(LIFFI POV)
Dadaku terus bergemuruh tak kala mendapati kedua pria yang paling kucintai di dunia ini merengang nyawa. Aku kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan situasi ini. Mereka tampak mengenaskan dengan perut dan dada yang berlubang. Meski aku bisa mendengar napas meraka yang lemah dan detak jantung mereka yang melambat, namun jiwaku tak bisa mengobati keduanya. Tidak, jiwa ku bahkan tidak cukup untuk menutup luka keduanya.
Berapa kali pun aku memanggil nama mereka, keduanya tetap tak bergeming. Tak ada sahutan, tak ada jawaban. Tak ada respon seperti biasanya.
Membayangkan aku harus kehilangan senyum Sadewa atau kenakalan Nakula membuatku gelisah. Membuatku takut. Aku tak bisa menjalani hari-hariku tanpa tingkah koyol Nakula atau tingkah kekanakan Sadewa saat memperebutkan diriku dengan adiknya.
Jantungku berdebar seakan mau pecah. Napasku tercekat seakan sedang tenggelam.
Dadaku sesak dan menyakitkan.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者