***
Sebuah pesan masuk ke ponsel Jonathan saat dirinya tengah menghadiri rapat di kantor cabang, ekspresi wajahnya berubah lalu mengangkat salah satu tangannya tanda agar rapat berhenti sejenak.
"Ya sayang" ucapnya melalui ponsel sembari melangkah keluar ruang rapat
"Aku akan ke rumah ayahku selama kamu tidak dirumah"
"Tunggu aku pulang, lalu aku yang akan mengantarmu"
"Itu masih beberapa hari lagi"
"Besok aku akan pulang jika kamu mau"
"Sekarang"
"Baiklah, aku akan pulang sekarang"
"Maksudku, sekarang aku sudah ada di rumah ayahku"
Tidak ada jawaban dari sisi lain setelah Yohanna mengatakan itu, sambungan ponselnya juga terputus dan tidak bisa menghubungi Jonathan lagi
Yohanna tidak terlalu memikirkan itu, lalu segera masuk ke rumah Ayahnya. Sudah lama dia tidak pulang ke rumah ini lagi. Jonathan sangat membatasi dirinya untuk bertemu Ayahnya sejak William memutuskan bekerja dengan James Wilson. Setelah beberapa saat memilah surat-surat masuk disana Yohanna menemukan beberapa surat dari kakaknya
Setelah membaca isi surat tersebut dan mengecek alamat baru serta nomer telp pada surat tersebut Yohanna memutuskan untuk segera pergi mengunjungi kakaknya yang berada di Negara K.
Tentu saja Yohanna tidak akan meminta ijin kepada Jonathan dengan kata lain dia akan kabur. Entah kenapa Jonathan sangat tidak tertarik jika dia membicarakan keluarganya yang ada di neraga K.
Bandara~~~
Yohanna berlari dengan gugup takut jika dia ketinggalan pesawat karena setelah memutuskan pergi dia harus kembali ke rumah Jonathan mengambil Passpornya, dia bahkan tidak membawa pakaian karena takut pembantu di rumah Jonathan akan curiga dia pergi.
Saat hendak memasuki bandara, dia di kejutkan dengan sekelompok orang dengan pakaian rapi dan Jonathan berada di antara mereka. Dengan cepat Yohanna menutup kepalanya dengan Hoodie lalu berjalan setenang mungkin.
"Ny. Lee?" pada saat yang tidak tepat seseorang berpapasan dengannya dan memanggilnya dengan ragu membuat membuat kelompok orang itu melihat kerahnya. Awalnya Yohanna ingin mengacuhkannya berpura-pura tidak mendengar panggilan itu tapi sebuah tangan kuat meraih pinggangnya dan menariknya masuk ke dalam pelukan
"Sayang…" panggilnya lembut
"Surprise… " timpal Yohanna sembari membuka Hoddie yang menutupi kepalanya dengan senyum ceria
Tanpa ragu Jonathan langsung menciumnya walaupun mereka di tempat umum, "Begitu merindukanku?" gumamnya tapi Yohanna hanya tersenyum
Yohanna merasa ada yang berbeda dari sikap Jonathan cara dia menggenggam tangannya pun tidak seperti biasanya, tapi dia tidak berani bertanya. Apakah Jonathan sudah mengetahui jika Yohanna bermaksud kabur dari rumahnya?
Setelah sampai di rumah pun Jonathan tidak mengatakan apapun dan segera masuk ke kamarnya, Yohanna menunggunya di ruang makan tapi Jonathan tetap tidak keluar dari kamarnya.
"Apa ada masalah di kantor?" tanya Yohanna pada Tony asisten pribadi Jonathan saat melihatnya keluar dari ruang kerja Jonathan.
"Tidak ada, semua baik-baik saja" jawabnya singkat lalu pergi
Yohanna terlihat acuh lalu memutuskan naik ke kamarnya tapi beberapa saat kemudian perasaannya kembali tidak tenang lalu turun dan memastikan keadaaan Jonathan
"Tok..tok.."
Beberapa kali Yohanna mengetuk pintu kamar Jonathan tapi tidak ada sahutan dari dalam sampai Bibi Fey mengatakan bahwa Jonathan baru saja keluar mengendarai mobil tanpa supir.
Yohanna menghela nafas panjang, lalu mengerutu pelan
"Bahkan pergi pun tidak mangatakan apapun"
Kesal karena di acuhkan membuat Yohanna kembali ke kamarnya dengan emosi lalu membanting pintu kamarnya kencang
"Wah… perasaan apa ini, menyebalkan sekali"
***
Malam hari seseorang ikut masuk kedalam selimut, membuat Yohanna segera terjaga. Tapi sebuah lengan dengan kuat menariknya kedalam pelukan.
