webnovel

YOUNG FATHER(BTS Jung Hoseok Ver.)

"Sejak aku lahir hingga sekarang, aku tidak pernah mersakan kasih sayang seorang ayah. Aku tahu,kehadiranku diusiaanya terlalu muda yaitu 13 tahun. Merenggut masa mudanya yang indah.Bahkan, baginya akulah penyebab kematian Oemma dan kehancurnya.Iya,Oemmaku adalah Park Hyemi sekaligus sahabat dan Istri dari Ayahku Jung Hoseok. Seorang Idol yang tergabung grup BTS. Andai aku bisa memilih, aku tidak mau dilahirkan di dunia ini.Karena kehadranku banyak orang yang terluka. Termasuk Appaku, Jung Hoseok.." -Jung Raena- "Maaf, hanya itu yang bisa lakukan kepadamu. Andai aku tidak menodai Hyemi, mungkin kau tidak terlahir dan mendapatkan siksaan dariku. Jujur aku sangat bangga menjadi Appa. Namun kau hadir di saat usiaku terlalu muda..." -Jung Hosok_

kimrae_yoo91 · 青春言情
分數不夠
8 Chs

YOUNGFATHER PART 1

bertemu dengan anak Hoseok dan itu membuat dia sedikit tidak suka.

***

Part 1

Beberapa tahun yang lalu....

Pagi yang cerah membuat seorang gadis berusia 15 tahun terus mengayuh sepeda kesayanganya. Mungkin bagi semua orang itu, masih sangatlah masih pagi untuk beraktifitas. Namun tidak bagi gadis bermarga Jung itu. Sejak subuh jam 5 pagi, dia sudah melakukan pekerjaannya sebagai pengantar koran dan susu. Tidak ada yang tahu, bahwa gadis kini bersekolah di Sopan jurusan musik dan Dance itu. Adalah anak dari member boyband yang sangat terkenal di seluruh dunia. Dia adalah Jung Raena, anak Jung Hoseok atau biasa di sebut Jhope.

Mungkin semua bertanya, kenapa seorang Jung Hoseok berusia 29 tahun memiliki anak berusia 15 tahun? Itu memang kenyataannya, dan itu benar adanya. Seorang Jung Hoseok, pernah menikah di usia tergolong masih terlalu muda.

Tapi mau bagaimana lagi, Hoseok melakukan kesalahan kepada sahabatnya sampai hamil. Dan pernikahan itu, Hoseok pun terpaksa menerimanya, dan menikahi sahabatnya disaat kandungan sahabatnya berusia 5 bulan.

Mungkin, Hoseok tidak minum es teh di campur obat perangsang oleh salah satu senior di kelasnya. Hoseok tidak menikahi Park Hyemi di usia terlalu muda. Sementara Hyemi sendiri, tidak mau kalau Hoseok bertanggung jawab karena Hyemi tahun Hoseok akan menjadi seorang trainer salah satu agènsi di Korea. Tapi, karena keputusan orang tua mereka. Akhirnya pernikahan itu terjadi dan secara diam-diam.

Namun pernikahan hanya sebentar, dan membuat Hoseok sangat terluka. Karena mengandung di usia terlalu muda, Hyemi menghembuskan nafas terakhir saat melahirkan seorang bayi perempuan dan mengalami pendarahan hebat.

Sejak saat itu, Hoseok sangat membenci bayi yang masih merah itu. Dan saat itu, Hoseok lebih mementingkan trainingnya dari pada anaknya. Hingga saat dia baru saja debut, orang tua Hoseok datang ke dorm Bangtan sambil membawa Jung Raena masih 5 tahun. Jelas saja Hoseok geram, dan tak mau menerima anak itu. Tapi, untungnya Namjoon dan Seokjin mengerti. Akhirnya mereka mau mengasuh Raena sampai besar bersama member Bangtan yang lain. Meskipun Hoseok tidak menerima anak itu secara terang - terangan.

Hingga usia Raena sampai 15 tahun, Hoseok tidak pernah menganggap anaknya ada. Sampai akhirnya, Raena memilih hidup sendiri dengan syarat Hoseok tetap menangani sebagai seorang ayah.

"Ah, lelahnya...." ucap Raena menghentikan sepedanya di halte depan gedung Big Hit Entertainment.

"Appa, saranghae banyak banyak...." ucap Raena sambil mengangkat tangannya membuat love sign.

