Bayangan masa lalu tentang pertemuan pertamanya dengan wanita bernama Meira dan rasa kebenciannya terhadap yang namanya bulan madu. Bayangan yang sangat menyakitkan untuk dikenang, seakan-akan Salsabila kembali ke masa-masa itu, masa suram versi Salsabila.
Sejak saat itu, Salsabila benar-benar berubah. Ia memang tidak langsung menggugat cerai pria itu, dan Alan sepertinya juga tidak punya pemikiran ke hal itu. Tetapi Salsabila benar-benar berbeda dalam hal yang sebenarnya, ia tidak lagi berusaha mempertahankan pernikahannya dan membuatnya mengalir apa adanya.
Tetapi sejak saat itu juga, Salsabila tidak pernah lagi mendengar tentang Meira dan ia tidak tahu apakah sekarang Alan masih berhubungan dengan wanita itu. Sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pria itu bersama Meira bak keluarga bahagia.
Hal itu juga yang memunculkan banyak kenangan masa lalu menyakitkan di antara mereka.
****
Salsabila meneguk kopi selagi terus mengunyah roti bakar strawberry di tangan kanan. Sarapan kali ini cukup praktis dan lezat. Ya, cukup juga mengenyangkan sebelum menjalani hari. Tidak butuh banyak waktu untuk menyelesaikan sarapan setiap pagi, setelahnya Salsabila akan berangkat bekerja.
"Sudah mau berangkat?" Sebuah suara terdengar dari arah belakang membuat Salsabila menoleh ke sumbernya seketika.
Cukup pagi kali ini, Alan bersiap ke kantor. Pria itu kini sudah menggunakan setelan rapi dan memasang dasinya sembari menghampiri Salsabila di pantry dapur.
Salsabila mengangguk kecil. "Aku berangkat dulu, Mas."
Setelah mencuci tangan, Salsabila langsung menyambar tas dan berangkat bekerja. Hari ini adalah hari penting untuk meeting final konsep brand baru. Sekalian Salsabila akan melakukan persiapan seleksi foto untuk model yang akan mengenakan sepatu-sepatu baru itu. Ya, Salsabila begitu bersemangat dengan project ini! Selain karena ini berarti tantangan baru, Salsabila senang bekerja sama dengan Alexa, adik iparnya.
Saat ini, Alexa sedang bekerja sebagai editor dan fashion advisor di Jepang. Kalau Alan dulu memanfaatkan masa mudanya dengan banyak berpesta, Alexa menghabiskan waktu itu untuk bekerja di luar dunia bisnis milik keluarga Dirgantara.
"Aku harus puas meraup banyak ilmu dari perusahaan lain sebelum mengendalikan majalahku sendiri, Salsa. Kalau main pegang saja, identitas majalah itu sama saja kayak sekarang. Membosankan!" ujar Alexa kala itu.
Alexa memang sudah berencana akan mengambil alih perusahaan majalah fashion keluarga Dirgantara. Nama majalahnya pun masuk tiga terbaik di Indonesia, hebat 'kan? Tetapi meskipun termasuk tiga majalah dengan penjualan terbaik, Alexa bilang itu masih cukup membosankan.
Saat ini perusahaan itu masih di bawah pengawasan Alan, dan akan dialihkan ke Alexa ketika wanita itu sudah kembali ke Indonesia beberapa hari lagi.
Selama ini Salsabila cuma mengawasi pekerjaan Alexa melalui majalah tempatnya bekerja. Dia memang berbakat di pekerjaannya. Salsabila tidak sabar menunggu aksinya ketika bekerja sama kelak.
****
Hari ini Alan harus melakukan perjalanan go show ke Singapura. Itulah mengapa pagi ini dia bangun lebih cepat dari yang seharusnya. Saat Alan menuruni tangga, ia bisa melihat punggung Salsabila yang bergerak-gerak di dekat meja pantry. Dia punya kebiasaan makan pagi sambil berdiri, seolah duduk dan makan dengan tenang bisa menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Selain itu, dia selalu terburu-buru saat sarapan, meskipun Alan tahu dia cuma selalu sarapan roti oles strawberry dan kopi.
"Sudah mau berangkat?" tanya Alan.
Punggungnya menegang seketika dan tatapan keduanya bertemu. Salsabila mengangguk kemudian beralih ke sink untuk cuci tangan kemudian berpamitan. Seperti biasanya, tidak ada obrolan yang begitu penting terjalin di antara mereka. Begitu saja. Setiap harinya.
