Turun dari bus, Ling Chu berjalan dari halte menuju tempat tinggalnya. Halte bus tersebut tidak jauh dari komplek apartemennya yang berjarak sekitar lima ratus meter.
Langkah Ling Chu terhenti saat melihat sosok yang dia kenal. Pemuda berambut dan bermata phoenix hitam itu balas memandangnya.
"Xiao Chu, kebetulan sekali bertemu denganmu disini" kata Guo Chen dengan ramah.
"..Kupikir kamu sengaja menungguku datang" balasan Ling Chu membuat senyum Guo Chen melebar, mata menyipit senang.
"Benar, aku menunggumu" kata Guo Chen sambil mengulurkan tangan ingin mengusap kepala kucing kecilnya tapi ditahan Ling Chu.
Ponsel Guo Chen bergetar ketika dia mengangkat panggilan, raut wajah Guo Chen menggelap. Dia mengakhiri panggilannya kemudian menyerahkan tas makan besar kepada Ling Chu.
"Xiao Chu, aku tidak bisa menemui Yao Yao, ada urusan mendadak di kantor. Ibu membuat makanan ini khusus untuk kalian. Makan perlahan, oke?" Kata Guo Chen berhasil mengusap kepala Ling Chu.
Makanan mengalihkan pikiran Ling Chu, dia mengangguk kooperatif pada Guo Chen. Ling Chu bahkan tak sadar melambai tangan dan berkata dengan sopan, "Hati-hati di jalan Kakak Chen"
Guo Chen terkekeh pelan, wajah tampan itu bersinar terang dibawa suasana mendung hujan. Pemuda itu tersenyum puas pada Ling Chu yang pipinya memerah.
Meski tidak rela meninggalkan moment ini, mau tidak mau Guo Chen menutup pintu mobilnya.
"Tuan" sapa sekretaris berjas hitam duduk di sebelah supir, dia menyerahkan map coklat berisi data perusahaan keluarga Qin.
"Bagaimana?" Nada dingin penuh penindasan, berbeda dari Guo Chen yang ramah ketika berkumpul bersama dengan orang terdekatnya.
"Kami berhasil menangkapnya, Bibi Wu menahannya di lantai bawah bar" balas sekretaris itu, dia juga menyerahkan map berwarna putih, "Hari ini Ling Chu bertemu dengan Qin Mo di halte bus sekolah. Sepertinya dia ingin meminta bantuan Ling Chu untuk membujuk Tuan muda"
Guo Chen membalik satu persatu foto dalam amplop putih. Pupil matanya menggelap, Guo Chen menekan satu foto dimana Qin Mo menarik tas Ling Chu hingga hampir terjatuh dari bus, "Sekretaris Huan, patahkan tangan kanannya"
"..baik Tuan" Sekretaris Huan menahan nafasnya, intimidasi Guo Chen terlalu kuat.
Meski telah bekerja selama delapan tahun dengan Guo Chen, sekretaris Huan belum terbiasa dengan Tuannya yang sedang marah.
"Bagaimana dengan Jiang Shu? Apa yang dia lakukan sekarang?" Guo Chen menyipitkan mata penuh ketidaksukaan mengingat foto-foto mesra Ling Chu bersama Jiang Shu.
"Setelah mengantar Ling Chu kembali ke apartemen, dia pergi ke kota H untuk melanjutkan riset skripsinya" ucap sekretaris Huan sambil menyerahkan foto kegiatan Jiang Shu.
"Persulit risetnya, aku tidak ingin dia kembali bulan ini" kata Guo Chen dengan asal-asalan membuang foto Jiang Shu.
"Baik Tuan"
Guo Chen telah mentolerir kedekatan Jiang Shu dengan Ling Chu selama ini. Namun Jiang Shu berani mengambil tindakan secara tegas mendekati Ling Chu.
Guo Chen tidak tinggal diam. Dia tak akan membiarkan, apa yang menjadi miliknya direnggut oleh siapapun.
"Pergi ke bar" perintah Guo Chen. Dia bersandar dengan anggun kemudian mengistirahatkan matanya yang lelah.
Sejak bulan lalu, Guo Chen sibuk dengan bisnis keluarga Qin. Kali ini peluang memperoleh seluruh perusahaan keluarga Qin di depan mata. Dia tidak akan membiarkan kerja kerasnya terbuang sia-sia.
Adapun masalah pria yang mendekati Ling Chu, sangat mudah baginya menghancurkan mereka. Tidak peduli siapapun itu, Guo Chen tidak akan membiarkan mereka meraih hati Ling Chu.
