webnovel

Which One Should I Choose

Hanya gara-gara mimpi digigit ular, aku sekarang dijodohkan dengan seseorang. Perjodohan itu merupakan perjanjian atau surat wasiat antara mendiang Ayahku dan sahabatnya. Jika aku menolak perjodohan itu, maka aku harus membayar uang dalam jumlah banyak. Dari mana coba aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dan atas dasar apa pula Ayahku menjodohkan aku dengan anak sahabatnya itu? Aku juga sudah menaruh perasaan kepada teman dekatku, kenapa harus pakai acara perjodohan lagi! Benar-benar frustasi aku sekarang, entah apa yang akan terjadi ke depannya. Yang mana harus aku pilih sekarang? Menolak perjodohan, menerimanya dengan pasrah, menyatakan perasaan kepada teman dekatku itu? Atau terjerat ke dalam perasaan cinta antara teman dekat dengan orang yang dijodohkan denganku? Tetap ikuti terus ceritanya!

LaveniaLie · 青春言情
分數不夠
316 Chs

Benar-Benar Kacau Sekarang

Dirga menarik tangan Carissa dari Rian, "Jangan asal menuduhnya!" ujar Dirga penuh penekanan.

"Cih, memangnya kamu tahu apa hah? Jelas-jelas dia lah penyebab adikku hilang!" kata Rian dengan suara keras.

"Jelas-jelas, semalam ia tidur di tenda dan aku sendiri yang mengawasinya, bagaimana bisa ia menjadi penyebab hilangnya adikmu?" tanya Dirga.

Rian terdiam dan mengepalkan tangannya, "Memangnya kamu ada hubungan apa dengan dia?"

"Dia dijodohkan olehku, memangnya kenapa?" jawab Dirga tanpa memikirkannya lebih dulu.

"Dijodohkan katamu? Asalkan kamu tahu saja, kalau Lela itu suka sama kamu, dan jika ia tahu kamu dan dia ini tunangan, apa jadinya dia nanti? Alasan aku bisa menuduh dia, penyebab adikku hilang itu karena adikku pasti tidak tahan lihat kalian berdua dekat!"

"Jadi begitu ya?" Semua mata langsung tertuju kearah Lela yang menahan tangis. Mata Dirga membulat terkejut. "Jadi kalian berdua dijodohkan ya? Baiklah, bahagia selalu ya," ujar Lela tersenyum.

"Bukan begitu kok Lela," ujar Dirga mulai kebingungan.

Lela berlari kearah Rian, "Kakak ayo kita pulang saja."

"Iya Lela, ayo. Kami semua balik lebih dulu, sampai jumpa," ujar Rian menarik Lela kembali ke tenda untuk mengemasi barang-barangnya. Carissa sendiri tidak pernah mengharapkan hal seperti ini terjadi, tapi apa boleh buat, Dirga sendiri yang bilang bahwa mereka berdua tunangan. Pasti Lela sangat syok mendengarkan hal itu.

Apa yang ditakutkan Lela sekarang sudah menjadi kenyataan, tidak ada lagi semangat untuk melangkah apalagi tersenyum. Dirga berlari menyusul Lela dan menarik tangan Lela. "Dengarkan aku dulu Lela," ujar Dirga.

"Lepaskan aku Dirga! Aku tidak butuh penjelasanmu itu!" jawab Lela ketus.

Dirga melepaskan tangan Lela dan melihat Lela melangkah pergi bersama Kakaknya. "Sepertinya aku menjadi tokoh jahat di kisah cinta mereka, harusnya aku tidak dekat-dekat dengan Dirga apalagi selalu menyusahkan Dirga," gumam Carissa. Carissa berlari ke tenda dan memutuskan menenangkan dirinya.

Hari ini merupakan hari tersial untuk Dirga, Carissa, dan Lela. Dirga sendiri dilanda perasaan yang sangat bimbang. Tapi dirinya lebih memilih Lela daripada Carissa di awal, tapi kenapa sekarang ia lebih memilih Carissa daripada Lela, apa ini yang dinamakan perasaan cinta sesungguhnya sudah tumbuh?

Tidak ada hal lain yang harus dilakukan oleh Dirga, mungkin Lela membutuhkan waktu lama untuk menenangkan dirinya. Semua orang yang melihat itu pun, tampak bingung dengan apa yang terjadi sekarang. "Baiklah, kita bubarkan saja kemah ini! Aku mau pulang!" ujar Dirga pergi menjauh dari teman-temannya. Teman-temannya hanya terdiam dan mungkin akan mengikuti kata Dirga.

Di dalam tenda, Carissa menangis di pojok tenda. Dirga yang lagi tersulut emosi langsung marah kepada Carissa. "Cepat bereskan barangmu itu! Kita pulang!"

Carissa menoleh dan menyeka air matanya, "Kenapa harus pulang?"

"Jangan banyak tanya, turuti saja atau kamu aku tinggal!" Tanpa protes lagi, Carissa menuruti perkataan Dirga dan segera pergi dari lokasi kemah itu. Di sepanjang perjalanan juga, Dirga sangat diam dan Carissa berusaha tidak membuat masalah seperti waktu perjalan menuju kemah kemarin.

