Guzel tersenyum bahagia, mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Shawn.
" benarkah, kau tidak akan menipu ku kan " tunjuk Guzel menyipitkan matanya
" apa aku pernah menipumu? " Shawn mengangkat sebelah alisnya dia merasa kesal karena Guzel masih menatap nya penuh selidik
Bola mata mereka saling beradu menatap satu sama lain, beberapa saat mereka bergelayut dengan pemikiran masing-masing hingga Shawn memutuskan kontak pada bola mata indah Guzel, dia tiba-tiba mengingat sesuatu.
" bearti, apa aku juga boleh naik ke lantai tiga itu? " goda Guzel yang seketika membuat Shawn menatap nya dengan dingin
" kecuali itu " Shawn berlalu pergi meninggalkan Guzel yang masih berdiri disana. Lelaki itu tidak tahu apa saja yang bisa Guzel lakukan untuk mendapatkan keinginannya.
Keesokan harinya setelah makan malam, Guzel berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri dia sangat waspada dan hati-hati takut ada orang yang akan memergokinya, melihat beberapa pelayan yang baru saja keluar dari ruang perpustakaan Guzel langsung bersembunyi di balik tembok agar tidak ketahuan setelah merasa situasi aman, Guzel kembali melancarkan aksinya.
" aku sangat penasaran, sebenarnya apa yang di sembunyikan oleh sih gunung es itu di lantai tiga sampai dia melarang semua orang yang ada di mansion ini untuk tidak menaiki lantai tiga, kecuali Jerry dan juga Maria " gumam Guzel sambil mengelus dagu runcing nya
Guzel berjalan dengan sangat pelan menaiki tangga demi tangga menuju lantai tiga agar tidak menimbulkan suara, sesampainya di lantai tiga Guzel langsung di suguhkan dengan begitu banyaknya lukisan-lukisan besar serta banyak nya foto yang tertempel di dinding.
Dengan mata berbinar Guzel memperhatikan setiap lukisan yang terpajang kedua bola matanya terus berjelajah di ruangan itu, dia tidak berhenti bergumam kagum saat melihat berbagai macam lukisan yang ada di sana.
" benar-benar sangat indah, sepertinya lukisan ini memiliki artinya masing-masing dan si gunung es ingin menikmati nya sendiri " Guzel berbicara pada dirinya sendiri
Guzel berjalan keluar menuju balkon, disana terdapat dua buah kursi santai dan ayunan, di pinggir dinding juga terdapat rak bunga. Gadis itu merasa sangat nyaman saat duduk di ayunan menikmati semilir angin malam yang begitu sejuk serta langit malam yang cerah ditaburi begitu banyak bintang.
Mata Guzel kini tertuju pada sebuah bingkai berukuran kecil di atas nakas, dia begitu tertarik ingin melihat gambar yang terlihat sudah sangat usang, namun belum sempat menjangkaunya Guzel di kejutkan dengan suara ponsel yang berdering. Guzel tidak menyadari bahwa ada ponsel seseorang yang tergeletak di atas meja.
" Cassandra? " ucap Guzel saat membaca nama yang tertera di layar ponsel beberapa detik kemudian dering ponsel itupun berhenti.
Guzel bisa melihat ada puluhan panggilan tak terjawab dari seseorang yang bernama Cassandra itu, kemudian ratusan pesan yang juga belum di baca oleh pemilik ponsel, dia kembali meletakkan ponsel di atas meja lalu beralih pada foto yang dia ingin lihat tadi.
" Sedang apa kau disini " tubuh Gusel seketika membeku mendengar suara berat dari belakang, jantungnya berdetak kencang seakan ingin melompat, dia tidak menyangka akan tertangkap basah oleh sang pemilik area.
Dengan takut-takut Guzel membalikkan tubuhnya untuk melihat seseorang yang sudah membuat jantung nya yang seketika ingin berhenti.
