Hari senin adalah hari paling menyebalkan bagi banyak orang, bagaimana tidak? Setelah beberapa hari libur yang dihabiskan di rumah atau villa mereka, kini mereka harus kembali ke rutinitas bekerja dan belajar. Demi rutinitas ini tak sedikit dari warga masyarakat modern menjadikan kafein sebagai penyelamat mood dan keinginan bekerja mereka. Kecuali Neo.
Pemuda itu bekerja sebagai barista tapi memiliki toleransi rendah terhadap kafein di kopi jadi Katrina secara khusus antri dari pagi hari di kedai cendol favorit Neo - Bola.
"Cendol banyak es dan gula aren sama cincau polos gak pakai es dan gula aren ya, Teh?" Pak Asep sang pemilik kedai sudah membuat pesanan Katrina selama lima hari berturut-turut, akan aneh kalau dia masih belum hafal pesanan Katrina sekarang.
"Iya, Pak."
Menyelesaikan pembayaran dengan QRIS, Katrina menyetir ke kampus Neo setelah memasukkan kedua minuman mereka ke cooling bag yang dia bawa. Sama seperti ketika membutuhkan bantuan Jeff, Katrina juga mengambil rute dari perut ke hati. Selain membawakan minuman kesukaan Neo, dia juga memasakkan bento vegan untuk Neo. Pemuda itu bukan hanya seorang yang fokus pada pendidikan tetapi Neo juga sangat peduli lingkungan, dia adalah aktivis dari banyak gerakan hijau dan menetapkan sebanyak mungkin penghematan sumber daya alam dalam pemakaian kesehariannya. Menurutnya gaya hidup ini juga sejalan dengan kondisi ekonominya yang rendah, jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Katrina tak peduli dengan filosofi Neo, yang dia pedulikan adalah cara memikat Neo agar dia segera ikut serta dalam ekspedisi dan Katrina punya benda berharga untuk diberikan pada Sasongko.
"Lo udah dengar belum sih? Katanya mayat Rachel Tan udah ketemu."
Suara mahasiswi yang berbincang di meja belakangnya membuat gerakan menyiapkan bento itu terhenti.
"Katanya sih dia jadi korban penculikan. Penculiknya gak bisa ngehubungin orang tua Rachel jadinya dia dibunuh."
"Dia kena berapa tusukan sih? Tiga belas gak sih?"
"Bukannya dia kena tembak execution style?"
"Masa sih?"
"Iya katanya teman dia di kepolisian sampai harus identifikasi mayatnya, jadi dia tahu kalau Rachel kena execution style."
"Gila sih, siapa yang dendam sama orang kek dia."
"Banyak gaya dan ngeselin sih dia tuh, tapi kasihan juga gak sih meninggal muda."
"Nah iya, makanya kan."
"Tapi menurut lo itu dia beneran diculik atau gimana?"
"Gak tahu gue, gak peduli juga. Takut gue kalau udah spekulasi urusan orang kaya."
"Berarti nanti Tasya ama Silvia bakal ngelayat dong ya?"
"Mana gue tahu, paling nanti kita cek aja beritanya gimana. Silvia lebih private sih tapi keknya Tasya bakal bahas deh. Kebetulan banget loh katanya T Cosmetics kan juga ngeluarin seri halloween kan. Kek death vibe gitu yakan."
"Bakal ribet gak sih?"
"Bisa aja tapi kan mereka udah bikin produk jauh sebelum ada kabar ini kan."
"Biasa lah netizen nyinyir. …"
"Kak?"
Neo sudah melupakan penolakan ajakan makan siang Katrina setelah hari kedua. Bukan hanya wanita itu pandai memasak, dia juga membuatkan menu khusus vegan baginya. Teman-teman Neo sudah tahu bahwa ada wanita yang suka datang saat break kelas Neo untuk mengajaknya makan bersama.
Mematikan daya dengarnya dan fokus pada Neo, Katrina memberikan senyuman lebar ketika memberikan es cendol kesukaan Neo. Dia bisa mengkonfrontasi Jeff nanti sedangkan Neo adalah prioritas saat ini; "Aku membuatkan tofu bakar dan rumput laut. Terakhir kali kamu sangat suka supnya, kali ini aku coba versi yang kering. Sup-nya aku ganti dengan sayur bayam. Gimana? Kamu suka?"
