webnovel

TOGETHERNESS

Ini kisah tentang ke enam sahabat yang tidak sengaja di pertemukan oleh takdir. Persahabatan yang tidak ada kata 'MEMULAI' membuat mereka tanpa sadar sudah terikat akan kata persahabatan. Sama halnya dengan air yang mengalir begitu saja. Mungkin, Setiap persahabatan memang tidak memiliki kesamaan dalam setiap halnya, baik itu sikap, perilaku, dan perasaan. Tetapi, dari perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi akan kebersamaan yang tercipta. Karena itu, Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah teman yang bisa membawamu pada kebaikan. Copyright © 2019, Sriwulandari

Sriwulandarii8 · 青春言情
分數不夠
26 Chs

TUNANGAN

"Freya nggak bisa ikut katanya." ujar Dara tiba-tiba.

Ameera yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya pun mendongak. "Kenapa?" tanyanya.

"Kata tante Emis mau ada acara." ucapnya. "Aksa, Aca, belom dateng?"

"Masih di jalan."

"Ezra?"

Ameera mengarahkan dagunya ke arah pintu masuk Cafetaria yang baru saja terbuka.

Ezra yang sudah melihat mereka pun langsung mendudukan dirinya di samping Ameera. "Dari tadi?" tanyanya.

"Hmm.." gumam Ameera dan Dara bersamaan.

Ameera langsung mendecak kecil. "Apaan sih lo baru dateng juga." cibirnya.

Dara terkekeh. "Maksud gue, iya dari tadi belom makan." ujarnya santai.

"Freya mana?" kata Ezra.

Ameera mengedikan bahunya. "Tau, kata tante Emis sih mau ada acara."

"Kok, tumben nggak ngabarin kita?" herannya.

Dara mengangguk. "Sibuk banget kali, nggak tau gue juga."

"Aneh?" gumam Ezra.

Ameera menatap Ezra. "Kenapa sih lo? Kayak kehilangan banget." celetuknya.

Ezra menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Aneh aja. Biasanya kan selalu ngabarin walaupun kita nggak mau kumpul. Tapi, sekarang kita mau kumpul nggak ada chat sama sekali."

"HALO AKSALOVERS."

"Dih, jijik." cibir Dara.

Aksa yang baru saja datang langsung mendudukan dirinya di samping Ezra dan Sasa berada di sampingnya. "Gimana-gimana kalian udah ada duitnya?" tanyanya.

"Mau apa sih lo? Gue bayarin sini." ketus Ameera.

Aksa hanya terkekeh pelan. "Santai bos, gue percaya lo orang kaya." ujarnya.

Ameera hanya memutar bola matanya. "Bonyok gue." katanya.

"Oke-oke kita bebas dong makan sepuasnya?" tanya Aksa.

"Nggak usah kayak orang kelaparan lo." ucap Ezra.

"Jangan banyak-banyak dong duit gue nggak cukup nih, Elahh. Lo nggak tau gue harus nabung buat beli buku itu susah payah? Jadi nggak usah makan yang aneh-aneh lo ya." kata Dara.

"Biar gue yang bayar semuanya." sahut Ameera.

Dara terkejut bukan main. "Serius?" tanyanya.

"Hmm.."

"Aaa..Ameera thank you, you are my best friend." ucap Dara yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Ameera.

"Sorry, Sorry gue baru dateng. Macet banget tadi." ujar Nosi yang baru saja duduk di samping Ameera.

"Kak Oci, kenapa nggak telpon kak Aksa aja, kita juga baru dateng." ujar Sasa.

"Yee, dia juga nggak tau oncom kalo lo sama dia baru dateng." celetuk Dara membuat Sasa mencebikan bibirnya.

"Udah, udah, stop! Gue udah laper nih, banyak bacot banget sih lo pada." kata Aksa.

"Jenis orang yang nggak tau diri ya begini nih, udah di tungguin malah ngatain." cibir Dara.

****

"Nak, apa nggak sebaiknya kamu cepat-cepat kemo biar penyakit kamu tidak menyebar ke dalam organ tubuh kamu."

Freya menggelengkan kepalanya. "Freya nggak mau, tante."

"Sayang—"

"Freya nggak mau bun, Frey masih pengen hidup normal tanpa bergantung pada obat-obatan."

"Sayang, tapi penyakit kamu bukan penyakit biasa yang hanya minum obat sekali langsung sembuh. Tidak sayang," jelas Ferdi.

"Tapi, Yah, Frey takut."

Ferdi memeluk Freya. "Ssstt..Ayah sama bunda selalu ada di samping Frey, sayang."

Sementara Emis masih menahan air matanya agar tak menangis, bagaimana pun ia harus terlihat kuat agar bisa menguatkan anak semata wayangnya.

Emis mengelus punggung Freya. "Jadi Frey mau kan?" tanyanya.

Freya mengangguk. "Tapi Frey maunya setelah ulangan akhir semester bun." mohonnya.

"Apa boleh, Linda?" tanya Emis.

