webnovel

TOGETHERNESS

Ini kisah tentang ke enam sahabat yang tidak sengaja di pertemukan oleh takdir. Persahabatan yang tidak ada kata 'MEMULAI' membuat mereka tanpa sadar sudah terikat akan kata persahabatan. Sama halnya dengan air yang mengalir begitu saja. Mungkin, Setiap persahabatan memang tidak memiliki kesamaan dalam setiap halnya, baik itu sikap, perilaku, dan perasaan. Tetapi, dari perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi akan kebersamaan yang tercipta. Karena itu, Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah teman yang bisa membawamu pada kebaikan. Copyright © 2019, Sriwulandari

Sriwulandarii8 · 青春言情
分數不夠
26 Chs

MAKAN BARENG

"Meera."

"Ara."

"Meera."

"Meera."

"Ara."

Suara teriakan begitu menggema di dalam kantin. Saat ini mereka sedang menyaksikan Ameera dan Dara yang tengah berlomba makan.

Dara mengangkat kedua tangannya di samping telinga. "Gue nyerah..HAH!!!"

Ameera tersenyum puas kemudian meminum air mineral yang di sodorkan Nosi. "Payah!" ejeknya.

Aksa mengelap wajah Dara yang berkeringat menggunakan tisu. "Kalo nggak sanggup nggak usah pilih Dare." katanya.

"Hah..si Eza..sst..Hah!" jawabnya dengan menggap-menggap kepedesan.

"Si Meera mah ratunya cabe ya jadi udah biasa." celetuk Ezra datar.

"Jahat ihh!" geram Freya memukul lengan Ezra.

"Oke! Sekarang giliran lo." tunjuk Meera pada Freya.

Freya berdehem.

"Kok gue seneng ya dapet bagian Freya " kata Ameera antusias.

"Lo emang senengnya mojokin Freya kocak."

"Oke jawab yang jujur ya Frey." ancam Ameera.

"Bawel." cibir Freya.

Ameera berdehem dan tersenyum miring. "Hal apa yang lo rahasiain sampe sekarang dan nggak ada satu orang pun yang tau."

Freya mematung seketika, Pertanyaan itu mematikan untuknya. Freya menatap teman-temannya yang menatapnya dengan serius. "Harus banget Freya jawab yah?"

"Harus." jawab mereka serempak.

"Nggak bisa di ganti?"

"Nggak bisa." Jawab mereka lagi.

"Tapi Freya yang ngga bisa jawab." cicitnya.

"Bodo! Dan gue ngga perduli." ejek Ameera.

Freya mencebikkan bibirnya kemudian bergumam. "Eng—Bara."

"Ha?" jawab mereka tak mengerti.

"Gue suka Bara." lirihnya.

Mereka semua diam dan tak lama terdengar tawa mereka menggema, terkecuali Aksa dan Ezra yang hanya mengulum senyum.

"Lah Frey gue kira lo nggak baperan." celetuk Dara yang tertawa geli sambil memegang perutnya.

"Tapi gue kecewa." lanjutnya.

Mereka semua bungkam.

"Lah.." jawabnya kompak tercengang karena memang Freya baru kali ini berbicara tentang perasaanya terhadap seseorang kepada mereka.

"Karena gue jadian sama Tasya kan?" tiba-tiba suara itu membuat mereka menoleh dan mendapat Bara yang berdiri tak jauh dari mereka.

****

Bel pulang telah berbunyi 10 menit yang lalu. Namun kelas XI IPS 3—kelas Dara, masih berada di dalam tengah melakukan tugas sejarah yang berada di lks.

"Lama banget ya." kata Ezra pelan yang menyerupai sebuah bisikan karena saat ini mereka tengah mengintip di jendela depan kelas Dara.

"Bu Liza emang suka gitu, padahal baru masuk sekolah udah di kasih tugas aja." Jawab Aksa yang memang Anak IPS 1.

Mereka terus saja menggerutu melihat kelas Dara yang sama sekali belum terlihat gerak-geriknya pelajaran akan segera berakhir.

"Lah si Ara searching! Noh liat noh." celetuk Ameera melihat Dara yang merunduk sedang mengetik di ponselnya.

Tring

"Si Ara chat gue" ujar Nosi yang melihat ponselnya berbunyi.

"Apaan?" tanya Freya.

Ara

Ini apa ci?

Mengapa bangsa Arab mengkiaskan sejarah sebagai pohon kehidupan, jelaskan!

Plis bantuin! pala gue udah mau meledak sumpah. Nanti gue beliin lo siomay satu piring dah.

Mereka berlima tertawa saat melihat pesan yang di kirim oleh Dara. Tanpa menyadari adanya Bu Liza— guru yang tengah mengajar di kelas Dara sudah berada di belakangnya.