Itu semua di lakukan gadis itu setiap berhenti di halte depan gedung itu. Anggap saja Raena seperti remaja gila, sering melakukan itu sejak dia duduk di bangku Sd.

"Hai, nak. Apakah orangtuamu masih menjadi staff di gedung itu?" tanya seorang petugas kebersihan yang selalu melihat kebiasaan Raena selama bertahun - tahun.

"Ne, Haraboejinim. Bahkan Appaku semakin sibuk jarang pulang ke rumah." bohong Raena.

Namun petugas kebersihan itu tahu, di mata gadis itu menyimpan banyak luka.

"Kau tidak sekolah, nak?" tanganya sambil duduk di sebelah Raena.

"Hari ini sekolahku libur, Haraboejinim. Karena kakak kelas 12 sedang ada ujian." jelas Raena sambil tersenyum.

Sesaat kemudian, petugas itu melihat luka di kening Raena yang seperti baru di jahit, dan melihat wajah Raena sedikit memar.

"Kenapa dengan keningmu?" Raena yang menyadari langsung menutupi dengan poninya.

"Oh ini? Ini luka saat kecelakaan kemarin lusa, Haraboejinim." bohong Raena.

Karena luka di kening itu, dan memar itu dari Hoseok. Karena Raena memberikan surat panggilan orang tua dari Sekolah. Menurut Hoseok, mungkin saja anaknya itu melakukan kesalahan di Sekolah sampai ada surat panggilan dari Sekolah. Sebenarnya, Raena bisa memberikannya kepada manajer Sejin untuk mewakili Hoseok. Namun Raena mencoba memberikan surat itu kepada Ayahnya. Dan akhirnya, Hoseok kalap dan menghajar yeoja yang rindu dengan kasih sayang dari Ayahnya.

Saat Sejin mencoba datang ke Sekolah karena Hoseok menyuruh. Ternyata Raena mendapatkan medali dan beasiswa full dari sekolah atas prestasinya. Bukan melakukan kesalahan yang di pikirkan Hoseok.

Sejak saat itu, Raena kapok memberikan surat panggilan sekolah kepada Ayahnya. Karena dia menyadari, Hoseok tidak akan pernah menganggap dia ada. Bahkan Raena bertaruh, mungkin Hoseok tidak akan sudi mengantarkan sampai ke altar.

Kini kembali ke cerita, Raena sedang beristirahat dan bercerita kepada petugas kebersihan itu.

"Aboeji," suara seorang yeoja berusia 27 tahun mendatangi petugas itu.

"Oh, Shin Lien. Kenapa kau pagi - pagi sudah datang?" tanyanya.

Sementara Raena hanya memperhatikan, Ayah dan anak itu sambil menikmati susu pisang pemberian orang itu.

"Aku khawatir karena Aboeji telat sarapan, kasihan Oemma yang memasak." ucap yeoja itu duduk di sebelah kanan Raena.

"Jadi ini, adik kecil yang sering Aboeji ceritakan?" tanya Lien kepada Ayahnya sambil membelai kepala Raena.

"Adik kecil? Aku sudah berusia 15 tahun, Ahjumma." protes Raena tidak terima

Lien dan sang Ayah hanya tertawa melihat Raena protes. Karena wajah Baby gadis itu mengecoh usia sebenarnya.

"Jangan panggil Ahjumma, panggil Oennie saja. Adik ke..."

"Jung Raena. Oennie bisa panggil aku Raena...," potong Raena karena dia risih di panggil adik kecil.

"Nama Oennie Shin Lien, Raena -ssi.." Lien memperkenalkan dirinya.

"Senang berkenalan dengan, Oennie." Raena membukukan badannya.

"Nah, nak. Lien ini anak Haraboeji yang baru lulus kuliah di Paris." ucap Petugas bernama Shin Changmin itu.

"Huah, daebak. Apakah di sana indah, Oennie?" tanya Raena senang.

"Ne, tentu saja indah." jawab Lien gemas melihat wajah Raena.

Tanpa Raena sadari, di dalam gedung itu. Tepatnya di lantai 5 gedung itu. Ada yang memperhatikan Raena setiap hari, bahkan setiap pagi. Namja itu selalu memperhatikan Raena dari jendela gedung itu.

"Andai Hoseok Hyung tahu, betapa hangatnya anaknya itu....," Ucapnya sambil meninggalkan tempat itu.

***

Raena meletakkan sepedanya begitu saja di depan teras rumahnya sederhana itu. Rasa lelah di tubuh yeoja 15 tahun itu, mulai menyelimuti. Sesekali gadis itu memijat pundaknya yang terasa kaku.