Mobil Guo Chen berhenti di depan gedung bertingkat tiga dengan pamflet raksasa emas yang menarik perhatian mata telanjang.
Sekali lihat semua orangpun tahu bahwa tempat ini populer di kalangan kelas atas.
Setiap lantai memiliki perbedaan dan fungsi masing-masing. Lantai pertama di khususkan untuk club malam, lantai ke dua adalah bar vip dan di lantai tiga sebagai tempat untuk tamu vip menginap.
Guo Chen masuk ke dalam bar, pelayan yang melihat Guo Chen segera mengenalinya.
"Selamat datang Tuan Guo" sapa seorang wanita yang mengenakan gaun merah belahan dada yang mengekspos sebagian buah dadanya yang menarik hasrat lawan jenisnya.
Wanita itu sedikit berpose memamerkan lekuk tubuhnya yang indah, beberapa temannya berkumpul di sudut terkikik geli oleh kelakuan temannya yang mencoba menggoda tamu Bibi Wu.
Guo Chen tidak bereaksi banyak padanya, dia hanya menatap mati wanita itu seolah menuggu apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Wanita itu berkeringat dingin, biasanya para pria akan segera membawanya dalam pelukan. Tapi pria di hadapannya menatapnya seperti benda mati, menelan ludah wanita itu tidak bermain trik, "Bibi Wu sudah menunggu anda. Tolong ikuti saya"
Wanita itu menghela lega sambil mengelap wajahnya yang pucat setelah Guo Chen memasuki ruang Bibi Wu. Tangannya bahkan sedikit gemetar saat berdiri di dekat Guo Chen.
Wanita itu beruntung tidak memprovokasi Guo Chen lebih jauh atau dia akan sial.
Dalam ruang kerja Bibi Wu, pria mengenakan pakaian pelayan menyambut mereka. Dia menarik salah satu buku antik yang paling tidak menarik dari lemari.
Sebuah jalan rahasia segera terungkap, pintu lift berukuran dua meter terbuka.
Lift itu hanya memiliki dua tombol, sekretaris Huan segera menekan tombol panah ke bawah.
Kurang dari setengah menit pintu lift terbuka. Guo Chen melihat seorang wanita paruh baya yang mengenakan gaun emas duduk dengan santai sambil merokok, "Bibi Wu"
"Guo Chen, Aku sudah menunggu dari tadi!" sambut Bibi Wu dengan heboh. Bibi Wu menghampiri dan memeluk Guo Chen seperti keluarga sendiri, "Lama sekali kamu tidak mengunjungiku"
"Maaf, saat ini aku terlalu sibuk" kata Guo Chen membalas pelukan Bibi Wu.
"Haiz, aku mengerti. Keluarga Guo memang suka memberi pekerjaan berat pada anak muda. Pria tua itu sangat suka merepotkan orang lain" kata Bibi Wu menepuk pundak Guo Chen.
"Ya, Bibi benar, Kakek memang merepotkan" Guo Chen mengangguk setuju, "Bibi, dimana dia?"
"Oh, kamu sangat ingin bertemu dengannya? Dia ada di bangsal C" ucap Bibi Wu yang baru meracik teh untuk Guo Chen.
"Maaf Bibi, ada akun yang belum kami selesaikan" kata Guo Chen mengakhiri obrolan mereka.
Bibi Wu mengangkat bahu, dia mengambil teh yang diracik, kembali ruang kerjanya.
Sekretaris Huan membuka bangsal, lampu remang-remang menampakkan dua pemuda dari keluarga Qin, terikat dengan wajah berdarah dan luka lebam di sekujur tubuh mereka.
Guo Chen memandangi mereka satu per satu meminta sekretaris Huan mengambil kursi untuknya.
Dua pria berbadan besar dengan kemeja bernoda darah dari keluarga Qin. Mereka adalah penjaga milik keluarga Guo yang Guo Chen pilih secara pribadi.
Kedua penjaga itu memberi salam pada Guo Chen, tanpa banyak bicara mereka melaporkan informasi yang didapatkan.
"Kedua putra Qin tidak mengerti apapun tentang judi ayah mereka. Mereka hanya diberitahu project besar ayahnya gagal, meninggalkan banyak hutang"
"Putra kedua, Qin Mo meminta bantuan Ling Chu untuk menghubungi Ling Yao. Dia ingin Ling Yao membujuk anda berhenti menyerang keluarga mereka"
Guo Chen menyeringai, ekspresi kejam dari wajahnya masih terlihat tampan. Matanya memandangi Qin Mo seperti idiot, "Kamu pikir Ling Yao bisa membujukku mengambil alih perusahaan keluargamu?"