"Bocah kurang piknik ya begini, di lks ada malah nanya, kocak!" celetuk Ameera.

"Ogeb!" sahut Aksa.

"Siapa?" tanya bu Liza.

"Si Dara lah masa L—" ucapan Aksa terpotong saat kepalanya menoleh ke belakang dan terkejut melihat bu Liza.

Dara yang melihat itu menepuk keningnya.

"Maksud kamu saya?" tanyanya lagi.

Dengan entengnya Aksa menjawab. "Iyalah masa kita."

****

Parkiran sudah cukup di bilang lengah hanya ada beberapa motor dan mobil yang terparkir rapih. Aksa yang tengah duduk di motor Dara terus mengusap telinganya yang terasa panas akibat di tarik oleh bu Liza.

"Ah setan panas banget telinga gue." gerutunya.

Freya mendekat ke arah Aksa lalu mengusapnya pelan. "Makanya kalo mau ngomong itu di saring dulu." ucapnya menasehati.

"Lo kenapa bisa ngomong gitu?" tanya Ezra.

"Gue kira si Meera, makanya gue ngegas."

"Yeu kadal." umpat Meera menendang kaki Aksa.

"Arghhh pala gue berasa mau pecah!!" kesal Dara yang langsung melompat duduk di motornya tepat di belakang Aksa.

"Anjir." umpat Aksa yang menjadi oleng.

"Langsung aja yuk." kata Freya.

"Kemana?" tanya Dara.

"Biasa ke warteg ibunya Oci." jawab Aksa.

"Idih pada nebeng makan mulu lo." celetuk Dara.

"Pikiran lo tuh ya negatif aja sama temen sendiri." balas Aksa.

"Frey sama siapa?" tanyanya polos.

"Lo bawa mobil gue aja biar gue bawa motor Ara. Gimana?" kata Aska yang menyodorkan kunci mobilnya.

Freya mengangguk kemudian menerima kunci mobil Aksa.

"Hati-hati" kata Ezra mengusap kepala Freya dan Freya mengangguk saja.

****

"Assalamu'alaikum." salam mereka saat sudah berada di depan warung makan milik ibu Nosi.

"Wa'alaikumsalam." jawab Sinta.

Mereka menyalami Sinta satu persatu.

"Bu kita langsung aja yah. Pesen yang kaya biasa." kata Aska.

"Yasudah kalian ke pos ronda saja nanti ibu bawakan kesana."

"Bu kita boleh bantuin kan?" tanya Freya.

"Nggak usah kalian ke pos ronda aja biar gue yang bantuin ibu gue." tolak Nosi.

"Ah nggak usah sungkan-sungkan. Ayok" kata Ameera yang sudah menerobos masuk ke dalam.

"Eza sama Aksa ke pos ronda aja." suruh Freya kepada Aksa dan Ezra.

Aksa dan Ezra mengangguk kemudian berjalan menuju pos ronda yang berada di samping warung makan. Itulah menjadi tempat tongkrong mereka yang menurutnya nyaman.

Sementara yang perempuan membantu ibu Nosi sesekali mereka bercanda.

****

"Aaaa—" itu lah Dara perempuan yang tidak memiliki urat malu, sendawa sembarangan.

"Lo cewek, bego!" geram Aksa menoyor kepala Ameera.

"Alhamdulillah." ucap Freya mengusap perutnya.

Aksa tercengang mendengarnya seperti menyambung kepada ucapannya.

"Mana uang kalian?" pinta Ezra.

"Bayarin." ucap mereka bersama.

Ezra mendengus sebal ini bukan pertama kalinya atau kedua kalinya mereka meminta untuk membayarnya di warung makan milik ibu Nosi. Memang Sinta melarang mereka membayar, namun mereka tetap bersikukuh ingin membayarnya jadi mau tak mau Sinta menerimanya.

"Les musik jam berapa?" tanya Ezra pada Freya yang kini tengah berbaring beralaskan pahanya sebagai bantalan.

Freya melirik pada jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya yang kini menunjukan pukul 13.32.

"Jam 5." katanya.

"Aku anter yah." ledek Aksa.

"Yeu oncom bisa aja lo tai onta." celetuk Ameera.

"Kalo gitu Aku aja." sahut Dara.

"Sama aku aja." balas Ezra.

"Sama kak Bara aja Frey." seru Nosi membuat mereka terdiam.

Nosi mengangkat alisnya sebelah. "Salah." tanyanya polos.

"Salah." jawab mereka.

Freya hanya diam ketika mengingat kejadian tadi ketika Bara mendengar menyukainya, cowok itu langsung membawanya ke taman belakang.

Dada Freya berdesir mengingat perkataan Bara membuatnya merah merona.

•••••

Tbc.

Salam hangat.

Sriwulandarii8