"Jangan pergi, tetap disini" gumam Jonathan pelan
Tercium bau alcohol dari tubuhnya, kemungkinan dia cukup mabuk sampai menyelinap ke kamarnya. Untung saat ini Yohanna memakai pakaian lengkap karena tadi dia cukup kesal dengan sikap Jonathan sampai tertidur.
Yohanna berusaha keluar dari pelukan Jonathan tapi itu membuat Jonathan leih erat memeluknya
"Berhenti bergerak, malam ini saja aku ingin tidur seperti ini" Ucap Jonathan tanpa membuka matanya
"Setidaknya jika kamu mau tidur di kamarku bersihkan dulu tubuhmu. Kamu bau alcohol" keluh Yohanna
"Jadi, jika aku tidak bau alcohol apa kamu mau tidur denganku seperti ini?" tanya Jonathan membuka matanya
"Aku sesak, kepalaku sakit karena bau alcohol" alih Yohanna
Lalu Jonathan keluar dari selimut dan masuk ke dalam kamar mandi Yohanna, tak lama terdengar suara dari dalam
"Dimana sikat gigiku? Kenapa ada begitu banyak kosmetik wanita disini"
"Itu kamar mandiku, keluarlah" sahut Yohanna yang kini rasa kantuknya sepenuhnya hilang
Jonathan keluar hanya memakai handuk di pinggangnya membuat Yohanna menggelengkan kepala pasrah.
"Laki-laki ini ternyata sangat pikun saat mabuk" batinnya
"Kembalilah ke kamarmu dan berpakaian yang benar, udara sangat dingin kenapa berpakaian seperti itu"
"Bukankah kamu yang menyuruhku mandi supaya bisa tidur bersamamu"
Mendengar itu Yohanna menepuk jidatnya lelah, Jonathan benar-benar lebih menyebalkan saat mabuk.
Bahkan dia benar-benar tidak mau kembali ke kamarnya untuk berpakaian. Saat Yohanna ingin membantunya untuk mengambil baju dia tidak membiarkan Yohanna pergi dan memaksa tidur di kamar Yohanna malam ini, jadi dengan terpaksa Yohanna memberinya bathrobe
"Sayang, bisakah kita tidur seperi ini setiap malam mulai sekarang"
"Tidak"
"Kenapa? Ini normal dilakukan oleh setiap pasangan"
"Kamu sendiri yang membuat peraturan itu saat aku pindah kesini"
"Aku melakukan itu untuk mencegah hal yang tidak diinginkan"
"Lalu?"
"Bukankah selama ini tidak terjadi apa-apa? Artinya tidak perlu melakukan peraturan itu lagi"
"Tidak ada yang terjadi karena pencegahan itu, tapi jika seperti ini apakah kamu bisa menjamin?" jelas Yohanna lalu menangkap belaian tangan Jonathan yang mulai masuk kedalam pakaiannya
"Ayo menikah" ucap Jonathan membuat Yohanna membeku
"Kali ini benar-benar menikah" lanjutnya sembari membelai pipi Yohanna lembut "Sayang…" panggilnya pelan karena tidak mendapat respon dari Yohanna
"Kamu mabuk, tidurlah" jawab Yohanna lalu memalingkan wajahnya dan mematikan lampu tidurnya.
"Sayang… menikahlah denganku" sela Jonathan saat Yohanna mulai merebahkan diri menutup selimut pada tubuhnya
"Kita bicarakan itu besok, setelah kamu sadar dari mabukmu"
"Sayang… Aku tidak mabuk" bantah Jonathan sembari meraih tangan Yohanna lalu menggenggamnya erat
"Setidaknya kamu harus menyiapkan cincin saat melamar seorang gadis" timpal Yohanna ketus tapi tidak dihiraukan Jonathan
"Aku akan memasangkan cincin disini" gumam Jonathan pelan sembari menelusuri jari manis Yohanna "Hanya aku" lanjutnya lalu jatuh tertidur
Yohanna memandang garis wajah Jonathan lekat, sudah sangat lama mereka bersama dan tinggal dalam satu rumah tapi ini pertama kali dia menatap lekat wajah laki-laki posesif ini.
Sifatnya yang membuat Yohanna sangat tidak nyaman tapi juga memberi kenyamanan lain yang tidak dia peroleh dari keluarganya. Laki-laki inilah yang telah menjaganya.
Yohanna perlahan keluar dari pelukannya dan memilih tidur di kamar tamu. Setelah Yohanna keluar dari kamar Jonathan perlahan membuka matanya, salah satu tangannya menggenggam sebuah passpor dan selembar tiket pesawat yang terselip di passpor tersebut yang dia ambil dari saku hoodie yang Yohanna pakai.
"Sengaja kabur ke Negara ini karena aku membenci dan tidak akan pernah menginjakkan kaki kesana?" gumam Jonathan lalu kembali menutup matanya "Bahkan jika itu neraka sekalipun aku akan tetap mengejarmu" lanjutnya lirih