"Tadinya sih emang mau marah, tapi nggak jadi lah," sahut Nadia sembari tersenyum.
"Lho! Jadi penasaran, kok nggak jadi marah? He ...he," tanya Mas Huda.
"Iya, tadi sempat mau khilaf Mas. Kan Mas Huda selama ini sudah sangat bantuin aku, masak hanya gara-gara kayak gini aja aku harus marah? Aku juga kan tahu kalau Mas Huda pasti sangat lelah," jawab Nadia.
"Alhamdulillaah ... punya pacar yang super sabar. He ...he," sahut Mas Huda.
"Wkkk ... aamiin. Jadi besar kepala," jawab Nadia.
"Nggak apa-apa, tetap cantik. Ahhay," sahut Huda yang sepertinya baru pertama menyanjung kekasihnya cantik.
"Halah," sahut Nadia.
"Aku sudah mau sampai Mas, udah ya. Bye, assalamu'alaikum," pamit Nadia.
"Wa'alaikumsalam. Iya sayang," sahut Mas Huda.
"Alhamdulillaah ... sampai kos an juga," gumam Nadia.
"Bentar ya Pak, pelan-pelan soalnya habis dari rumah sakit," kata Bu Wati ke driver taksi online.
"Iya Bu, santai saja," jawab bapak driver.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者