webnovel

TOGETHERNESS

Ini kisah tentang ke enam sahabat yang tidak sengaja di pertemukan oleh takdir. Persahabatan yang tidak ada kata 'MEMULAI' membuat mereka tanpa sadar sudah terikat akan kata persahabatan. Sama halnya dengan air yang mengalir begitu saja. Mungkin, Setiap persahabatan memang tidak memiliki kesamaan dalam setiap halnya, baik itu sikap, perilaku, dan perasaan. Tetapi, dari perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi akan kebersamaan yang tercipta. Karena itu, Hidup adalah pilihan. Maka, pilihlah teman yang bisa membawamu pada kebaikan. Copyright © 2019, Sriwulandari

Sriwulandarii8 · 青春言情
分數不夠
26 Chs

KEBERSAMAAN

"BARAA!!!!"

Bara terus saja tertawa walaupun badannya terasa remuk mendapat amukan dari Freya. Bahkan tanpa sadar tubuh mereka jauh dari kata dekat.

"Assalamu'alaik—" Salam mereka terhenti saat melihat dua orang yang berada di sofa.

"WO—WO..WOW." teriak Aksa heboh.

"ASTAGFIRULLAH FREYA." histeris Dara.

Ezra menggeram kesal melihat Freya menjadi bringas seperti itu.

Freya dan Bara yang mendengar adanya suara heboh membuat mereka menoleh dan langsung terlonjak kaget kemudian mereka kembali duduk seperti semula.

Dara menggelengkan kepalanya. "Gue nggak nyangka Frey."

"Eh—Ini nggak seperti apa yang kalian liat." elak Freya.

"Emang gitu kok." balas Bara tenang.

Freya mendelik dan memukul Bara menggunakan bantal sofa kemudian Freya beranjak menghampiri ke empat sahabatnya.

Ezra menarik Freya dan menatapnya tajam yang membuat Freya langsung menelan ludah.

"Ngapain!?" tanya Aksa.

"Main." jawab Bara enteng.

"Nggak sadar udah jam berapa?" sarkas Ezra.

Bara mendengus sebal "Sadar, Tapi cewek gue belom nyuruh pulang."

"Ngimpi." seru Aksa.

"Terserah." balasnya.

"Eng—Kalian ke ruang atas dulu nanti Frey nyusul."

Freya lagi-lagi menelan ludah saat semua temannya menatap menyelidik seakan-akan minta penjelasan.

"Ke atas dulu yah, Bara mau pulang soalnya."

Bara mendelik tak setuju "Lah siapa yang mau pulang."

"Ayo Kak!" Freya menarik tangan Bara keluar rumah.

"Frey—" panggilnya.

"Ayo!" balas Freya yang terus menarik tangan Bara.

****

"APA!!"

"Ck, nggak usah teriak udah malem." geram Freya menutup telinganya mendengar teriakan Dara dan Nosi.

"Parah sih ini mah." kata Aksa yang kini tengah berbaring di karpet ruang atas.

"Kok bisa sih Frey?" tanya Nosi.

Freya menggedikan bahunya.

"Bukannya kemaren lo bilang udah kecewa yah." kata Dara yang terus saja memakan keripik singkong.

"Tadinya emang gitu, tapi Bara udah jelasin semuanya. Dan sekarang Freya tau Bara pacaran sama Tasya karena apa."

"Terus lo mau pacaran sama dia sekarang?" tanya Nosi.

Freya mengangguk.

"Bodoh!" celetuk Ezra yang duduk sambil memainkan ponselnya

"Kok Eza gitu?" sahut Freya.

"Udah di PHPin masih aja mau!" balasnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Eza! Bara sama Tasya itu—"

"Frey." Panggi Emis.

"Eh, iya bun." jawabnya.

"Assalamu'alaikum Om, Tante." salam mereka mencium tangan Emis dan Ferdi.

"Wa'alaikumsalam." balasnya berbarengan.

"Ameera gimana bun?" tanya Freya.

"Lagi istirahat." jawab Emis.

"Udahan kan tante?" tanya Aksa.

"Udah, kalo gitu om sama tante ke bawah dulu yah." pamit Ferdi.

Mereka mengangguk kemudian berlalu menuju kamar Freya.

****

"YEUYY GUE MENANG." terik Dara antusias sambil berjoget karena ia memenangkan permainan UNO

"Padahal baru sekali menang." celeuk Aksa.

"Udah ah capek, kalian payah segitu aja kalah sama gue." Ucap Dara bangga.

"Mir lo udah nggak papa kan?" tanya Aksa.

Bugh

Ameera melempar bantal yang berada di pahanya dengan kencang. "Jangan panggil gue Mir anjir!"

"Lah nama lo emang Ameera, A—mi—ra. Mir, Mir" Ledek Dara yang sudah tertawa geli dan membuat mereka mau tak mau ikut tertawa melihatnya.

Ameera menggeram kesal. "Double E bukan I. Lo harus tau itu!"

