Seorang lelaki terduduk disebuah kursi Cafe. Sudah hampir setengah jam lelaki itu duduk saja sembari menunggu seseorang. Tangannya yang ia kepal diatas meja menunjukkan bahwa ia tengah gelisah, takut orang yang ia tunggu itu tidak datang.
"Ck, lama banget sih tuh cewek!" gumamnya pelan. Tak lama kemudian, datanglah seorang gadis cantik dengan dress berwarna putih selutut dan high heels putih yang terpasang dikedua kakinya. Ditambah dengan rambutnya yang sengaja ia ikat kuda membuat leher jenjangnya terlihat begitu indah. Mendekati sempurna. Begitulah gumam lelaki ini. Gadis itu pun duduk dibangku yang ada didepannya. Ia tersenyum.
"Ah! Maaf ya gue telat, tadi dijalan macet banget. Loe udah nunggu lama? maaf ya?" kata gadis itu merasa tak enak.
"Ya, gak apa-apa kok kak," jawabnya kepada gadis yang lebih tua darinya itu.
"Apa yang mau loe bicarain?"
"Ah, em, sebenarnya... aku... suka sama kakak." ujar lelaki itu dengan tiba-tiba membuat gadis dihadapannya ini terkejut.
"Ha-hah? l-loe suka sama gue? haha jangan bercanda, Varrel," balasnya sambil tertawa garing. Ya, lelaki itu bernama Varrel. Varrel adalah seorang lelaki culun dengan kemejanya yang dikancingkan semua. Rambutnya sengaja ia sisir sangat rapi. Lelaki culun itu tak lupa dengan kacamata yang selalu ia pakai kemana-mana. Acha, gadis dihadapan Varrel itu sangat tidak menyangka jika lelaki secupu Varrel akan berani menyatakan cinta secara spontan tanpa basa basi kepadanya.
"Aku gak lagi bercanda kak, aku serius."
"Ahaha gak mungkin. Ayolah, bercanda loe sama sekali gak lucu." kata Acha. Varrel menggeleng pelan.
"Aku benar-benar suka sama kakak. Aku jujur sama perasaan aku terhadap kakak. Semenjak aku kenal kakak, aku jadi nyaman. Bahkan aku udah menganggap hubungan kita ini lebih dari teman. Maka dari itu aku memutuskan untuk menyampaikan perasaan aku ini." Lelaki culun itu mengatakannya tanpa ragu. Tatapan matanya terlihat sangat serius, ia tak main-main dengan apa yang ia katakan barusan. Acha menghela nafasnya.
"Loe beneran serius?" tanya gadis itu. Varrel menganggukkan kepalanya. Ia terlihat seperti tengah berpikir.
"Gini Rel, bukannya gue mau menyakiti hati loe, tapi loe tau sendiri kan kalau gue anak kuliahan? Umur gue lebih tua dari loe dan lagipula loe masih SMP, mana mungkin gue dan loe bakalan cocok kalau kita pacaran." Ya, seperti yang dikatakan Acha bahwa ia kini menduduki bangku kuliahan sedangkan Varrel masih menduduki bangku sekolah menengah pertama. Mendengar penjelasan mahasiswa itu membuat Varrel tersenyum.
"Cinta kan gak mandang umur." jawabnya polos.
"Iya gue tau, tapi kan umur gue sama loe jauh banget. Gue 19 tahun dan loe? 17 tahun aja belum. Gue gak mau ganggu sekolah loe. Nanti loe malah pentingin gue daripada sekolah. Gue mau loe lulus sekolah, masuk universitas yang loe mau. Jodoh gak akan kemana kok, Rel. Dan satu lagi...Maaf ya? Aduh, jadi gak enak deh gue. Sebenernya gue udah punya pacar. Maaf ya?" jawab gadis itu panjang lebar. Ia merasa sangat tidak enak dengan lelaki culun itu. Selama ini Varrel terlihat biasa saja jika bersamanya, namun ternyata Varrel menyukai dirinya tanpa ia sadari. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat kecewa.