"Ahhh~ lelahnya..." Ucapnya sambil mengambil botol air dingin dan meneguknya.

"Appa, kau sudah sarapan? Aku dengar kau di beritakan sedang kencan dengan Seulgi Oenni, ya? Jaga dia baik - baik, Appa. Jangan sampai dia jebol seperti Oemma sampai lahirlah aku. Aku takut kalau anakmu kelak akan sepertiku" Ucap Raena dengan foto Hoseok yang terpasang di dindingnya.

Ya, di rumah sederhana dengan taman minimalis. Raena hidup sendiri tanpa gangguan dari sesaeng fans atau paparazi yang menguntitnya. Rumah ini dia beli dengan uang tabungan yang sering di berikan Hoseok lewat manajer Sejin. Awalnya Raena menyewa flat sederhana waktu SMP. Namun ketahuan sesaeng fans ayahnya, dan muncul scandal. Akhirnya, Raena memilih pindah rumah yang lebih aman. Agar orang - orang itu, tidak menganggu kehidupan Raeyoo maupun Appanya.

'Tok...tok...'

Raena beranjak dari tempat duduknya, dan membuka pintu Rumahnya.

"Ne...." Ucap Raena membuka pintunya.

"Oh, Han Ahjumma. Aku kira kau libur. Silahkan masuk....," Raena mempersilakan Han Ahjumma orang yang membantu Raena selama tinggal sendirian.

"Maafkan Ahjumma, Rae-ya. Karena ada acara di Sekolah Jaehan, Ahjumma telat datang kerja." Ucap Han Ahjumma.

"Tak apa, Ahjumma. Aku bisa melakukan sendirian, lagian hari ini aku libur sekolah." Balas Raena senang.

"Oh, iya. Luka jahitanmu sudah kau ganti kasanya?" Tanya Han Ahjumma, dan mendapatkan gelengan dari Raeyoo sambil menunjukkan luka jahitan di keningnya.

"Kenapa kau buka kasanya? Itu masih basah, Rae-ya...," Kesal Han Ahjumma.

"Habisnya aku tidak nyaman, Ahjumma. Makanya penutupnya aku lepas." Jelas Raena.

"Sini, Ahjumma tutup lagi. Biar tidak infeksi...," Omel Han Ahjumma kepada Raena.

Dengan telaten, Han Ahjumma membersihkan luka jahitan itu dengan kasa steril, dan menutupnya kembali agar luka itu tidak infeksi.

"Minggu depan buka jahitan, kan?" tanya Han Ahjumma dan mendapatkan anggukan dari Raena.

Ini yang membuat Han Ahjumma salut kepada Raena. Dewasa sebelum waktunya itulah di pikirannya. Karena sejak pertama kali melihat Raena tidak seperti anak seusianya. Di usia terbilang masih terlalu muda itu, Raena masih melakukan dengan sendiri dengan tangan kecilnya.

Sebenarnya Han Ahjumma bertemu dengan Raena saat berusia 5 tahun. Ketika itu Han Ahjumma menjemput anak majikan dia yang lama. Sekaligus teman sekelas Raena di taman kanak-kanak. Saat itu, Raena menunggu Hoseok untuk menjemput. Namun pada akhirnya Raena pulang jalan kaki menuju dorm BTS. Karena nyatanya Hoseok tidak menjemput anaknya. Melainkan asik di studionya sedang menyiptakan lagu. Bertahun-tahun Han Ahjumma memperhatikan Raena seperti itu. Sampai akhirnya, Han Ahjumma bekerja sebagai pembantu sekaligus pengasuh Raena hingga sekarang. Meskipun ketika sore hari Han Ahjumma harus pulang karena anaknya.

"Han Ahjumma, menurut Ahjumma apakah Appa cocok denga Seulgi Oenni?" Tanya Raena memecah lamunan Han Ahjumma.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanyanya kepada Raena dengan tatapan sedikit sendu.

"A....Annie, saat Aku membaca koran yang aku antar tadi. Appa sangat bahagia dengan Seulgi. Semoga saja dikenalkan kepadaku. Kalau tidak, aku tidak masalah hanya memandangnya dari jauh." Jelas Raena tersenyum meskipun terpaksa.

Dengan pelan Han Ahjumma menyandarkan kepala Raena di pundaknya.

"Hey, jangan seperti itu. Ahjumma yakin, pasti kau akan di kenalkan dengan kekasih Appamu itu. Percaya dengan Ahjumma," Han Ahjumma memberikan dukungan kepada Raena.