"Sama aja!" balas Dara.

"Ishh." cibir Ameera dengan ekspresi menjijikan.

"Lo jangan ngeclub terus Mir." seru Ezra yang sudah nangkring di sofa sambil bermain games di ponselnya.

"Jangan ngikutin jejak Aksa. SESAT." sahut Freya.

"Yeu orok bawa-bawa gue." ucap Aksa tak terima.

"Kan masih ada kita? kenapa masih ke club sih buat nenangin pikiran lo. Kita siap kok jadi pendengar yang baik buat lo, buat kita semua kalo lagi ada masalah." ucap Nosi.

"Ya ampun emak pinter banget." puji Dara.

"Maaf, gue takut ngerepotin lo semua." cicit Ameera.

Freya mendengus sebal. "Kita tau, mungkin kita nggak akan selamanya ada di samping kalian, ataupun sebaliknya selagi kita ada masalah, Tapi kita masih punya telinga yang siap mendengar segala celotehan atau keluh kesah kalian."

"Dan kalo ada masalah bilang karena kita masih punya tangan yang siap membantu dan melindungi kalian." sahut Dara.

"Kita juga masih punya mata dan mulut agar kita bisa melihat dan menasehati ketika salah satu di antara kita ke jalan yang salah." kata Ezra.

"Kita juga punya hati, kalo kalian menganggap sahabat itu lebih dari segalanya maka kalian akan menganggap masalah mereka masalah kita juga karena kita saling merasakan." ucap Nosi.

"Dan yang terakhir kita masih punya otak untuk berpikir, berpikir bagaimana caranya agar bisa membuat salah satu dari kita bisa tersenyum tanpa memikirkan masalahnya lagi." balas Aksa.

"Sekarang gue tau, Karena sahabat tidak akan ada kata 'MEMULAI' dan tidak akan ada kata 'BERAKHIR'." ucap Ameera. "Thanks, Kalian selalu ada buat gue."

"Lo itu cewek Mir, kita tau di luaran sana banyak yang kaya lo butuh hiburan juga karena mereka nggak punya orang terdekat yang bisa ngehibur jadi mereka pergi ke club. Tapi lo? Lo punya kita Mir lo harus tau itu! Lo sedih kita juga sedih Mir." kata Dara seraya mengelus bahu Ameera.

"Ma—maaf..hiks."

Freya tersenyum kemudian memeluk Ameera. "Selagi Meera butuh kita, kita siap 86 buat Meera."

"Siap 86 kapten!!" balas mereka yang langsung saling berpelukan.

Ameera terkekeh mendengar mereka. Hatinya terenyuh, harus berapa banyak ia bersyukur kepada tuhan yang telah mendatangkan sosok malaikat seperti mereka, yang jelas ia sangat-sangat berterimakasih atas nikmat tuhan saat ini.

Terimakasih Om, tante, Meera sayang kalian! ucapnya dalam hati saat melihat Ferdi dan Emis yang berada di depan pintu tengah tersenyum melihat mereka seperti ini.

****

"Eh udah pada turun, ayo sarapan dulu." kata Emis yang tengah menata makanan dan melihat Ke enam anaknya sedang menuruni tangga dengan tertawa.

"Pagi bun, yah." sapa Freya mencium pipi orang tuanya kemudian duduk di samping Emis.

"Pagi, Om, tante." sapa mereka juga.

Ferdi dan Emis tersenyum dan mengangguk.

"Em—Om, tante terimakasih banyak udah mau bantu Meera selama ini. Maaf kalo Meera sering ngerepotin."

"Kalian sahabat Freya anak om, jadi tentu saja kita sudah menganggap kalian sebagai anak kita juga. ya kan bun." ucap Ferdi.

Emis mengangguk. "Tante justru senang kalo kalian sering main kesini, jadi rumah ini rame."

"Makasih tante." ucap mereka.

"Sekarang kalian sarapan yah nanti terlambat lagi." dan mereka mengangguk.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka pun selesai sarapan dan kini mereka sudah berada di teras rumah.

"Yah, bun kita berangkat dulu yah." Pamit Freya mencium tangan Ferdi dan Emis kemudian mencium pipinya dan di ikuti oleh ke lima sahabatnya.

Emis dan Ferdi terkekeh pelan saat mendapat ciuman di pipinya oleh anak-anaknya.

"Kalian ini ada-ada saja." kata Emis.

"Assalamu'alaikum." salam mereka.

"Wa'alaikumsalam." jawab Emis dan Ferdi.

Emis dan Ferdi melambaikan tangannya saat mereka sudah berlalu pergi. Emis tersentak kaget saat tangan kekar merangkul bahunya kemudian Emis menoleh.

"Sekarang giliran ayah." kata Ferdi.

Cup!

Dan Emis tertawa saat mendapat kecupan di pipinya.

•••••

Tbc.

Panjang yah? Lagi semangat soalnya, HEHE.

Salam sayang,

Sriwulandarii8