulu, setelah itu kita bisa ngobrol dengan santai" timpal James mengalah karena tau sikap putrinya

"Aku harap kita akan bisa melakukan ini setiap akhir pekan" kata James setelah mereka hampir menghabiskan seluruh hidangan.

"Itu terlalu merepotkan" sela Yohanna

"Ya.. Ayah tau rumah kalian jauh dari sini, tapi setidaknya Ayah ingin lebih sering menghabiskan waktu denganmu setelah sekian lama kita tidak bertemu" keluhnya

"Tidak bisa, aku wanita yang sudah menikah. Jika ayah ingin melakukan itu tentu harus mendapatkan ijin dari suamiku" jawab Yohanna lalu menatap Jonathan tajam, amarahnya masih ada tentang pernikahan sepihak mereka, tapi entah kenapa dia lebih rela tinggal bersama Jonathan dari pada harus kembali hidup bersama Ayahnya

"Apa?" respon Ayahnya kaget lalu bergantian menatap dua orang yang menemaninya makan malam.

"Ya… kami sudah menikah" tegas Yohanna lalu berdiri "Aku sudah selesai, jika tidak ada hal penting aku akan pergi" lanjutnya

"Yohanna…" panggil Ayahnya seperti ingin mengatakan sesuatu

"Kita tidak memiliki hubungan yang dekat sampai harus bercengkrama setelah makan malam bersama kan?" sela Yohanna lalu pergi

Jonathan tidak mengatakan apapun sedari tadi ikut berdiri, hendak mengejar Yohanna tapi dia mengurungkan niat saat melihat wajah syok laki-laki parubaya yang sekarang menjadi ayah mertuanya

"Maaf, kami baru saja mendaftarkan pernikahan secara legal dan belum sempat memberitahu siapapun" jelas Jonathan

"Apa dia menyulitkanmu?" tanya Ayah Yohanna dengan tatapan sedih mengingat sifat putrinya yang keras kepala

"Tidak, sama sekali tidak" jawab Jonathan lalu terlihat gurat lega pada wajah Ayah Mertuanya itu