"Raena takut, Ahjumma. Raena memang tidak ada di mata Appa. Raena hanya pembawa malapetaka untuk Appa," ucap Raena

"Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Tidak ada anak pembawa malapetaka ataupun anak sial. Mungkin, untuk saat ini Appamu belum siap kau hadir di tengah-tengah kesuksesannya." Han Ahjumma memberi nasihat kepada Raena.

"Tapi sampai kapan, Ahjumma?" tanyanya pelan.

Han Ahjumma hanya menepuk pundak Raena pelan.

"Bersabarlah, nak." Ucapnya pelan.

***

Sementara di stodio World Hope, Sejin meletakkan piagam sekaligus surat keterangan beasiswa Raena di hadapan Hoseok dengan sedikit kasar.

"Apa itu, Hyung. Baru kali ini kau ikut lomba sains," canda Hoseok..

"Itu yang membuat kau menghajar anakmu sampai mendapatkan banyak jahitan di keningnya." Jawabnya datar.

"Oh, bagus lah. Dia tidak mempermalukan diriku di Sekolah." Balasnya dingin.

"Sudahlah, Seokie - ah. Ini sudah 15 tahun, kau tetap tidak menganggap dia ada. Apa kau tidak pernah melihat matanya sedikit saja?" Bujuk Sejin kepada Hoseok.

"Anak seperti dia memang pantas mendapatkan itu semua, Hyung. Setelah menatap matanya, apakah dia bisa mengembalikan Hyemi, huh?" Jawab Hoseok.

"Hyung, selama Hyemi menikah denganku. Dia tidak pernah baik - baik saja. Dia sudah diusir oleh keluarganya, dan setelah Hyemi meninggal mereka menyalahkan ku. Hingga sekarang pun, orang tua Hyemi tidak sudi bertemu denganku." Jelas Hoseok.

"Kalau dia bisa mengembalikan sahabatku itu. Aku mau menganggap dia anakku." Lanjutannya dan mendapatkan tamparan dari Sejin.

"Park Hyemi meninggal, itu karena dia melahirkan di usia terlalu muda. Sadarlah, Hoseok!" Sentaknya dan keluar dari studio itu.

"Aish, baru kali ini aku di tampar manajer sendiri," ucapnya mengelus pipinya sakit.

"Aku tetap pada pendirianku, Hyung. Tidak bisa di ubah lagi." gumamnya pelan.

***

Malam pun menggantikan siang, sinar mentari mulai tergantikan dengan bulan. Melihat suana sepi dengan bulan purnama terang, itu sangat di sukai Raena. Yeoja itu sejak setelah makan malam bersama Han Ahjumma. Dia langsung duduk manis di teras belakang rumahnya sedikit luas, dan memandang langit terang bulan berasama para bintang.

"Oemma, kata Jimin Ahjussi kau sudah menjadi bulan di atas sana. Maaf, ya baru bisa melihatmu sekarang." Ucapnya.

"Oemma, ini sudah 2 hari Appa tidak menjengukku setelah insiden itu. Apa benar aku nakal, Oemma?" Ucap Raena tanpa dia sadari di belakang sudah ada Jungkook dan Jimin yang sengaja datang menemui Raena.

"Kau sedang menunggu burung hantu terbang, Raena?" Goda Jungkook membuat yeoja kecil itu menghentikan aktivitasnya.

"Bukan, sedang menunggu pesawat jet tempur jatuh menimpaku." Balas Raena datar.

Tentu saja itu membuat Jimin dan Jungkook geli, kemudian mendekati yeoja itu.

"Kau sedang rindu Oemmamu, ya?" Tanya Jimin halus dan menganggukkan kepalanya.

"Kenapa kau tidak ke makannya saja?" Tanya Jungkook.

"Takut ada kakek tua dengan wajah seram di sana. Kemarin lusa saja, kakek tua itu bertemu Appa di makam Oemma. Kakek tua itu justru memaki - maki Appa dengan kata kasar." Jelas Raena panjang lebar.

Jimin dan Jungkook langsung saling pandang mendengar penjelasan Raena.

"Kalau di lihat dari wajahnya, kakek tua itu seperti suami Park Haloemmoni. Pelanggan susu yang sering aku antarkan setiap pagi." Lanjut Raena

"Kau masih sering mengantarkan koran, dan susu?" Tanya Jimin.