"Dirga kok marah ya sama aku?" gumam Carissa.

Saking terbawa emosinya, Dirga mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, untung saja jalan masih sepi, kalau ramai sudah tidak tahu lagi, bakal hidup atau matinya.

***

"Kamu kemana saja tadi pagi Lela? Kakak sangat mengkhawatirkanmu," ujar Rian.

"Aku pergi buang air kecil Kak ... K-karena dengar bel d-darurat itu, aku berlari mendekat. Saat aku tahu sampai, aku dengar Dirga menyebut Carissa dan dia dijodohkan, hiks ...," jawab Lela masih menangis.

"Sudahlah, jangan menangis lagi, nanti Kakak ikut sedih lihat kamu seperti ini. Kakak tahu apa yang kamu rasakan sekarang, sudah ya."

"Aku sudah menyangka, bahwa mereka berdua pasti memiliki hubungan lebih dari kata teman. Padahal aku kira, Carissa tidak tahu dengan Dirga, dia sendiri bilang, kalau dia tidak mengenali Dirga, tapi yang aku lihat sekarang, semua perkataannya waktu itu terkesan kebohongan yang menyakitkan."

"Kalau begitu, rebut saja kembali Dirga! Lagipula Kakak lihat dia tadi, terkejut saat ada kamu di belakangnya. Itu tandanya, dia suka sama kamu. Alasan dia menyebut dijodohkan itu, bisa saja kalau dia keceplosan."

"Entahlah Kak, aku ingin menenangkan diri dulu."

***

Dirga dan Carissa sudah sampai di rumah, Dirga cepat-cepat membawa masuk barang-barang ke kamar lalu mengurung diri. Pak Santoso sendiri terheran-heran dengan Dirga dan Carissa pulang cepat, bukannya kemah mereka masih ada beberapa hari lagi, kenapa pulang?

Martin yang melihat Carissa kembali langsung menghampirinya, "Cepat sekali kamu pulang? Apa terjadi sesuatu?" tanya Martin.

"Sudahlah, nanti saja tanya nya, aku mau ke kamar dan istirahat dulu," jawab Carissa berjalan menaiki tangga. Martin sendiri khawatir dengan keadaan Carissa yang terlihat pucat dan matanya cukup bengkak seperti menangis. Niatnya Martin ingin menyusul Carissa ke kamarnya, tapi sepertinya Carissa butuh waktu untuk sendiri dulu.

"Carissa kenapa?" tanya Santoso.

"Tidak tahu Ayah, kayaknya Kak Dirga sama Carissa habis bertengkar kayaknya," ujar Martin.

"Sepertinya begitu, sudahlah kita beri waktu untuk mereka sendiri dan berpikir, jangan ganggu mereka," ujar Santoso lalu kembali ke ruang kerjanya.

"Ya sepertinya begitu," gumam Martin.

***

Flashback ....

"Dirga, hati-hati bawa mobilnya, jangan terlalu cepat, kalau kenapa-kenapa bagaimana?" ujar Carissa mulai panik.

"Diam kamu! Itu bukan urusan kamu! Mau tabrakan, kecelakaan, mati, aku tidak peduli sekarang! Jangan mengusikku!" sahut Dirga.

"Masih bagus kamu aku perhatiin, pelan-pelan dong!"

"Diam!"

"Apaan sih? Kamu kenapa heh?" 

"Bukan urusanmu!"

"Kamu kenapa bilang sama Rian kalau kita dijodohkan, kan sekarang jadi ada masalah antara kamu dan Lela. Kamu sudah aku bilang jangan asal jawab begitu saja!"

"Aku bilang diam, ya diam!"

"Kamu kenapa sih? Kamu yang bilang begitu, kamu yang kesal! Salah aku apa sih? Sampai-sampai aku juga ikut kamu marahi? Salahku apa hah?!"

"DIAM!!"

Dirga mengerem mendadak dan membuat Carissa ketakutan. "PUAS?! SUDAH SELESAI PROTES TIDAK JELASNYA?" teriak Dirga. Carissa terdiam dan menundukkan kepalanya, daripada makin parah nanti, mending diam saja dan jangan peduli. Dirga lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah.

***

"Apa yang sudah aku lakukan hah! Kenapa aku sial sekali! Harusnya aku tidak mengatakan hal itu kepada Rian apalagi aku tidak tahu entah sejak kapan Lela berdiri di belakangku!"

Hati dan pikiranku benar-benar kacau sekarang, harusnya aku tidak terlalu perhatian kepada Carissa. Mungkin ada benar juga, atas hilang atau pergi Lela yang suka menyendiri di tempat sepi, pasti Lela sangat terluka karena aku.

"Bodoh sekali aku!"

BAMN!!

***

Hah?! Suara apa itu?" Dinding kamarku serasa bergetar tadi. Aku pun bangkit dan keluar kamar. Suara tadi itu berasal dari kamar Dirga, tanpa rasa takut aku mengetuk pintu kamar Dirga berkali-kali. 

Tok tok tok tok tok ....

"Dirga, tolong buka pintu ... Dirga buka pintunya ... Dir! Aku tidak kenapa-kenapa kan?"