Guo Chen menyuruh salah satu penjaga melepaskan kain yang menutupi mulut Qin Mo.
"Guo Chen, kamu bajingan! Berani menangkap dan memukul orang-ah!" Qin Mo berteriak kesakitan, penjaga itu menginjak telapak kaki dengan keras.
"Gunakan otakmu sebelum berbicara" ejek Guo Chen membalik dokumen yang baru diserahkan sekretaris Huan.
"Mencoba lari dengan properti tersisa? Kamu pikir aku akan membiarkanmu pergi seperti ayahmu"
"A-ayah sedang mencari dana. Dia akan segera kembali!" Kata Qin Mo dengan cemas.
Dia gemetar ketakutan saat melihat Guo Chen tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Aku tidak terlalu naif, ayahmu lari bersama ibu dan adik perempuanmu. Dia meninggalkan kedua putranya sebelum project B diumumkan gagal"
Guo Chen melemparkan foto yang memperlihatkan Ketiga orang tergesa-gesa naik pergi ke pesawat.
Qin Mo dan saudaranya yang terikat terkejut tak percaya bahwa ayahnya melakukan itu.
"A-ayah tidak akan melakukan itu! D-dia tidak akan meninggalkan kami!" Teriak Qin Mo putus asa. Dia tahu bahwa mereka berdua telah ditinggalkan tapi dia masih membohongi dirinya bahwa semua baik-baik saja.
"Guo-Guo Chen, tolong beri kami waktu. Keluarga Qin pasti akan melunasinya" kata putra tertua Qin yang terluka lebih buruk dari Qin Mo.
"Qin Bai, kamu adalah penyebab gagalnya project B. Bagaimana aku percaya kamu mampu melunasinya?"
"Guo Chen, percaya padaku! Sebelumnya seseorang mengkhianatiku. Beri kami waktu"
Guo Chen bersandar melirik mereka dengan tidak sabaran. Sungguh membosankan mengurusi serangga kotor seperti mereka. Dia sangat bosan ingin bermain dengan kucing kecilnya.
"Sekretaris Huan, sisanya kuserahkan padamu" kata Guo Chen menuju pintu bangsal tanpa memperdulikan teriakan putus asa mereka.
Guo Chen berhenti di depan pintu bangsal, teringat sesuatu yang hampir terlupakan.
Dia menoleh pada sekretaris Huan, berkata tanpa belas kasihan, "Sekretaris Huan, jangan lupa patahkan tangannya"
Kedua putra Qin gemetar mendengar ucapan Guo Chen. Mereka menciutkan tubuhnya.
Qin Mo meminta ampun pada Guo Chen tapi dia terbelalak ngeri saat mata pheonix Guo Chen mengamati dirinya dengan acuh tak acuh.
Seorang pengawal melepaskan ikatan Qin Mo. Tubuhnya diseret paksa hingga tersungkur ke lantai. Tangannya menegang mencoba melepaskan diri dari kekangan kedua penjaga.
"Tidak! Guo Chen, hentikan! Kenapa kamu melakukan ini pada kami?!" Pikiran Qin Mo bercampur aduk, dia tidak mengerti mengapa semua berkembang ke arah ini.
Perjalanan hidupnya berjalan mulus, keluarganya termasuk salah satu keluarga kaya yang dihormati. Dia pintar dan menjadi ketua osis terbaik selama bersekolah.
Dia dulu sangat dicintai banyak orang, sekarang dia ditinggalkan dan dibuang oleh semuanya. Masa emasnya seolah-olah menghilang oleh suatu alasan.
"Sepertinya kamu melupakan sesuatu" Guo Chen berdiri memandang rendah kotor Qin Mo dari atas, "Kamu telah menyakiti orangku"
"A-apa?" Pupil Qin Mo gemetar hebat, dia berpikir keras mencoba mengingat siapa orang yang dimaksud Guo Chen.
Tiba-tiba getaran ponsel Qin Mo yang tergeletak dari lantai berdering mengagetkan semua orang. Nama Shen Fei muncul di layar ponsel.
Qin Mo tertegun saat seseorang terlintas dalam benaknya.
Guo Chen berjongkok menatap dingin pada mangsa yang sekarat dalam perangkap, "Kamu sudah tahu'kan?"
Teriakan melengking disertai bunyi derak tulang patah menggema di lorong bangsal yang sepi. Bibi Wu yang membaca buku hampir menumpahkan tehnya.
"..panggil dokter Feng. Aku punya firasat, malam ini kita memiliki pasien"