"Ne, Ahjussi. Aku berusaha tidak ingin merepotkan kalian terutama Appa. Nanti kalau usiaku sudah 17 tahun, aku mau cari pekerjaan lagi untuk bertahan hidup dan meneruskan sekolahku sampai kuliah kedokteran.," Ucap Raena.

"Andwae, kau tidak boleh bekerja lagi. Biar kami yang kerja, ini sudah cukup kau tinggal sendiri di sini." Tolak Jungkook kepada Raena.

"Kalau masalah Appamu, biar kami yang urus. Sekarang kau fokus dengan sekolahmu." Tambah Jimin.

***

Sementara itu, di cafe milik Jiwoo. Hoseok mengenalkan Seulgi kepada kedua orang tuanya dan noonanya setelah di tampar Sejin. Jiwoo bukannya menyambut Hoseok justru menanyakan keponakan kesayangannya.

"Raena tidak kau ajak, Hoseok - ah?" Tanya tanpa memperdulikan Seulgi di hadapannya.

"Noona, sudahlah. Jangan tanyakan anak itu di hadapan kekasihku," ujarnya sedikit kesal.

Jiwoo hanya memutarkan bola matanya, dengan malas dan mendahului mereka berdua.

"Oppa, apakah kalian bahas itu soal anak angkatmu?" Tanya Seulgi kepada Hoseok.

Memamng benar, Hoseok mengatakan kepada Seulgi bahwa dia memiliki anak angkat yang dia temukan di dekat rumahnya saat training dulu. Padahal, anak yang di maksud adalah anaknya sendiri.

"Iya, Noona selalu berlebihan dengan anak pungut itu."Aku Hoseok kepada Seulgi.

Tanpa mereka sadari, Nyonya Jung yang ingin menemui Hoseok mendengar pembicaraan mereka.

"Oemma sangat kecewa kepadamu, Hoseok...," Batinnya dan menemui mereka dengan hati sangat terpaksa.

"Wah, akhirnya anak kesayangan Oemma datang juga. " Ucap Nyonya Jung berusaha tersenyum.

Nyonya Jung memeluk Hoseok, dan memandang kearah Seulgi.

"Ini calon ibu untuk Raena? Cantik sekali...," Ucapnya sedikit menyindir dan memeluk Seulgi.

Seulgi hanya tersenyum dan menyambut pelukkan calon mertuanya.

Sebenarnya di dalam hatinya sendiri, sangat canggung jika di panggil calon ibu untuk anak Hoseok.

Selama berbincang-bincang, mengenai hubungan Seulgi dan Hoseok. Jiwoo hanya terdiam saja sambil memainkan smartphone miliknya. Dan sesekali, memandang ke arah pintu masuk cafe.

"Oennie, kenapa kau diam saja?" tanya Seulgi kepada Jiwoo.

"Aku sedang menunggu keponakanku datang," jawabnya.

Memang benar, Jiwoo sengaja menghubungi Raena. Walaupun dia tahu, ini jam waktunya Raena tidur karena besok anak itu harus sekolah.

"Ting!"

Suara pintu cafe terbuka, membuat Hoseok saat bicara dengan Appanya mengalihkan pandangannya.

"Aish, anak itu lagi." Ucapnya geram ketika di balik pintu muncul sosok Raena yang masuk kedalam cafe.

"Oh, mianhaeyo. Aku mengganggu acara kalian. Aku hanya mengambil pesanan minumanku." Ucap Raena membukukan bahunya.

"Keponakan, Ahjumma. Kau tidak menganggu, aku sengaja mengundangmu sekaligus mengambil pesananmu." Ujar Jiwoo.

Raena hanya tersenyum sekilas karena dia sedikit takut melihat Hoseok mulai menatap tajam ke arahnya.

"Duduklah, cucuku." Pintah nyonya Jung kepada Raena sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Awalnya Raena ragu, namun Jiwoo langsung menariknya dan duduk di sebelah Nyonya Jung. .

"Nah, kalau kumpul seperti ini seperti keluarga besar." Ucap Tuan Jung mulai angkat bicara setelah kehadiran cucunya.

"Keluarga besar apanya, kalau masih ada anak itu di sini.?" Ucapnya pelan dan tidak ada yang mendengar pembicaraannya.

Sementara Seulgi, mulai tidak nyaman ketika melihat Raena yang sedang duduk di hadapannya. Karena baru pertama kali ini, dia bertemu dengan anak Hoseok dan itu membuat dia sedikit tidak suka.

***

TBC