Linda yang termasuk Dokter tersebut hanya menghela napas. "Frey, bukannya lebih cepat lebih baik sayang?" ujarnya.

"Tante Frey mohon, boleh ya tante. Frey janji kalo Frey kaya gini lagi, Frey siap buat kemo."

"Hm..Baiklah." putusnya. "Tapi ingat, kamu harus banyak istirahat jaga pola makan kamu dan jangan lupa minum terus obatnya jangan sampai ada yang tersisa, tante sarankan seminggu sekali kamu harus periksa, Oke Frey." ujarnya.

Freya mengangguk antusias seraya menghapus pipinya yang basah. "Baik, tante. Terimakasih" ucapnya.

"Oh iya tante, Freya boleh minta tolong nggak?" kata Freya.

"Apa sayang?"

"Freya mohon, tolong tante jangan bilang penyakit Freya sama Eza yah tante, Apalagi sama yang lainnya."

"Loh, kenapa Frey?" tanya Emis yang keheranan.

Freya menggeleng. "Frey nggak mau bikin mereka sedih, Frey nggak mau bikin mereka susah, Bun."

"Sayang, Tapi mereka itu sahabat kamu." kata Ferdi.

"Freya mohon jangan kasih tau mereka."

Mereka semua menghela napas kemudian mengangguk.

Ferdi memeluk Freya lebih erat. "Baiklah, tetap semangat princess Ayah."

Freya tersenyum. "Terimakasih, Yah, Bun." ucapnya.

****

"Sumpah kaki gue masih pegel-pegel nih." keluh Ameera.

Dara terkekeh. "Untung gue diem di tempat."

"Apaan, suara gue ampir ilang anjir." sahut Aksa.

"Lo masih mending ya cuma teriak kek begitu." kata Dara. "Lah ini anak udah suara kek toa teriak-teriak tapi tetep aja suaranya masih cempreng." tunjuk Dara ke arah Sasa.

"Mana pas banget di belakang gue lagi." Lanjutnya.

"Dih, enggak ya kak gue udah pindah ke deket sofa." ucapnya tak terima.

"Tapi lo dapet pertanyaan kek begitu darimana, Ca?" tanya Nosi.

"Aku cari di google" jawabnya sambil tekekeh. "Biar di kira anak pinter gitu sama kak Eza." jawabnya santai yang langsung dihadiahi dengan gerakan seakan-akan ingin muntah oleh kakak-kakanya tersebut kecuali Ezra yang hanya tertawa.

"Dih jijix banget gue, masih bocah juga lo." cibir Aksa langsung menoyor kepala adiknya tersebut.

Sasa mencebikkan bibirnya. "Kak Aksa mah gitu, bukannya ngedukung aku juga." kesalnya.

"Dih ogah amat gue." ketusnya.

"Ish, nyebelin banget jadi kakak."

"Ke mall yuk, ada yang mau di beli nih gue." ajak Ameera.

"Ayok, gue juga mau kek toko buku." kata Dara.

Mereka semua beranjak dan memilih menuju mall bersama.

****

"Wait,wait,wait..." cegah Ameera.

"Apa sih anjir?" tanya Aksa.

Ameera menunjukkan objeknya yang ia lihat dengan mata memicing. "Itu..Bara, kan?"

"Lah, anjir ngapa sama cewek gue?!" geram Aksa.

"Eh, Eh mereka ke sini tuh." kata Nosi.

"Kita ngumpet sini." ujar Aksa yang menarik tangan Dara ke dalam toko baju dan di ikuti oleh yang lain.

Sasa yang tidak mengerti maksud mereka pun hanya berdim diri di tempat, tak lama ia pun terpekik saat bajunya di tarik begitu saja oleh Dara dari belakang.

"Mereka ngapain yah? tuh masa gandengan." ujar Ameera.

"Udah kek truk aja—"

"Gandengan." sela Ezra cepat memotong ucapan Dara.

Hampir saja mereka tertawa namun terhenti berhenti begitu saja saat melihat dua wanita paruh baya yang memangil Bara dan Tasya, dan mereka pun berenti tepat dimana Aksa dkk bersembunyi di gantungan baju yang berderet di dalam toko, sehingga membuat mereka agak merunduk dan berderet ke belakang.

"Aduh sayang, kenapa kalian tinggalin kita sih?" tanya wanita yang bersanggul kecil dengan baju berwarna biru.

"Ya kali mah kita bareng mamah terus, kita kan juga pengen berduaan." jawab Bara.

"Kalian itu yah memang pasangan yang paling cocok dan romantis, nggak salah kalo kita udah tunangin kalian." kata wanita yang satunya lagi dengan baju berwarna merah mencolok.

"Hah, tunangan?" gumamnya bersamaan, kecuali Sasa yang tidak mengerti apa yang mereka lakukan.

TBC

A/N :

Ada yang udah tunangan ternyata. Selamat ya, wkwk

Sampai jumpa di chap selanjutnya.

Salam,

Sriwulandarii8