"Sorry ya, Rel? Makasih dinnernya. Jujur, gue sayang loe. Tapi gue gak bisa pacaran sama loe. Gue cuma mengganggap loe sebagai adik kandung gue. Ngertiin ya? Yaudah deh kalau gitu gue pulang, jadi gak enak gue. Sekali lagi sorry banget" Gadis itu melangkahkan kakinya menjauh dari Varrel seakan-akan ia tengah melarikan diri darinya. Hal tersebut membuat Varrel tau bahwa gadis itu tidak memiliki perasaan apapun bahkan ia mengatakannya sendiri bahwa ia hanya menganggap anak SMP itu sebagai adiknya, tidak lebih dan tidak kurang.
Varrel menundukkan kepala. Ia menatap piring makanannya dengan tatapan nanar. Rasanya sangat menyakitkan. Tentu saja, ia baru saja ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis. Ingin rasanya ia memaki-maki gadis itu. Tapi apa boleh buat? Apakah gadis itu bersalah? yang diucapkan gadis itu benar. Umur mereka berbanding jauh dan Varrel masih terbilang sebagai anak kecil di mata seorang mahasiswa. Tidak akan serasi jika dirinya memiliki hubungan percintaan dengan Acha. Ya, Varrel tau mungkin alasan yang diberikan Acha sangat naif, tapi mau bagaimana lagi? Mungkin gadis itu memang tidak menyukainya.
*****
Seorang gadis cantik melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia melirik jam dinding didalam kamarnya yang menunjukkan pukul 07.00 A.M dan beberapa menit lagi sekolahnya akan membunyikan bel masuk. Dia berlari kecil menuruni tangga dan segera berpamitan kepada orang tuanya tanpa sarapan sedikitpun. Gadis itu hanya ingin cepat ke sekolah, karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah beberapa minggu liburan semester. Ia melempar begitu saja tasnya dijok mobil yang berada disampingnya dan segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Setelah sampai disekolahan ia segera memarkirkan mobilnya dan berharap belum ada guru yang masuk ke dalam kelas. Ia tak ingin dimaki-maki karena keterlambatannya hari ini. Nama gadis itu adalah Kimi. Kimi melangkahkan kakinya menuju kelas dengan cepat. Dirinya melihat banyak anak SMP dan SD tengah berlarian kesana kemari dan saling bercanda. Hal tersebut membuat gadis itu sangat risih karena SMA tempat ia belajar kebetulan berdampingan dengan SMP dan SD.
BRUKK!
"Awww.."
"Sorry."
Tak sengaja Kimi bertabrakan dengan seseorang. Matanya pun menatap siapa yang menabraknya itu. Ternyata seorang lelaki culun dengan buku yang berserakan dilantai. Dengan kesal Kimi pun menatapnya tajam.
"Heh! Jangan lari-larian dong. Gak tau apa didepan loe ada cewek? Sakit, bego!" omel gadis itu kepada seorang lelaki berpakaian SMP. Kimi memegangi kepalanya karena tadi kepalanya dan kepala lelaki SMP itu sempat terbentur.
"Maaf kak. Sekali lagi maaf. Permisi." ucapnya dan berlari kembali menjauhi Kimi. Gadis itu pun tak terlalu memperdulikan itu, ia segera berjalan kembali menuju kelasnya.
Saat sampai dikelas, gadis ini menghampiri dua gadis cantik. Mereka adalah sahabatnya yang bernama Raveena dan Vernatha yang terlihat tengah mengobrol dengan asik disana.
"Tumben loe semua dateng cepet." kata Kimi, ia menaruh tasnya di meja. Kedua gadis itu menoleh.
"Baru hari pertama masuk udah telat, gimana loe mau pinter." sindir salah satu dari mereka.
"Berisik loe, gue tadi bangun kesiangan tau. Lagian kenapa juga sekolah harus jam 7 pagi, kan bisa agak siangan dikit." kesal gadis itu menggerutu.
"Bikin aja peraturan sendiri" balasnya. Kimi hanya berdecak kesal.
"Oh ya Kim, gue duduk sama loe lagi ya? Biarin Ravee duduk sendiri aja" kata Vernatha. Kimi duduk dibangku samping Vernatha dan menatap Raveena yang berada dibelakangnya.
"Sialan loe" kesal Raveena.
Bersambung ...