Menyembunyikan senyum salah tingkahnya, Neo mengambil suapan besar dari makanannya.
"Uhuk.. ukh.."
Karena terburu-buru, dia tersendak.
"Hati-hati dong." Katrina dengan sigap mengeluarkan tisu.
Neo pasti bodoh kalau tidak menyadari perlakuan Katrina ini hanya kepalsuan belaka, tetapi dia juga manusia biasa, tepatnya pria biasa, jantung berdegup kala wanita itu mengelap sudut bibirnya dengan tisu. Masih tersenyum dan fokus melihatnya seolah dirinya adalah pusat dari dunia. Pria manapun akan salah paham dan mengira wanita yang menatap mereka begitu telah jatuh cinta padanya.
Neo mengurung tangan Katrina dalam genggamannya, "You should stop, Kak."
Katrina mengangkat alis, tak mengerti dengan maksud pemuda itu.
"If you want me to help you then I'll do it, tapi berhenti sengaja membuatku salah paham."
Menarik tangan Neo, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti; "Kamu pikir aku berbuat baik pada semua orang yang aku perlukan bantuannya?"
Aroma feromon wanita dan parfum stroberi menguasai indera penciuman Neo, membuatnya kehilangan fokus namun dia menggeleng dan sorot matanya menjadi penuh tekad. Menatap balik Katrina dan untuk sesaat melupakan fakta kalau dua pekan terakhir bersama Katrina membuat wanita itu juga menemani mimpi panasnya.
"Berhenti membuatku bingung dan katakan sa-"
Perkataan Neo terhenti kala benda lembab yang hangat menyentuh pipinya.
.
.
"What?"
Katrina akhirnya buka suara setelah Jeff terus memandanginya yang sedang mencuci piring.
"You manipulate the poor boy."
Katrina bersandar di sink dapur, menyilangkan kedua tangannya; "So?"
Perlahan mendekat, Jeff memerangkap badan kecil Katrina dengan miliknya. Mata mereka bertemu kala Jeff menunduk sementara Katrina menengadah. Pria itu sudah berdamai dengan hatinya, dia tahu kenapa dia tertarik pada Katrina.
Mata itu, mata penuh tekad yang menyembunyikan banyak rahasia dan trik.
Hanya karena dia kecil banyak orang berpikir kalau Katrina lemah tapi wanita itu mengendalikan banyak tali boneka di jemarinya. Menggunakan pesonanya untuk memerangkap orang-orang dan melakukan hal yang Katrina inginkan tanpa mereka sadari.
Termasuk dirinya.
Jeff meraup bibir Katrina, melumatnya seolah sumber oksigen di hidupnya adalah wanita itu. Invasi di bibirnya membuat Katrina refleks mundur dan mendorong dada Jeff namun fisik pria itu jelas lebih unggul darinya. Jeff menggunakan tangannya untuk mengurung Katrina dengan dinding di belakang wanita itu.
Katrina tak punya cukup tenaga untuk bereaksi ataupun melawan lagi, serangan tanpa jeda Jeff membuatnya pening karena kekurangan oksigen. Secara refleks membuka mulut lebih besar untuk menarik nafas namun dimanfaatkan oleh pria itu. Lidah Jeff menjelajahi mulut Katrina, menyapa dinding atas mulut Katrina, sebelum memaksa lidah sang wanita berdansa. Lengannya berada di punggung dan pinggang Katrina sementara bibirnya tak menghentikan serangan pada bibir Katrina.
Suhu ruangan semakin meningkat, suara baju yang bergesekan, dan nafas terengah menghiasi dapur suite Jeff.
.
.
Ketika Katrina terbangun, di luar masih belum terang, dan dalam kebingungan dia merasa badannya dingin dan lengket.
"Good morning."
Suara serak pria membuat Katrina waspada, Matanya terbelalak dan visual di depannya mengkonfirmasi ingatan yang menyeruak di benaknya.
Jeff memamerkan seluruh tubuhnya, bertelanjang dada, dan mulai menjilati pipi dan dagu Katrina seperti anak anjing. Dia setengah memeluknya, memainkan jarinya di kulit Katrina, dan menggerogoti lehernya.