" matilah saja kau Guzel! " batin Guzel, dengan susah payah dia menelan salivanya saat mata Shawn menatap tajam dirinya
" siapa yang mengizinkan mu naik kelantai ini " Guzel semakin tak berkutik saat lelaki itu berjalan mendekati nya
" aku sudah melarang mu! "
" a-aku "
" dan sejak kapan kau menjadi gagu "
Guzel memejamkan matanya, nafasnya tercekat dan tanpa aba-aba dia langsung berlari tunggang langgang keluar dari ruangan itu kemudian menuruni tangga, dia tidak memperdulikan para pelayan yang melihatnya dengan aneh, Gadis itu berlari begitu saja bahkan dia tidak sengaja menyenggol vas bunga beruntung ada Maretha yang langsung menangkap vas bunga itu agar tidak jatuh kelantai.
" terimakasih Maretha, aku berhutang nyawa padamu " pekik Guzel tanpa menoleh, dirinya langsung masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan rapat.
" ada apa dengan Nona Guzel, kenapa dia seperti orang yang dikejar hantu " gumam Maretha, dia pun kembali meletakkan vas bunga itu pada tempatnya.
" ternyata rasa ingin tahu mu lebih besar daripada rasa takut mu " gumam Shawn kemudian mendudukkan dirinya di kursi santai memejamkan matanya membiarkan angin malam menyapu wajah tampannya.
Beberapa hari ini dia harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang ada di Sidney sebelum dia bertolak ke Italia. Belum lagi laporan dari Jerry tentang status Guzel di keluarga Ibram yang membuat kepalanya semakin sakit dan seakan ingin pecah.
~~~~~~~
Pagi harinya Guzel keluar dari kamar dengan cara yang sama seperti semalam dengan mengendap-endap dia masih belum memiliki nyali untuk berhadapan dengan Shawn secara langsung, Guzel mengawasi setiap sudut ruangan dan tak nampak lelaki yang sudah berhasil membuat nya tidak tidur semalaman, karena tidak ada tanda-tanda keberadaan Shawn, Guzel bisa bernafas dengan lega.
" Nona Guzel apa yang sedang kau lakukan " Guzel terkejut bukan main ketika tiba-tiba Maria datang menghampirinya dari belakang
" astaga Maria kau mengagetkanku, untung aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung" ujar Guzel sambil mengelus da** jantung nya sudah berdendang tidak berirama, Maria hanya tersenyum
" dimana Shawn? " tanya Guzel matanya masih berjelajah kesetiap sudut ruangan
" Tuan Shawn sudah pergi pagi-pagi sekali, dia bahkan tidak menyentuh sarapannya sama sekali, mungkin karena ada pekerjaan yang sangat penting "
Guzel melihat jam dinding besar yang tergantung di dinding, dan waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Gadis itu tidak habis pikir sebenarnya pekerjaan apa yang digeluti oleh lelaki gunung es itu hingga pagi-pagi sekali dirinya sudah meninggal mansion.
Guzel duduk sendiri di ruang makan, dia melihat kursi yang biasa di duduki oleh Shawn masih terlihat sangat rapi, tidak ada piring atau cangkir bekas sarapan Shawn di atas meja.
" Maretha, apa Shawn selalu pergi seperti ini? " Guzel mengehentikan aktifitas Maretha yang sedang menata makanan untuknya
" iya Nona, Tuan Shawn memang selalu begitu dia sulit untuk ditebak kapan dia akan pergi dan kapan dia akan kembali, mendengar kabar bahwa Tuan Shawn kembali ke mansion ini saja membuat kami semua terkejut, apa lagi kedatangan nya juga membawa dirimu " Maretha tersenyum hangat
" dan apa dia juga jarang sarapan? " Guzel kembali bertanya
" iya Nona, padahal kami setiap pagi sudah menyiapkan sarapan untuk nya "
" itu tidak baik untuk kesehatan nya " batin Guzel, menyadari kesalahannya Guzel menggeleng karena bukan urusan nya untuk menghawatirkan kesehatan lelaki itu.