Salsabila lalu berlalu meninggalkan Alan di meja pantry itu. Wanita itu terlihat pergi begitu terburu-buru. Salsabila dan segala kesibukannya, adalah paket lengkap di pagi hari.
Lagian apa yang Alan harapkan, ia tentu saja tahu kalau Salsabila sudah menyerah dengan pernikahannya. Belum cukup perselingkuhannya di Barcelona, Alan bahkan telah melakukan sesuatu yang sangat kejam, menjijikkan dan segala keburukan pada perempuan itu.
Jadi dinginnya sifat perempuan itu, semua berasal darinya. Alan yang membuat Salsabila berubah seratus persen seperti ini.
Setelah Salsabila berlalu meninggalkannya. Alan menuju meja pantry dan menemukan makanan yang biasa dimakan oleh wanita itu di setiap paginya. Masih banyak yang tersisa, Alan merasa sepertinya Salsabila membuat terlalu banyak namun tidak bisa dihabiskan. Alan sesungguhnya tidak begitu suka dengan rasa manis strawberry, tetapi entah kenapa ia ingin mencicipinya. Alan mengambil satu potong roti oles itu dan memakannya.
Kenapa tidak semanis seperti dugaannya?
"Pagi, Pak."
Alan menoleh dan mendapati bude Yun tengah menghampiri sembari menyapanya.
Alan mengangguk. Lalu terus melanjutkan menikmati roti oles buatan Salsabila.
"Mau dibuatin minuman apa, Pak?" tawar bude Yun kepada Alan.
"Kopi saja, Bude."
Alan tidak lagi menggubris bude Yun yang kini sudah beralih ke mesin pembuat kopi. Sedang meracik kopi kesukaan Alan.
"Tumben sarapan roti, Pak? Kepengen roti gara-gara lihat bu Salsa sarapan roti, ya?" tanya bude Yun sedikit penasaran. Kemudian wanita tua itu menyodorkan secangkir kopi yang langsung diterima oleh Alan.
Alan menyeruput kopinya, lalu tersenyum ke arah bude Yun. "Terima kasih kopinya, Bude. Buatan Bude Yun memang selalu pas." Alan kembali beralih ke sepotong roti yang tersisa, menggigitnya kembali dengan cepat. "Tetapi kenapa selainya tidak begitu manis, Bude?"
Wanita tua itu tersenyum. "Ibu bikin sendiri selainya, Pak. Makanya bisa atur manisnya. Ibu sama kayak Bapak, tidak terlalu suka yang manis."
Sebuah informasi yang baru. Alan pikir Salsabila malah kebalikannya, terlihat dari perangainya yang selalu ceria.
"Bapak menyesal ya baru mencobanya sekarang? Dulu ibu sering buat selai sendiri dengan berbagai macam buah, bahkan kacang, Pak. Buat Bapak dulu ibu sering buat selai apel, buah kesukaan Bapak. Tetapi karena Bapak tidak pernah memakannya, Ibu jadi cuma buat selai untuk Ibu sendiri."
Skak mat. Alan pasti benar-benar mirip suami yang sering mengecewakan istrinya. Ya, tentu saja. Semua itu benar, brengsek!
"Saya suka strawberry mulai sekarang kok, Bude," jawab Alan untuk menyembunyikan perasaan tidak enaknya.
Bukannya niat membela diri, hanya saja menikah dengan wanita yang secara acak dipilih untuk menjadi istrinya, membuat Alan canggung dan tidak bisa menerima perhatian dari wanita itu. Mungkin kelewatan, sampai tiga tahun Alan memperlakukannya seperti itu. Sedari awal, Alan sebisa mungkin menggambar garis batas yang jelas untuk mereka. Salsabila tidak pernah protes soal itu, sama sekali. Pengendalian diri wanita itu memang menakjubkan.
Sekarang? Tentu Alan sudah nyaman hidup dengan Salsabila. Dia sangat perhatian dan menghormati Alan sebagai seorang suami. Dia bukan tipe orang posesif yang gemar menanyai Alan kapan pulang, sedang di mana, atau pertanyaan mengganggu lainnya. Selain itu dia sangat menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Ya, Salsabila memang seistimewa itu. Tetapi hanya sebatas itu, hanya perasaan kagum dan tidak akan berubah menjadi cinta. Karena selamanya, Salsabila hanya akan menjadi partner, tidak akan pernah menjadi seorang istri yang sesungguhnya. Karena sampai sekarang, Alan masih mengusahakan seorang wanita yang lain untuk menjadi istrinya kelak.