"Suamimu dengan pelakor itu ... serius, Lan. Mereka ribut. Eh, Kok Beni ditinggalin. Lho, pelakornya pergi, Lan."
*
Sudah jauh lewat tengah malam ketika terdengar pintu depan di buka, kemudian derit menandakan di tutup lagi. Tak lama kulihat bayangan Mas Beni melintas di depan pintu kamar yang sengaja belum kurapatkan. Lima menit berselang, akhirnya dia masuk ke kamar. Aku yang sebenarnya masih sadar sepenuhnya, bersikap pura-pura tidur.
Mas Beni berbaring di sebelahku, tanpa mengganti pakaian yang sejak siang dikenakan jelas sekali wangi parfum wanita menempel di tubuhnya. Dadaku sesak lagi, entah sejauh mana yang sudah mereka lakukan dibelakangku. Aku tak sanggup membayangkan.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者