" aku dengar semalam kau pergi naik kelantai tiga Nona! " Arrabela tiba-tiba saja datang dan langsung mengatakan itu pada Guzel, wanita itu terlihat sangat tidak nyaman melihat Guzel bahkan sejak dia datang pertama kali ke mansion.
Guzel terlihat tidak perduli, dia fokus pada sarapannya dan mengabaikan Arrabela yang berdiri tepat di sampingnya.
" aku bicara padamu Nona, apa kau tuli " Arrabela mulai geram karena diacuhkan oleh Guzel
" apa kau tidak lihat, aku sedang menikmati sarapan ku? dan apa kau tidak tahu bahwa berbicara saat makan itu sangat tidak sopan " Guzel tidak perduli tatapan tajam Arrabela kepada dirinya, Maretha yang melihat kejadian ini lebih memilih untuk undur diri karena dia tidak ingin ikut terlibat.
" pergilah!! urus saja pekerjaan mu, karena dengan kau berada disini membuat nafsu makan ku hilang " dengan santai Guzel mengusir Arrabela agar segera pergi dari hadapannya, dengan wajah masam dan dengan penuh amarah Arrabela pun pergi, Guzel tersenyum sinis menatap Arrabela hingga hilang dari balik tembok.
" dasar tukang ikut campur! " gerutu Guzel
Guzel merasa bosan karena tidak ada pekerjaan yang bisa dia kerjakan, Maretha dan Maria melarang nya untuk ikut membantu berkerja di dapur bahkan para pelayan yang lain pun ikut menolak bantuan Guzel untuk membereskan setiap sudut ruangan yang ada di mansion.
Berkali-kali Guzel keluar masuk dari kamarnya hingga menjelang sore, dia sungguh merasa bosan bahkan sudah beberapa kali Guzel mencoba untuk menghubungi kedua sahabatnya namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. Guzel mengingat sesuatu, lalu tersenyum dengan penuh arti, dia langsung beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar.
Tidak seperti semalam yang mengendap-endap untuk naik kelantai tiga , kali ini dengan terang-terangan Gadis itu menaiki tangga menuju lantai tiga lalu membuka pintu ruangan yang di lihat nya semalam.
Guzel berdiri memperhatikan satu persatu lukisan yang ada di ruangan itu, dia benar-benar takjub dengan lukisan yang ada disana, bahkan di setiap lukisan tertulis tanggal berapa lukisan itu dibuat.
Dia melihat sebuah pintu besar yang tertutup rapat, lalu berjalan kearah sana dan dengan perlahan Guzel membuka pintu yang ternyata itu adalah jalan yang terhubung ke sebuah kamar, lagi-lagi Guzel di suguhkan dengan perasaan takjub, kamar dengan nuansa abu-abu dan putih itu terlihat sangat rapih bahkan sangat rapih untuk kamar seorang lelaki.
Guzel merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size, menikmati empuknya kasur itu dan bau harum maskulin khas lelaki dingin itu, menguar di indera penciumannya. Guzel sangat merasa nyaman berlama-lama berada disana, dia memejamkan mata lalu kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan Shawn di rumah sakit.
Guzel membuka mata mengingat sesuatu lalu beranjak dari ranjang dan kembali ke ruang utama untuk mencari barang yang terus membuat nya penasaran sejak semalam, gadis itu sudah memeriksa di setiap sudut namun tak menemukan yang dia cari.
" huhhhhhh apa Shawn sudah mengambil nya " gumam Guzel, dengan langkah tergontai Guzel berjalan menuju balkon dan duduk di kursi santai, entah mengapa dia merasa sangat nyaman berada di balkon ini, karena balkon ini langsung menghadap ke arah taman besar yang berada di di belakang mansion, langit pun mulai kuning kemerahan.